12. Impian

25 3 0
                                        

Kirei dan Hiraki duduk bersebelahan di deretan kursi ketiga dari atas. Dari sana, dapat dipastikan mereka akan melihat cukup jelas ke arah panggung.

Jam di tangan menunjukkan pukul 08.45, kursi-kursi mulai terisi oleh orang-orang. Suasana dalam auditorium itu begitu ramai, banyak orang bercakap-cakap. Lain halnya dengan kedua orang itu, mereka asik memakan makanan ringan yang sengaja dibelinya. Tapi tetap saja, gadis itu tak lupa membawa buku catatan kecil dan pulpennya yang dimasukkan ke dalam saku bajunya.

"Wah, belum juga belum udah habis lagi! Lanjut mana, nih?" Tanya Hiraki sembari menaikkan sekantong kresek makanan yang diperlihatkan oada gadis di hadapannya. Rei langsung menunjuk sebungkus popcorn, lantas diambilnya dari dalam kantong kresek. Lelaki yang dihadapannya langsung menggulung-gulung bungkus keripik kentang yang baru dihabiskan mereka, memasukkannya ke kantong kresek tadi, dan kembali menyimpannya.

Oh, menjijikan? Daripada membuang sampah di auditorium ini, pasti mereka akan kena denda. Lebih baik, sampah itu disimpan dulu bersama makanan-makanan lainnya. Lagipula, itu hanya sampah kering.

Tiba-tiba semua lampu mati, keadaannya gelap gulita. Ada yang menjerit karena kaget, ditambah air conditioner yang daritadi terus berhembus dalam ruangan, membuat hawa yang dingin. Bukan, ini bukan mati lampu!

Tak lama, satu lampu utama panggung menyala. Seorang lelaki dengan jas hitam berdiri di panggung, membuat suara riuh menjadi hening seketika. Ya, sekarang tepat pukul 09.00, artinya pertunjukkan dimulai.

"Selamat siang semuanya! Selamat datang di acara Pentas Musik 2022!" Sapaan MC yang menggelegar itu membuat seluruh penonton riuh kembali menyambutnya. Setelah tersenyum-senyum sumringah, ia mengangkat tangannya, semuanya pun berangsur hening.

"Ya, sebelum kita memulai acaranya, izinkan saya memperkenalkan diri dan para juri. Saya Zoe Farhan selaku MC di sini dan bisa dilihat di sebelah kanan saya, ada juri-juri yang kece badai tersenyum menatap saya, ghehehe" Ucapnya Zoe dengan pembawaannya yang santai. Ia menghampiri meja juri tersebut dan berdiri di sebelah wanita yang duduk di sisi kiri.

"Baik, di sini ada Mbak Anita. Hallo..!!!" Sapa MC itu asik sendiri.

"Hai juga, Zoe!"

"Dan di sebelah Mbak Anita, ada juga wanita yang tak kalah cantik. Ini dia Mbak Raniii!!!"

"Hallo...!!!" Ucap balik wanita yang duduk di tengah itu dengan semangat.

"Trus trus, di sebelah sisi kanan, ini dia Om Bobby!!!!"

"Siang, Zoe" Ucap lelaki itu dengan suaranya yang dingin, namun masih terlihat bersahabat karena senyumannya.

"Tepuk tangan dulu dong untuk juri kita!"

Prok! Prok! Prok!... Semua penonton pun bertepuk tangan untuk para juri yang pastinya sangat bertalenta dalam hal musik itu.

"Okay, sebelum kita lihat perform para peserta, kita bakal nanya dulu nih ke ketua para juri. Mbak Anita, apa sih yang jadi dasar penilaiannya?"

Wanita itu menaikkan mic nya ke dekat mulutnya. "Yang pasti kita lihat bagaimana kualitas suaranya, itu yang nomor satu, lalu kita nilai bagaimana performa-nya, mulai dari ekspresi hingga penampilannya di panggung. Apakah nerveous atau menikmati? Lalu, bagaimana cara ia menyampaikan pesan dari lagu tersebut? Apakah ia hanya cuap-cuap saja atau perasaan itu sampai pada para pendengar? Yang pasti banyak lah, hal-hal yang akan kita nilai"

"Okay, terimakasih! Baiklah semuanya," Zoe kembali ke tengah panggung. "Kita sudah berkenalan dengan para juri dan mengetahui sedikit apa-apa saja yang menjadi penilaiannya. Tak usah tunggu lama lagi, ini dia peserta nomor satu!!!"

Yell in a SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang