Dan berakhirlah Jisoo memalak Hanbin untuk memberikan nomor telepon laki-laki bernama Bobby itu. Belum sedetik, gadis itu langsung memanggil nomor telepon yang baru didapatnya.
"Halo."
"Bobby?!" tanyanya setengah tak percaya. Tangannya nelangsa membelah rambutnya yang tergerai.
"Oh tunggu. Aku seperti pernah mengenal suaramu."
Jisoo tertawa pelan. "Ya! Jisoo disini."
"Astaga!" Bobby tertawa di seberang sana. "Aku kira kau tenggelam dimakan waktu?"
"Kau berharap begitu?"
"Oh tidak. Aku begitu merindukanmu."
Jisoo tersenyum.
Hanbin yang melihatnya sekilas merasa sedikit terbakar api cemburu dan bertanya-tanya apa yang sedang mereka bicarakan disana.
"Aku pun begitu."
"Kau kenal dengan Hanbin?"
Jisoo memandang ke Hanbin. Hanbin yang tertangkap basah sedang memenjara Jisoo dalam pandangannya hanya bisa melemparkan sedikit senyuman.
"Ya. Dia tetangga baruku. Maksudku, tetanggaku di Busan."
"Dia anak yang baik."
"Tampaknya kalian akan sangat cocok jika berteman."
"Dan tampaknya pun jadwal liburanku dua bulan kedepan sudah terlihat jelas."
Jisoo menyatukan alisnya, "Maksudmu?"
"Aku akan liburan ke Busanㅡdua bulan kemudian. Kau bersedia?"
Lantas Jisoo langsung menahan jeritannya. "Sungguh? Kau tidak berbohong?"
Suara tawa yang renyah menjalar ke telinga Jisoo, "Sumpah, untuk apa aku berbohong?"
"Heol. Kemana pun kau pergi, aku siap mengantarmu." Lalu pandangannya kembali menjelajah ke wajah Hanbin yang berada di depannya. "Dan juga Hanbin."
"Berikan ponselmu ke Hanbin. Aku ingin berbicara sesuatu."
Jisoo langsung memberi ponselnya dan menyebut nama Bobby ke hadapan Hanbin.
"Hyung?"
"Ya! Kunyuk!"
Hanbin cengengesan.
"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau Jisoo tetanggamu?"
"Aku kira kalian tidak saling kenal."
"Astaga dunia memang sekecil kacang kapri."
"Ya begitulah. Haha."
"Dua bulan lagi aku akan berlibur ke Busanㅡmungkin tiga sampai lima hari?"
Kali ini Hanbin yang membulatkan matanya, "Jinjja?"
Bobby tertawa kembali. "Memangnya tampangku seperti penipu? Mengapa kalian semua tidak percaya?"
"Ah bukan itu maksudku."
"Aku boleh menginap di rumahmu? Menginap sekamar denganmu juga tidak apa-apa."
"Akan kupastikan boleh. Tapi aku akan meminta izin dengan orang tuaku terlebih dahulu. Wah, aku benar-benar tidak menyangka!"
"Ya, lebih baik tanyakan dulu."
"Aku tak sabar menunggu dua bulan lagi!"
"Ya, aku pun, kunyuk! Terima kasih sudah mau menerimaku!"
"Ya. Kau tak perlu khawatir, Hyung."
Lalu Hanbin memberikan ponsel Jisoo ke empunya. Ia terlihat sumringah kembali.
"Jadi kau akan menginap di rumah Hanbin?"
"Ya. Biar bisa melihatmu tiap saat."
"Whaaat?"
"Hahaha. Serius. Akan kulepaskan semua rinduku untukmu."
Jisoo tidak tahu kalau wajahnya sekarang sangat memerah karena terlalu menahan rasa bahagianya saat ini.
"Kau selalu seperti itu."
"Kau tak mau?"
"No. Bukan itu maksudku tapiㅡya sudahlah." Ia tersenyum kembali.
"Kau sedang dalam perjalanan pulang, 'kan?"
"Iya."
"Kabari aku jika kau sudah sampai di rumah dengan selamat."
"Pasti." Jisoo masih menahan senyumnya.
"Aku akan merindukanmu walaupun itu sedetik."
"Paboya! Hentikan omong kosongmu. Aku akan mematikan panggilanku."
"Yep. Bye."
Klik.
Jisoo masih tidak bisa menahan senyumnya yang mengembang.
"Apa kau pacarnya Bobby Hyung?"
Jisoo memasukkan ponselnya ke tas lalu merapikan anak rambutnya. "Bukan."
"Wah lihat siapa yang sedang kasmaran disini."
Jisoo kembali tersenyum. "Dia temankuㅡteman baikku."
Hanbin berpikir bukankah sikapnya tadi terlalu jelas kalau gadis itu menyukai Bobby?
"Disaat waktu terpuruk, dia selalu menyemangatiku. Yah, bukankah definisi teman memang seperti itu?" Sesekali ia memainkan kukunya.
Hanbin terdiam. Bersiap untuk mendengarkan cerita Jisoo lebih dalam.
"Hanya Bobby satu-satunya yang menemaniku ketika masa tersulitku. Aku benar-benar takkan mau kehilangan seorang Bobby dalam hidupku. Tapi aku melakukannya. Hubungan kami tiba-tiba terputus danㅡya aku baru saja mengembalikan sesuatu yang berharga milikku."
"Aku kira kalian lebih dari teman."
Jisoo terkekeh. "Pacar maksudmu? Entahlah."
Ada rasa kecewa sedikit terbersit di hati Hanbin. Entah kenapa dia merasa agak kecewa.
Jisoo tersenyum dan senyuman itu baru kali ini Hanbin melihatnya. "Dan aku pun baru menyadari kalau aku benar-benar menyayanginya. Dan tak ingin melepasnya lagi."
Kini, kekecewaan itu makin membesar.
[>>>]
KAMU SEDANG MEMBACA
•Noona• // Hanbin×Jisoo
ФанфикHanbin mengutuk seseorang yang membuat beberapa peraturan yang tertulis di selembar kertas aneh itu. Peraturan itu diantaranya : 1. Jangan menyapaku terlalu sering. 2. Hanya kau yang tak boleh melayaniku ketika aku membeli roti isi di kedai ayahmu. ...