•14•

230 51 3
                                    

Jisoo menyembulkan kepalanya ke luar pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo menyembulkan kepalanya ke luar pintu. Aman. Tidak ada siapapun. Tangannya merogoh gagang pintu luar, karena disitulah Hanbin meletakkan roti isi ayam favoritenya selama empat hari ini.

Tapi sebuah tangan yang besar malah mencengkeram tangannya dari balik pintu.

"Aku ingin berbicara denganmu."

Hanya dengan melayangkan tatapannya saja, tangan mereka sudah tak saling terpaut.

"Masuklah."

Hanbin langsung melangkah masuk setelah diberi aba-aba oleh Jisoo. Jisoo mulai menggigit ujung roti yang renyah itu. Hanbin masih menelan ludahnya kasar dan tak tahu mau memulai dari mana.

"Kau mau bilang apa?"

"Ituㅡaku minta maaf."

Jisoo menelan kunyahannya, "Memangnya kau berbuat salah denganku?"

Lantas Hanbin menggaruk tengkuknya. Ia mencoba meredakan pipinya yang memburat. Terkadang mereka lucu, Hanbin lebih sering tersipu daripada Jisoo.

"Kau tak ada salah denganku. Aku hanya mengajarimu supaya kau tak termakan emosimu sendiri." Jisoo kembali mengunyah rotinya.

"Mereka membicarakanmu."

Jisoo hampir tersedak.

"Mereka berencana membawamu ke hotel. Aku yang mendengar langsung lantas marah."

"Sial." Jisoo mengumpat. "Kalau pun aku dibawa ke hotel, paling mereka yang tak bisa jalan setelah itu."

Hanbin menelan tawa.

"Lagipula kenapa kau marah?"

Hanbin menatap Jisoo, lalu dalam hati Jisoo merutuk.

Sial kenapa wajahnya begitu memelas sih?

"Ya anggap saja aku sedang melindungi kakakku sendiri."

Tawa Jisoo mengudara, "Terima kasih. Aku sangat tersentuh dengan perlakuanmu terhadapku."

Hanbin tersenyum tipis. "Baiklah. Aku akan pulang sekarang."

Mereka berdua berdiri dan saling menyambangi daun pintu yang tak tertutup sedari tadi. Matahari mulai melambai-lambai turun ketika Hanbin menginjak pekarangan rumah Jisoo.

"Hanbin."

Tiga detik kemudian, ia menoleh. Jisoo tersenyum lalu mendekati Hanbin yang masih mematung.

Tangan mungilnya mencoba mencapai ujung rambut Hanbin. Ia mengacak-acak rambut hitam Hanbin lalu tersenyum. Perlahan tangannya turun ke pipi Hanbin dan ia mengusap pelan.

"Berjanjilah kalau kau akan selalu seperti ini."

Jisoo meninggalkan Hanbin dengan ujung bibir yang melengkung. Ia langsung masuk ke dalam rumah dan tak melihat Hanbin lagi.

Hanbin masih mematung, mencoba mencerna hal apa yang barusan terjadi. Perlahan pipinya memburat, telinganya memanas, pikirannya kacau. Diambilnya langkah kaki lebar-lebar lalu disambarnya ponsel yang terletak di salah satu baki roti.

To : Bobby Hyung

Hyung, sepertinya aku sedang jatuh cinta.

Sent.

•••

Hanbin membalikkan tubuhnya sekali lagi. Sudah pukul 02.18 malam tapi pikirannya sama sekali tidak mau diatur. Kali ini ia membenahi posisi tidurnya menjadi menghadap langit-langit.

Tapi terulang lagi ingatannya tentang Jisoo yang memegang pipinya lembut.

"Sial." Ia menghantam wajahnya dengan bantal.

Pipinya perlahan memburat kembali.

"Kalau seperti ini bisa-bisa aku lari kalau melihatnya."

Ia menghembuskan napasnya kasar.

"Salah tidak sih menyukai Noona tetangga yang galak?"

Hanbin menghentak-hentakkan kakinya di kasur.

"Ah, aku harap dia juga menyukaiku."

Cklek...

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Lagi-lagi sosok kecil membagi tubuhnya dengan cahaya. Hanbyul berdiri di ambang pintu sambil menggaruk rambutnya. Matanya yang kecil mencoba melihat apa yang sedang terjadi.

"Astaga, aku kira ada penjahat di kamarmu!" Hanbyul menggumam.

"Ck! Sudah sana!"

"Siapa juga yang mau bermalam di kamarmu?!" Hanbyul membentak kembali.

Tiba-tiba sesuatu terlintas dipikiran Hanbin, "Hei, cecunguk!"

"Apa?"

"Kau tahu Jisoo Noona menyukai apa?"

Hanbyul berpikir sebentar lalu menyeringai.

"Kau suka dengan Jisoo Eonni?" Tanyanya setengah berteriak.

Sekali lagi, Hanbin berdoa semoga ia kembali menjadi anak tunggal lagi.

•Noona• // Hanbin×JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang