Hanbin mengutuk seseorang yang membuat beberapa peraturan yang tertulis di selembar kertas aneh itu. Peraturan itu diantaranya :
1. Jangan menyapaku terlalu sering.
2. Hanya kau yang tak boleh melayaniku ketika aku membeli roti isi di kedai ayahmu.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau tahu anak baru itu?"
Oke. Bukan niat Hanbin mencuri-curi pendengaran. Tapi begitulah keadaannya sekarang di toilet.
"Anak kelas 2 itu? Kim Jisoo? Memangnya kenapa?"
Kepulan asap rokok mengudara dan mencoba keluar dari celah-celah toilet.
"Rambut panjangnya yang harum dan ahㅡdia cantik."
"Juga seksi."
Hanbin mengepalkan tangannya.
"Kudengar keluarganya bermasalah."
"Tahu dari mana? Aku pernah menonton siaran berita, kalau ayahnya dulu tersandung kasus korupsi."
"Tolol! Kau menonton berita?"
"Sekilas, waktu mengganti saluran."
"Kalau kita ajak main kira-kira berapa ya?"
Satu kepulan asap terhembus. "Anak perempuan itu sepertinya tampak murah. Satu botol soju mungkin bisa? Di hotel dekat Wanjeon Supermarket saja aku rasa dia betah."
"Kau mau main bertiga?"
Salah satu dari mereka tertawa sekilas. "Gantian saja. Bawa 'karet' yang banyak."
"Uh aku sudah tidak sabar membayangkannya melenguhㅡ"
Brakk.
Hanbin keluar dari toilet.
"Ada penyelundup sabu-sabu ternyata." Lalu ia menghempaskan pucuk rokoknya ke lantai. Diinjaknya ujung abu rokok itu.
"Kau mau ikut? 3 lawan 1? Astaga pasti keesokan harinya ia tak bisa jalan menggunakan kakinya!"
Hanbin langsung mencengkeram kerah salah satu dari mereka dan menyeretnya keluar dari toilet. Di luar, suasana langsung heboh. Hanbin langsung menjotos lemak di pipi anak laki-laki itu.
"Bajingan!"
Entah kenapa hatinya merasa sangat teriris begitu mendengar percakapan dua anak nakal tadi. Ia ingin mencabik-cabik manusia di depannya.
"Dasar Setan! Kalau ada kesempatan, aku akan langsung memotong kemaluanmu!"
"Hei hentikan!"
Hanbin masih terus memukul membabi buta walaupun guru keamanan sudah meneriakinya dari ujung lorong.
"Hentikan!" Seorang guru berhasil melerai mereka berdua.
Darah mengalir bebas dari hidung anak nakal itu. Darahnya membercak ke seragam Hanbin. Wajahnya memerah menahan amarah.
"Kalian berdua ikut saya ke kantor."
Hanbin memaki dalam hati. Tampak dari kejauhan Jisoo membuang lolipopnya ketika tatapan mereka bertemu. Lalu ia membalikkan tubuhnya seakan tak ingin melihat Hanbin lagi.
•••
"Sebagai ganjarannya, Kim Hanbin akan dihukum skorsing tiga hari dengan tugas pengabdian masyarakat. Untuk tugas selanjutnya akan diberi oleh pihak kepolisian distrik ini."
Hanbin mengutuk dirinya. Ini skorsing ketiga kalinya dalam tahun ini.
Ibu Hanbin menggenggam tangan anaknya.
"Maaf. Maafkan kami. Mungkin ini salah kami yang kurang mendidiknya dalam mengatur emosinya."
"Bu, ayolah, aku tak bersalah!"
"Cih." Anak nakal tadi mulai berdecih. "Bu, akui saja kalau Ibu membesarkan Hanbin dengan ganja."
"Jung Woorim!" Guru keamanan membungkam mulut anak itu sebelum Hanbin yang akan membungkam dengan sebuah jotosan.
"Dia dan Heo Soonjae merokok di toilet lalu berniat membawa Kim Jisoo ke sebuah hotel."
Anak dengan papan nama Jung Woorim tertawa merendahkan, "Kau kira kami mau ngapain ke hotel? Ini sebuah fitnah!"
"Tertawalah sekali lagi maka aku akan membuatmu tak dapat merasakan apa-apa lagi dengan seonggok daging kemaluanmu yang besarnya tak seberapa itu!"
"Hentikan!" Guru yang berada di depan mereka membentak sekali lagi. "Mohon bantuan dari kedua orang tua siswa."
Mereka semua berhamburan. Nyonya Kim ikut mengantar Hanbin menuju kelasnya untuk mengambil tas Hanbin dan bersiap pulang.
"Bu ... bukan aku yang bersalah."
Nyonya Kim hanya menepuk pelan punggung lebar anaknya.
"Mereka ingin mengajak Noona ke hotel."
"Ibu tahu perasaanmu. Maafkan Ibu."
Hanbin menoleh sekilas.
"Kalau saja aku lebih bersabar mengajarimu dari kecil, pasti kau sudah menjadi anak yang sangat hebat. Tapi lihat, tanpa kuajari juga tampaknya anakku sudah mengerti. Tapi tolong, Kim Hanbin. Tolong tahan sedikit. Sedikit saja. Bukan untuk Ibu. Untukmu juga serta citra dirimu."
Hanbin menunduk lalu langsung masuk ke kelas.
Di mejanya sudah ada plaster luka dan sebuah kertas yang dilipat.
Ia membukanya pelan.
Sesuai janji kita. Aku akan memberimu 7 hukuman yang akan kau jalani.
1. Antarkan satu roti ayam setiap hari pukul 16.00 selama dua minggu.
2. Rotinya dibeli pakai uangmu.
3. Lakukan hukuman dari sekolah dengan tulus.
4. Jangan buat orang tuamu kecewa.
5. Jangan beritahu Hanbyul kalau kau dihukum.
6. Sebisa mungkin jauhi anak anak nakal itu.
7. Aku membelikan plaster luka. Kalau kau ada luka, jangan lupa di bersihkan dan tutup dengan plaster itu.
Tertanda,
(Noona) Kim Jisoo
Hanbin tersenyum sekilas lalu melekatkan plaster luka itu di lengannya. Dan semua orang tidak tahu kalau Heo Soonjae sempat menyulut api rokok ke lengannya.