•09•

690 111 13
                                    

Kedai Roti tiba-tiba dipenuhi dengan orang tua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedai Roti tiba-tiba dipenuhi dengan orang tua. Ruangan sempit itu akan terlihat sempit ketika lebih dari tiga orang bergerombol disana.

Telinga Hanbin menangkap namanya dipanggil. Mulutnya mendecih. Hukumannya sudah selesai beberapa hari yang lalu tapi orang tuanya masih membebani berbagai tugas di pundak Hanbin.

"Dipanggil saja mengeluh. Bagaimana mau menghadapi hidup? Pasti tidak becus!" Suara Hanbyul menikam pikirannya.

Ia cukup menatapnya sedetik untuk membuat mulut gadis kecil itu mengatup.

Hanbin tidak tahu ibunya mengidam apa sampai-sampai kata yang dimuntahkan oleh Hanbyul sangat pedasㅡmelebihi gochujang.

"Ada apa?" Suaranya mampu membuat lima kepala yang berada di kedai itu senyap dalam beberapa detik.

"Ah begini." Ibunya Kim Jisoo mengalihkan atensinya menuju Hanbin. "Kakak kami baru saja meninggal duniaㅡ"

"Ah, aku turut berduka cita." Hanbin malah membungkukkan tubuhnya.

"Terima kasih. Jadi aku dan suamiku berencana untuk mengunjunginya di Suncheon. Kau keberatan tidak menjaga Jisoo?"

"Ah, Ibu! Sudah kubilang berapa kali! Aku bisa menjaga diri. Lagi pula besok kalian pulang. Apa yang patut dikhawatirkan?"

"Bisa kah?" Tangan Ibu Kim Jisoo menggenggam lengan Hanbin. Tampak jelas raut wajah khawatirnya.

"Rumah Pak Kim kurang dari lima langkah. Derit pagarnya saja kita bisa dengar. Oh ayolah."

"Kim Jisoo!" Ayahnya membentak. Jisoo tak berkutik.

"Kami bisa kok menjaga Eonni." Tangan Hanbyul yang barusan meletakkan baki penuh roti dikibas-kibaskan untuk menghilangkan remah-remahnya. "Lagipula besok hari Minggu jadi aku tidak keberatan untuk menemani Eonni."

Gosh, lihat anak ini!

"Iya kan?" Kini Hanbyul menyikut tulang rusuk Hanbin tanpa dosa.

"Iㅡiya."

"Baiklah. Kami akan tenang selama perjalanan." Kini tangan Ibu Kim Jisoo menggenggam bahu Hanbyul. "Jangan berikan dia soda dingin ya."

Hanbyul mengangguk sambil sumringah.

"Aaah gadis pintar." Ibu itu mengelus puncak kepala Hanbyul.

•••

"Masuklah."


Hanbyul mencuri langkah pertama. Ia masuk dengan membawa sekantung roti. Di hadapannya terpampang Jisoo sedang berada di posisi malas bergerak dengan televisi yang menyala.

"Hanbyul, kau sendiri kan?"

Hanbyul tidak menjawab. Lebih tepatnya bingung mau menjawab apa.

"Noona."

Jisoo terkesiap. Ia bangkit dari posisinya dan berlagak menyembunyikan tubuhnya dari sofa tebal itu.

"Ya! Keluar dulu!"

"Kenapa?"

"Ah cepat keluar dulu! Ini masalah wanita!"

"Aiss, bilang saja kau mau mengusirㅡ"

"Aku hanya pakai short pants. Sangat pendek sampai pantatku kelihatan, tahu?! Cepat keluar sana!"

Muka Hanbin memerah secara instan. Kakinya refleks membawa tubuhnya keluar dari rumah itu. Tak berapa lama kemudian kepala Hanbyul menilik kakaknya dari belakang pintu.

"Oppa, masuklah."

Hanbin buru-buru menenggelamkan wajah merahnya itu dan masuk pelan-pelan ke dalam rumah itu.

"Aku ada video game baru." Jisoo mengangkat benda yang barusan dikatakannya ke udara.

"Aku mau mencobanya!"

Hanbin mengikuti suasana yang menamparnya dan ikut terjun bersama video game itu. Permainan itu tidak terlalu buruk menurutnya.

Waktu sudah dimakan terlalu banyak oleh video game itu. Tak terasa jemari jam sudah menunjukkan sudut 90° dan Hanbyul mulai kelelahan. Kepalanya baru tergeletak satu menit dan kesadarannya sudah menurun drastis.

"Ah, anak ini selalu membuatku repot." Hanbin membenarkan letak kepala adik satu-satunya itu.

"Bawa saja dia ke kamarku."

"Tidak perlu. Dia bisa berjalan sendiri. Dia tidur seperti zombie."

Jisoo menelan tawa.

"Kamarmu dimana?"

"Di atas."

Hanbin sedikit terkejut. Dia bahkan tidak tahu rumah ini ada dua lantai.

"Di atap sih. Tapi aku suka. Ayo aku bantu kau mengangkat Hanbyul."

Hanbin mulai mengangkat tubuh Hanbyul dan Jisoo mengangkat kakinya. Hanbyul terlihat sedikit kurus namun bobot tubuhnya lumayan berat. Tulang-tulangnya sangat berat, mengalahkan tulang-belulang dinosaurus.

Jisoo membuka kenop pintu kamarnya. Yang terlihat selintas memang seperti kamar anak perempuan lainnya; hangat, cerah, dan rapi.

Tapi ada satu yang membuat Hanbin sedikit canggung. Pakaian dalam Jisoo tergeletak begitu saja di atas tempat tidur. Wajah mereka sama-sama memerah. Jisoo refleks menyembunyikan hal memalukan itu sampai Hanbin oleng menahan berat badan adiknya.

"Ah! Pasti Ibu yang meletakkannya!" Jisoo menyembunyikan urat malunya.

Tangannya membersihkan tempat tidur sekali lagi dan membantu Hanbin meletakkan Hanbyul.

"Wajahmu tak berhenti memerah. Dasar mesum!"

[>>>]

•Noona• // Hanbin×JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang