Hanbin langsung melambaikan tangannya begitu melihat Bobby celingukan setelah keluar dari kereta. Tak lupa ia mengeluarkan suara jeritan sedikit agar Bobby bisa dengan mudahnya menemukan keberadaan Hanbin.
"Hoi!" Bobby balas melambai dan berlari mendekati Hanbin.
Tiga detik kemudian mereka berpelukan di tempat yang sibuk ini. Aneh rasanya melihat dua remaja yang baru saja kenal beberapa bulan laluㅡbahkan perkenalan mereka dapat dibilang cukup singkatㅡberlagak seperti dua teman lama yang sudah lama tidak bertemu.
"Dimana Jisoo?"
Oh well, Hanbin cukup tertohok begitu mendengar pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Bobby. Bukan, bukan karena ia cemburu, tapi baru saja mereka bertemu dan ia menanyakan Jisoo?
"Noona tidak bisa menjemputmu. Dia sedang sibuk mendaftarkan diri untuk suneung*."
"Wah, dia sungguh bersekolah disini? Dia benar-benar belajar?"
Hanbin mengangguk. Bukannya memang Jisoo sangat niat untuk bersekolah? Mau hujan, panas, atau apapun yang membuat mereka semua malas menanjakkan kaki ke tangga sekolah, Jisoo pasti jadi manusia pertama yang sudah duduk di kelas.
"Jadi kau mau membawaku kemana sekarang?" Suara Bobby memecah keheningan.
"Kau mau langsung ke rumahku? Atau mau kemana?"
"Aku mau bertemu Jisoo."
Hanbin terdiam.
Melihat respon dari Hanbin, Bobby langsung menunjukkan deretan giginya dan matanya yang menyipit. "Aku rindu dengan Kim Jisoo."
ㅡㅡㅡ
"Jisoo! Astaga!" Bobby melemparkan tasnya asal begitu melihat Jisoo berdiri di depan rumahnya, mengedarkan pandangan sambil menunggu Hanbin yang membawa Bobby.
Jisoo berlari ke arah Bobby dan langsung memeluk erat pemuda dengan jaket jeansnya yang agak kumal itu. Mereka berdua berpelukan seperti tak pernah bertemu ratusan purnama.
Kali ini Hanbin benar-benar tidak cemburu, melainkan otaknya terus berputar, mencari penyebab mengapa mereka begitu dekat seperti tanpa sekat. Teman biasa? Tidak mungkin kan?
"Kudengar kau akan ikut suneung?" tanya Bobby ketika pelukan mereka mengendur.
Jisoo mengangguk sambil tersenyum. "Sekitar lima bulan lagi. Kau bagaimana?"
Bobby hanya tersenyum. "Aku bahkan tak melanjutkan sekolah."
"Astaga! Kau masih benar-benar berpikir kalau pendidikan tidak penting bagimu?!"
Bobby tersenyum lagi. "No. No. Aku cuti, belum mendapatkan motivasi untuk melanjutkannya. Tapi melihatmu seperti ini, sepertinya aku akan mencoba lagi untuk duduk di bangku sambil mendengarkan ceramah para guru yang membuatku mengantuk."
Jisoo mendorong pelan pipi Bobby lalu terkekeh. "Bagaimana pun juga setidaknya kau harus lulus SMA."
Bobby merekatkan pelukannya kembali, menarik pinggang Jisoo dan melihatnya tersenyum dari jarak sedekat ini. Jisoo pun juga bahagia bisa melihat senyuman Bobby yang hampir tak pernah menyapa pandangannya selama ini.
"Aku merindukanmu. Sungguh," bisik Bobby dengan suaranya yang berat, membuat lengkungan di bibir Jisoo.
"Aku juga."
Hanbin tidak bodoh dan tidak juga pura-pura idiot. Dia bisa mendengar jelas perkataan Bobby barusan. Walaupun berbisik, tapi jarak antara Bobby dan Jisoo dengan Hanbin hanya berkisar lima meter dan itu membuat Hanbin sedikit frustasi melihat gadis yang disukainya dipeluk dengan hyung yang sangat dia hormati.
Perasaan Hanbin bergejolak begitu saja. Antara ingin marah, sedih, kecewa, semua bercampur mengendap di dasar hatinya dan membuat perutnya sedikit mual.
Oh inikah rasanya cemburu?
"Astaga." Sedetik kemudian mereka semua bisa mendengar suara es krim jatuh.
Hanbyul yang berdiri tak jauh di belakang Hanbin membiarkan dagunya dibawa oleh gravitasi, membuka lebar dengan tatapan tak percaya. Setelah merasa diperhatikan oleh tiga remaja di depannya, Hanbyul langsung menutup mulut dengan tangan mungilnya.
"Aku kira yang seperti ini hanya ada di drama?"
[>>>]
*suneung : ujian masuk perguruan tinggi
KAMU SEDANG MEMBACA
•Noona• // Hanbin×Jisoo
FanfictionHanbin mengutuk seseorang yang membuat beberapa peraturan yang tertulis di selembar kertas aneh itu. Peraturan itu diantaranya : 1. Jangan menyapaku terlalu sering. 2. Hanya kau yang tak boleh melayaniku ketika aku membeli roti isi di kedai ayahmu. ...