"Kau belum mengantuk?"
Hanbin mendongakkan kepalanya dan menatap Jisoo sekilas. Kini mereka duduk di ambang pintu dekat balkon kamar gadis itu.
"Belum. Biasanya aku akan tidur lewat tengah malam."
Jisoo mendesah, "Hal buruk." Lalu ia merambah rak bukunya dan mengambil buku yang sangat tebal.
Terlihat dari sampulnya bahwa itu adalah buku geografi dan peta dunia. Jisoo menyilangkan kakinya dan mulai membuka halaman secara acak.
"Aku melakukan ini jika aku ingin tidur tapi tak bisa tidur."
Ya lebih baik langsung tidur daripada melihat suraimu yang terjatuh halus di tengah malam.
Jisoo mulai membaca dari negara Wina. Entah mengapa romansa negara Eropa selalu berhasil membuat matanya terlelap.
"Kelas selalu membuatmu tertidur kan?"
Kali ini giliran Jisoo yang mendongakkan kepala. Lalu mengangguk.
"Ditambah dengan suara para guru yang seperti menina-bobo."
Hanbin tertawa sekilas. Baru kali ini Jisoo mendengar suara tawa seseduktif ini. Ah, dia sudah mulai gila.
"Kau benar-benar dari Seoul?" tanya Hanbin.
Jisoo mengangguk, "Lahir dan dibesarkan disana."
"Aku ingin sekali ke Seoul."
"Tinggal beli tiket kereta, kau sudah bisa kesana."
"Omong-omong, aku lahir di Seoul."
"Kau anak kota besar juga ternyata."
Hanbin tertawa lagi, "Jadi Busan bukan kota besar?"
"Well, aku salah bicara."
Hening sejenak. Jisoo menggesek-gesekkan ujung jarinya dengan lembaran buku itu.
"Aku ingin sekali ke Seoul," ucap Hanbin sekali lagi.
"Memangnya kau tak boleh ke Seoul?"
Seperti sesuatu yang menangkap umpannya, Hanbin mengangguk begitu saja.
"Orang tuaku melarangku kesana. Katanya nama mereka sudah di-blacklist dan tak bisa mengunjungi Seoul lagi."
Jisoo membuka suatu halaman dan meletakkannya di hadapan Hanbin. Tubuhnya mendekat ke arah anak tetangga itu.
"Jika kita naik kereta dari Busan, maka akan turun di stasiun ini." Jisoo menunjukkan suatu tempat yang ada di buku itu.
Ia bercerita tentang tempat-tempat dan daerah-daerah yang ada di Seoul. Begitu senangnya ia menceritakan kota kelahirannya. Hanbin pun senang mendengar semua itu dari gadis di hadapannya.
"Ayo ke Seoul."
Hanbin tersentak.
"Aku tak bisa ...."
"Kenapa?"
"Ayah dan Ibu pasti tak mengizinkanku."
Jisoo tertawa pelan, "Aku kira kau ini anak nakal. Ternyata, astaga. Jadi anak nakal sekali saja tidak merugikan hidupmu."
Alis Hanbin menaut sesaat, "Oh jangan bilang kau mengajakku kabur."
"Memang itu tujuanku tadi. Ayo ke Seoul. Bersama-sama. Aku pun rindu Seoul."
"Bagaimana kalau ternyata aku ditangkap?"
"Astaga, hanya orang tuamu yang di-blacklist. Jadilah Kim Hanbin. Kim Hanbin yang tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan kelam orang tuamu."
Hanbin terlihat menimbang sesuatu.
"Tapi ketika berada di Seoul, aku akan menemui temanku. Dan aku akan membebaskanmu pergi kemana pun."
"Astaga! Kalau aku tersesat bagaimana?"
"Kau baru saja aku beri tahu dimana tempat-tempat itu dan tentu saja kau bisa melihat jalan dari peta."
"Lalu bagaimana bilang ke orang tuaku?"
"Nanti aku akan minta izin kalau kau mau menemaniku ke suatu tempat. Ah itu terlalu gampang!"
"Tapi ... aku sedikit takut."
Jisoo mendecih, "Tenang, ada Noona disini."
Dan mereka berdua tersenyum.
[>>>]
KAMU SEDANG MEMBACA
•Noona• // Hanbin×Jisoo
FanfictionHanbin mengutuk seseorang yang membuat beberapa peraturan yang tertulis di selembar kertas aneh itu. Peraturan itu diantaranya : 1. Jangan menyapaku terlalu sering. 2. Hanya kau yang tak boleh melayaniku ketika aku membeli roti isi di kedai ayahmu. ...