Jisoo tersenyum senang setelah masuk ke dalam rumah yang tak asing untuknya. Rumahnya bersama Ibu dan Ayahnya dulu.
Jisoo dan Sehun akhirnya memutuskan untuk pindah kerumah lama milik orang tua Jisoo. Tapi tentu saja itu adalah hasil diskusi panjang antara dirinya dengan Sehun.
Suara benda terjatuh mengalihkan perhatian Jisoo yang sedang sibuk memilah kardus ke arah sumber suara.
Jisoo menghela napas lalu menghampiri Mingguk yang sedang asyik mengacak acak peti mainan Jisoo saat dulu ia kecil.
"Mingguk~ah, apa kau mau bermain? Hm?" Tanya Jisoo membuka peti mainannya dan mengeluarkan beberapa action figure miliknya dulu.
Mingguk mengangguk antusias dan segera membuat barisan untuk mainannya seperti membentuk beberapa prajurit yang siap untuk bertempur. Jisoo sendiri melakukan hal yang sama. Baik Jisoo dan Mingguk sama sama larut dalam kebersamaan mereka sampai tidak sadar kalau Sehun memperhatikannya diambang pintu sambil bersedekap.
Wajahnya tampak lelah tapi melihat kebersamaan istrinya dengan keponakannya membuat dirinya merasa segera ingin memiliki seorang anak di tengah kehidupan rumah tangganya.
Sehun kembali tersenyum menginggat bagaimana akhirnya ia bisa membuka hatinya untuk Jisoo. Wanita itu kini adalah sumber kebahagiaan untuknya.
Tapi tak lama senyumnya pudar, ternyata dari semua kebahagiaan yang diterimanya saat ini. Satu masalah datang menghampiri dirinya. Ini bukan lagi tentang perasaannya saja. Tapi juga perasaan dari tiga orang akan terluka kalau ia tidak bisa bertindak tegas.
"Oppa, apa yang kau lakukan disana? Mari sini main bersama Minggukie."
Sehun mengerjapkan matanya begitu mendengar panggilan Jisoo. Dengan langkah lebar Sehun menghampiri Jisoo dan Mingguk lalu ikut bermain bersama keduanya.
***
"Apa kau lelah?" Jisoo mendongak mendapati suaminya sedang memijat pundaknya yang terasa berat.
"Tidak, Irene Eonni tadi juga membantuku. Tapi sepertinya memang kondisiku yang sedang tidak baik makanya aku jadi lelah." Sehun masih memijat pundak Jisoo lalu mencium kepala istrinya. "Jangan terlalu lelah. Nanti kau sakit, Besok tidak usah bekerja ya?"
Jisoo membalikkan badannya menatap suaminya dengan heran. "Ehh, kenapa?"
Sehun menyelipkan beberapa tambut Jisoo yang terjuntai ke depan dan menyelipkannya dibalik Telinga. "Ajukan cuti juga. Aku ingin kita berbulan madu."
Jisoo semakin mengernyitkan dahinya bingung. "Kenapa sangat mendadak?"
"Sudah lah ikuti saja, ya?" Minta Sehun dengan wajah yang dibuat - buat membuat Jisoo terkekeh. "Oppa, kau harus melihat wajahmu sendiri. Aku yakin Vivi akan menertawaimu." Sehun merubah ekspresinya menjadi datar dan menatap tajam Jisoo.
Jisoo yang mendapat tatapan maut akhirnya hanya bisa bungkam dan mengalihkan pandangannya dari Sehun dan bersiap mengambil langkah seribu.
"Yak Kim Jisoo kemari kau." Teriak Sehun begitu melihat istrinya yang berlari menghindari dirinya.
***
"Sial, bagaimana bisa Sehun tahu aku sudah kembali." Sejeong menegak satu gelas penuh berisi wine berwarna merah lalu meletakkan gelasnya dengan kasar.
Sejeong mengacak rambutnya dan kembali melirik pesan yang ia terimanya tadi pagi.
"Kalau Sehun menemukanku aku hanya berharap kalau pria itu masih mempunyai perasaan padaku. Setidaknya dengan itu semua akan baik-baik saja." Pikir Sejeong.
***
Jisoo menatap hambaran laut dari dalam mobil dengan wajah pucat. Sehun yang berada di sebelahnya terlihat khawatir dengan perubahan wajah Jisoo yang terlihat sangat pucat sejak sebelum mereka berangkat.
Awalnya Sehun hendak membatalkan perjalanan mereka tapi Jisoo tetap keras kepala dan katanya ingin tetap berangkat. "Lagipula hanya ke Pulau Jeju. Aku masih sanggup." Itu yang dikatakan Jisoo sebelum mereka take off.
Sehun menepikan mobilnya dan kembali menatap Jisoo dengan khawatir. "Apa kau baik-baik saja Chagi?"
Jisoo menatap Sehun dengan wajah lusuhnya den tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya. "Aku baik-baik saja Oppa." Sehun bisa melihat senyuman Jisoo yang terlihat terpaksa. Ia tahu istrinya benar-benar tidak baik. "Tidurlah, aku akan membangunkanmu setelah sampai di hotel." Jisoo mengangguk lemah lalu membiarkan Sehun menurunkan bangkunya lalu memakaikan jacket miliknya untuk dijadikan selimut bagi Jisoo.
***
Jisoo terbangun karena tenggorokannya terasa kering. Kepalanya masih terasa berdenyut tapi tidak sesakit kemarin sebelum mereka berangkat.
Jisoo mengerjapkan matanya untuk membiasakan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Jisoo celingukan menatap ruangan disekitarnya. Seingat dirinya ia disuruh berbaring di mobil saat perjalanan menuju hotel.
Tapi sekarang dirinya malah berada diranjang dan suaminya yang berada di sampingnya. Apalagi jika melihat keadaan sekeliling sepertinya siang sudah berganti malam. Jisoo memindahkan tangan Sehun yang berada diatas perutnya dan berusaha turun dari ranjang tanpa membangunkan sang suami.
Jisoo keluar dari ruang tidur dan dirinya dibuat takjub dengan ruangan yang terdiri dari ruang yang nampak seperti ruang keluarga yang dilengkapi dengan sofa santai juga sebuah televisi berukuran cukup besar lalu ada sebuah mini bar yang terlihat cukup lengkap dengan beberapa botol wine yang berjejer rapi dan cantik. Ini lebih terlihat seperti apartement daripada hotel.
Mata Jisoo nampak masih penasaran dengan sebuah pintu besar yang terbuat dari kaca. Jisoo membuka pintu kaca dengan menggesernya.
Matanya nampak terkejut dengan pemandangan indah yang terlihat dari tempatnya pemandangan langsung menuju pantai lalu bulan yang nampak dekat dilihat dari tempatnya sangat nyata bagi dirinya. Pantulan bulan di atas hamparan laut juga membuat Jisoo terpana.
"Kau tidak kedinginan sayang?" Jisoo sedikit tersentak begitu suara berat dengan pelukan hangat yang tiba-tiba menyelimuti dirinya.
Jisoo tersenyum begitu sadar kalau suaminya sedang menghangatkan dirinya.
"Ya, sedikit dingin. Tapi aku terlalu takjub dengan keindahan ini." Sehun semakin mengeratkan pelukannya menyalurkan kehangatan yang ia punya untuk istrinya.
"Sudah merasa hangat?"
Jisoo melepas pelukannya lalu membalikkan badannya dan memeluk suaminya dengan erat. "Seperti ini lebih hangat dan" Jisoo menggantungkan ucapannya lalu mencium bibir Sehun sekilas. "Nyaman."
Sehun tersenyum senang lalu membalas pelukan Jisoo lebih erat.
***
TBC
YAALLAH GUE BUAT APAAN SIH INI. MEREKA YANG GUE BIKIN ROMANTIS MALAH GUE YANG BAPER 😭😭😭
Mungkin 2 sampai 3 part selanjutnya hanya berisi part roman picisan, setelah itu ditunggu aja ya lanjutannya 😚😚😚
Tapi emang ada yang masih nunggu aing update ya 😭😭😭
Yang masih nunggu angkat ototnya hehehehe 💪💪💪
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With Arrogant
FanficRank #141 on FANFICTION (14/02/17) Apa kau benar-benar membenciku? Kalau iya beritahu aku cara untuk membuatmu menyukaiku. Aku akan terus disisimu meski kau membenciku bahkan mencintai wanita lain. Karena kau SUAMI ku. Kim Jisoo Jangan berbuat baik...