Bab 30

8.5K 742 16
                                    

Mungkin semua orang menganggap Sejeong adalah gadis polos yang butuh naungan. Itu juga yang terpantri dalam otak Chanyeol saat pertama kali melihat Sejeong.

Gadis itu pertama kali bertemu dengan Chanyeol saat keduanya kebetulan sedang menjalani studynya di london.

"Kau menyukai Sehun?" Ujar Chanyeol spontan begitu melihat Sejeong yang asik memperhatikan sahabatnya satu itu.

Sejeong hanya tersenyum malu, tapi itu cukup membuktikan kalau Sejeong menyukai Sehun.

Sepekan kemudian baik Sejeong dan Sehun menceritakan perihal hubungan mereka secara pribadi. Dalam hati Chanyeol bersyukur sekarang Sehun bisa membuka hatinya, dan bersyukur jika Sejeong mempunyai naungan yang lebih baik dari dirinya.

Namun siapa sangka, dibalik kepolosan yang dimiliki Sejeong. Ternyata gadis itu memiliki dendam yang besar pada keluarga Sehun.

Dan tidak ada yang menyangka pula gadis itu sudah merencanakan pembantaian pada satu keluarga Sehun hari itu.

Untung saja Ibu Sehun dapat mencegah semuanya lalu berdalih mengirim Sejeong ke luar negri dengan maksud menjauhkan Sejeong dari Sehun. Chanyeol orang pertama yang diberitahu Ibu Sehun mengenai kejadian buruk yang hampir menimpa keluarganya.

Ibu Sehun ingin Chanyeol merahasiakannya dan hanya ingin keduanya saja yang tau dengan masalah ini.

Sesaat setelah Ibu Sehun mengatakan semua kebenaran dibalik kepoloson Sejeong, Chanyeol merasa bersalah.

Ia ingat ketika Chanyeol meminta Sehun berjanji untuk menjaga dan tidak pernah untuk membenci Sejeong.

***

Jisoo mengusap perutnya yang semakin membesar. Sudah lewat tiga minggu sejak insiden mengerikan yang menimpa Jisoo dan Chanyeol.

Sekarang Jisoo sedang sibuk merajut sebuah syal berwarna biru untuk dijadikan hadiah ulang tahun Sehun yang jatuh tidak lama lagi.

"Kau kelihatan sangat sibuk, sampai tidak menyadari kehadiranku? Hm?"

Jisoo mendongak mendapati suaminya yang menggerutu sambil memeluk pundaknya dan menghujani kepalanya dengan kecupan ringan.

"Maaf, Aku terlalu asik dengan ini." Ujar Jisoo sambil mengangkat rajutan yang baru setengah jadi.

Sehun beralih duduk dihadapan Jisoo, mengangkat dagunya untuk membuat Jisoo menatap manik matanya. "Jadi aku sudah tidak menarik?"

Jisoo terkekeh lalu menangkup wajah suaminya. "Oppa, kau harus lihat wajahmu. Itu sangat lucu, lagipula bagaimana bisa kau cemburu dengan untaian tali dan jarum? Itu menggelikan."

Sehun memberenggut lalu mengusap perut Jisoo. "Anakku, ternyata Ibumu benar-benar memiliki mulut yang pedas. Semoga saja kau tidak seperti itu. Arraseo?"

Jisoo semakin tergelak, akhir-akhir ini Sehun berubah menjadi pribadi yang humoris berbanding terbalik saat pertama kali ia bertemu dengannya, angkuh dan dingin.

Mengingat bagaimana Sehun yang dulu membuat Jisoo menjadi emosional. Ketulusan hatinya untuk sang suami sampai saat ini mampu meruntuhkan tembok besar yang berlapis es.

"Terima kasih." Ujar Jisoo sambil menangkup kedua pipi suaminya.

Sehun mengangkat alisnya bingung. "Untuk apa?"

"Mengizinkanku masuk dalam hatimu, dan menerima hatiku."

Sehun tersenyum, ingatan tentang masa lalunya juga berputar di dalam memorinya secara acak. Yang pasti disetiap memori kenangannya bersama Jisoo, Ia selalu merasakan ketulusan yang besar.

Marriage With ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang