Bab 22

11.2K 953 52
                                    

WARNING

"Eomma, Eodiga?"

Sehun masuk ke dalam rumah sambil berteriak dan tak menghiraukan tatapan para pegawai rumahnya yang menatap dirinya sambil mengernyit. Sedangkan Jisoo hanya mengekor tanpa bersuara. Jujur saja saat ini jantung Jisoo berdetak dengan kencang karena gugup. Padahal sebelumnya Jisoo sudah sering bertemu dengan orang tua Sehun. Tapi sepertinya hari ini ada aura tersendiri baginya untuk bertemu dengan orang tua Sehun.

"Sehun~na, apa kah itu kau?" Balas suara wanita yang muncul dari sebuah ruangan yang sepertinya adalah kamar miliknya.

"Oh yaampun menantuku yang cantik kau juga ada disini." Pekik Ibu Sehun dan langsung menghambur memeluk Jisoo dengan erat. "Eomma, kau bisa membuat Jisoo kehabisan oksigen." Tegur Sehun yang melihat ibunya sangat senang bertemu Jisoo.

Ibu Sehun langsung refleks melepas pelukannya dan menatap Jisoo dengan khawatir. "Ahh Jisoo~ah maafkan aku, aku terlalu senang tadi." Jisoo tersenyum. "Tidak apa Eomma, aku senang kalau kau juga senang." Ibu Jisoo kembali tersenyum lalu mencubit kedua pipi Jisoo gemas. "Aigoo, kau benar-benar menantuku yang paling aku sayangi."

"Ehmm!" Suara dehaman milik Sehun membuat kedua wanita itu langsung beralih menatap Sehun.

"Dimana Appa dan Harabeoji?"

"Harabeoji mu sedang berlibur ke Jeju dengan para teman lamanya. Dan Appamu, Dia ada di taman belakang, sedang bermain dengan anak sepupumu." Sehun membulatkan mata lalu memutar tubuh ibunya untuk berhadapan dengan dirinya.

"Apa Mino datang kesini?" Ibu Sehun mengangguk lalu Sehun secepat kilat berlari ke arah taman dengan wajah senang.

Samar-samar Jisoo bisa mendengar suara sapaan antar dua orang yang terdengar sangat akrab. Tapi yang Jisoo tahu suara orang itu terdengar tak asing.

"Jisoo~ah, ayo kita kesana." Ajak Ibu Sehun sambil menggandengnya.

Jisoo mengikuti Ibu Sehun dan duduk disebelahnya dan mengamati suasana taman yang hidup.

Suasana taman belakang Sehun hidup dengan kehadiran beberapa anak kecil. Satu anak kecil yang sibuk bermain dengan pria paruh baya yang merupakan Ayah Mertuanya. Sedangkan Sehun, dia sedang asik mengobrol dengan seorang pria yang terlihat cukup tampan dan sedikit, garang?, yang sedang menggendong seorang anak kecil yang sangat imut. Menurut Jisoo.

"Mino, bisa bantu aku gantikan popok Manse? Aku sedang memegang makanan untuk Daehan." Ujar seorang wanita dari dalam rumah sambil memegang satu tampan penuh berisi makanan dan buah. Dan seorang anak laki-laki berpipi tembam yang sedang bergelayut dikakinya.

Pria yang sedang mengobrol dengan Sehun menoleh ke arah wanita tadi dan sepertinya bingung antara anak kecil yang digendongnya atau membantu istrinya. Mingguk, anak itu sangatlah dengan Mino jadi sedikit sulit untuk melepaskan diri darinya.

"Mino, sini biar aku jaga Mingguk. Dan kau bisa mengurus Manse."

Mino mengangguk dan menghampiri Ibu Sehun yang notabenenya adalah Bibinya dan memyerahkan Minguk padanya. Tapi karena Minguk yang selalu manja dia masih enggan melepaskan tangannya dari leher Mino. Tanpa sengaja Jisoo bertatap wajah dengan Minguk. Dan seketika Minguk berteriak kegirangan kearah Jisoo sambil berkata lucu "Eomma." Teriak Mingguk sambil berusaha turun dari Mino dan berlari ke pelukan Jisoo.

Semua orang kaget, tapi Jisoo berusaha memahami keadaan dan mengambil Minguk dari gendongan Mino. Dan Pria itu sudah berlari kecil untuk mengambil Manse.

Wanita yang sedang membawa makanan itu menghampiri Meja Jisoo dan mencubit pelan pipi tembam Mingguk. "Dasar anak genit, kau sudah bisa mencari pengganti Eomma? Hm?" Cubitnya dengan gemas yang ditanggapi tawa dari Ayah dan Ibu mertua Jisoo.

"Pantas Mingguk memanggil istriku Eommanya Noona, karena jika dilihat Wajahmu sedikit punya kemiripan dengan istriku." Celetuk Sehun sambil memegang pundak Jisoo.

Ibu Sehun langsung mengalihkan pandangannya kearah Jisoo dan Irene, istri Mino, secara bergantian. "Wah, Sehun benar. Kalian memang mempunyai kemiripan." Ujar Ibu Sehun dengan tatapan takjub.

"Tapi, mata Minguk benar-benar bagus untuk memilih siapa yang terbaik." Kekeh Sehun yang langsung di balas dengan satu pukulan di kepalanya.

"Oh iya, aku lupa berkenalan denganmu Jisoo, namaku Irene. Aku Istri Sepupunya Sehun. Maaf aku tidak datang ke acara pernikahan kalian. Karena aku sedang berada di jepang saat itu."

Jisoo mengangguk paham lalu mengelus lengan Irene. "Tak apa Eonni, tapi sebagai gantinya apa aku boleh meminjam Mingguk. Dia sangat lucu." Jawab Jisoo sambil mencim kepala Minguk yang sedang bersandar di dadanya.

Semua orang tertawa kecuali Sehun yang malah terlihat cemburu.

"Jangan, aku tidak mau anak orang lain. Bagaimana kalau kita membuatnya saja?" Semua orang kembali tertawa dan sekarang Jisoo yang terdiam dengan wajah yang sangat merah karena malu.

"Sehun~na, jangan suka menggoda istrimu. Liat wajahnya." Tegur ayah Sehun.

"Wah, apa yang aku lewatkan?" Ujar Mino sambil menarik bangku dan ikut duduk disamping ayah Sehun sambil memangku Manse yang sedang asyik dengan botol susunya.

"Apa Mingguk menganggumu?" Tanya Mino.

Jisoo menggeleng. "Tidak, dia sangat manis dan baik."

"Sehun~na sepertinya kau memang harus bekerja keras agar istrimu senang. Susah loh membuat yang seperti Mingguk." Goda Mino yang dibalas gelak tawa. Sedangkan para anak kecil hanya terdiam dan bingung. Dan wajah Jisoo saat ini seperti dijemur terlihat sangat merah. Sehun sedikit memberenggut kesal dan memukul jidat sepupunya dengan gemas.

***

Jisoo tertawa cekikikan diatas ranjang milik Sehun sambil membolak balikkan sebuah album photo milik Sehun. Sehun sendiri sudah memberenggut kesal sejak tadi dan hanya memandangi istrinya dengan tatapan siap menerkam.

Sehun dan Jisoo akhirnya memutuskan untuk menginap dirumah orang tua Sehun karena paksaan dari Ayah dan Ibunya membuat Sehun dan Jisoo pasrah dan mengikuti kemauan mereka. Dan jangan lupakan Mingguk yang selalu menempel pada Jisoo membuat Jisoo semakin sulit menolak tawaran mereka.

"Apa tidak cukup kau menertawaiku? Itu sama sekali tidak lucu." Gerutu Sehun sambil berusaha merebut album photo yang sekarang dipeluk oleh istrinya karena tadi Sehun berusaha merebutnya.

Sehun yang gemas akhirnya memilih menindih tubuh Jisoo membuat gadis itu semakin memeluk album photonya dengan erat.

"Kau tahu apa yang terjadi jika aku sudah seperti ini?" Jisoo menelan salivanya. Ia tahu Sehun sedang ingin bermain dengannya. Tapi ini bukan diapartement mereka, tempat dimana Jisoo tidak bisa mendesah dan melenguh.

"Oppa, kita tidak diapartement. Mereka bisa mendengar kita."

Sehun menyeringai lalu mengecup bibir Jisoo. "Kau lupa? Aku sudah tinggal disini selama berpuluh tahun dan aku juga tahu kalau semua kamar memiliki kedap suara sayang." Jelas Sehun dan tanpa aba-aba langsung melumat bibir Jisoo dengan ganas.

Jisoo perlahan terbuai dan menggantungkan tangannya ke leher Sehun dan membuat album photo yang dipegangnya terjatuh.

Malam itu akhirnya mereka habiskan dengan lenguhan juga desahan sensual yang memenuhi kamar mereka.

***

Yaallah gue nulis apaan ini *baca ulang, banting hp

Maafkan aing, sumpah maafin ya 😢😢😢

VOMMENT JUSEYO 😛😚😚😚

Marriage With ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang