7. Pengganti

1.9K 104 1
                                    

Keysha POV

Aku berjalan menuju ke meja makan. Di sana sudah ada Mama yang menyiapkan sarapan untuk kita. Papa yang sedang membaca koran, dan bang Arkan yang sibuk dengan smartphonenya.

"Pagi semua, Ma butuh bantuan gak" ucapku saat sudah sampai.

" Pagi juga sayang, gak usah sayang, kamu duduk aja " jawab Mama.

" Pagi juga adekku sayang" jawab bang Arkan

"Pagi juga anak kesayangan Papa" jawab Papa sambil melipat korannya.

" Lah aku gak anak kesayangan Papa" ucap bang Arkan sambil memasang muka melas dan meletakkan hpnya di meja.

" Kamu juga anak kesayangan papa, tapi kalau kamu mau nerusin perusahaan Papa Kan" ucap Papa

" Tapikan Pa, Arkan punya rencana sendiri" jawab bang Arkan kesal.

" Kenapa gak nerusin perusahaan Papa aja sih bang" ucapku

" Gak usah dipaksa Arkannya pa, biarlah dia menentukan diri sendiri" ucap Mama

"Arkan pergi udah kenyang Arkan mau ke kamar " ucap bang Arkan lalu pergi.

" Papa bang Arkan kenapa sih? " tanyaku kepada Papa

" Gak papa Key biasalah abangmu itu, udah habisin makanan kamu, nanti berangkat sama Papa kan" jawab Papa

" iya Pa" jawabku.

***

" Sudah sampai Key" ucap Papa setelah sampi di depan sekolah.

" iya Pa, oh iya, Papa jangan terlalu paksa bang Arkan ya, beru dia untuk berfikir " ucapku kepada Papa

" iya Key, papa akan ikuti saran Keysha, tapi Papa sangat mengiginkan abang mu itu nerusin perusahaan Papa. Udah sekarang kamu masuk, belajar yang benar " jawab Papa.

"iya Pa, assalamu'alaikum" ucapku sambil mencium tangan Papa dan keluar dari mobil.

Setelah keluar dari mobil, aku berjalan menuju kelas. Aku melewati lapangan basket. Di sini masih sepi karena masih terlalu pagi. Tetapi ada seseorang yang bermain basket sendirian. Dia adalah kak Raka. Tiba tiba bola basket itu menuju ke arahku. Untung aku bisa menangkapnya.

Kak Raka membalikan badannya. Mata kita bertemu. Entah berapa detik, kita terpaku saling menatap. Entah kenapa mata ini seakan terkunci ke matanya.

Kak Raka yang pertama memutuskan kontak mata kami. Dia melihat ke arah bola basket yang ku pegang. Dia berjalan ke arah ku. Dan entah kenapa aku menjadi seperti patung, sulit untukku bergerak.

" Mana bolanya" ucapnya setelah sampai di depanku mungkin berjarak 1 m.

" Ni " jawabku sambil melemparkan bola itu ke arahnya. Lalu pergi meninggalkannya. Tetapi tanganku dicekal olehnya.

" Bisa kita bicara" ucapnya

" Tidak " jawabku cuek

" Gue tunggu di cafe tempat lo biasa ngumpul dengan teman - teman lo, setelah pulang sekolah" ucapnya kemudian pergi.

" Key pagi - pagi udah ngelamun aja" ucap Aruna tiba tiba membuatku kaget.

" Aruna, elo bikin gue jantungan tau gak" ucapku kesal

" Makanya jangan ngalamun pagi- pagi dilapang basket lagi kesambet nanti lo" ucapnya sambil berjalan dan aku ikuti.

" Sharen mana" tanyaku.

" Lah malah mengalihkan pembicaraan ni anak, Sharen izin gak masuk hari ini dia ada kepentingan keluarga ni suratnya" ucapnya sambil membawa sebuah surat.

" Yah kok gak bilang gue sih " jawabku.

" dadakan Key, baru tadi pagi. Kalau gue gak mampir ke sana gue juga gak tau " jawab Aruna

***

" Key lo pulang nanti dijemput? " tanya Aruna sambil membereskan buku - bukunya.

" Gak, nanti naik taksi aja" jawabku juga sambil membereskan buku-buku yang ada dimeja.

" Mau gue anter? " tanya Aruna

" Gak usah Ar, makasih." jawabku.

" Oke, gue duluan ya" ucapnya lalu pergi meninggalkanku di kelas.

Kelas sudah mulai sepi. Aku berjalan menuju keluar sekolahan dan menunggu taksi.Kemudian taksi yang ku tunggu datang dan aku pun pulang.

***

Sekarang aku berada di rumah, tepatnya dikamar, sambil berbaring di kasur.

" Datang gak ya, tapi ini udah jam 3, sudah setengah jam, apa dia masih menunggu" gumanku.

Setelah berfikir akhirnya aku berangkat ke cafe.

" Ma aku mau pergi sebentar, assalamu'alaikum" ucapku saat melihat Mama yang sedang menonton tv.

" iya sayang, hati hati jangan pulang malam, wa'alaikum salam" jawab Mama

Aku berjalan keluar rumah,. Kemudian menyetop taksi yang lewat.

***

Aku berjalan memasuki kafe. Kafenya hari ini agak sepi tidak seperti biasanya. Aku melihat lihat mencarinya. Aku menemukan dia sedang duduk di tempat biasa aku dan kedua sahabatku tempati. Di sedang membaca sebuah buku dengan menggunakan kaca mata.

Aku berjalan ke arahnya. Entah kenapa jantung ini berdetak lebih kencang, rasanya gugup.

" Maaf baru datang" ucapku saat sudah didekatnya.

Dia yang mendengar ucapanku. Langsung meletakan buku yang dia baca di meja dan melepas kaca matanya.

" Duduk lah " ucapnya

" Aku kira kamu tidak datang, karena kamu begitu bencinya ke aku " ucapnya setelah aku duduk. Ekspresinya tetap sama, datar. Dia juga merubah gaya bicaranya aku-kamu.

" ehm.. Aku.. Aku-" entah kenapa sulit sekali aku menjawab

" Mau tanya? " ucapnya memotong ucapan ku. Aku menghembuska nafas kemudian menjawab.

" Apa kotak musik dengan pengirim berinisial RAG itu kamu? " tanyaku pada akhirnya

" Iya, itu dariku, sebagai pengganti dari kotak musik yang aku rusakin, dan aku mau menjelaskan kenapa waktu itu aku langsung pergi, agar kamu tidak terus terusan membenciku" jawabnya

" Pengganti. Tidak, tidak ada yang bisa menggantikan kotak musik itu". Jawabku kesal

" Apa karena bentuknya tidak sama, maaf aku hanya bisa menggantikan seperti itu " jawabnya

" Bukan. Bukan karena bentuk, harga, maupun apapun. Tapi kotak musik itu dari orang yang sangat aku sayangi. Kotak musik itu sangat berharga" ucapku

" Maaf,aku bisa menjelaskannya... " ucapnya terhenti saat hp aku bebunyi.

Aku pun mengangkat telfonnya yang ternyata dari Mama.

" APA, aku akan segera ke sana ma" ucapku. Kini air mataku menetes.

" aku harus pergi " ucapku lalu berdiri dan akan melangkah tetapi

" aku antar " ucapnya lalu menggengam tanganku dan membawaku ke mobilnya.

***

Alveira's Love [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang