Keysha POV
Aku sekarang berada di kamar. Sekarang aku bingung apa aku harus datang atau tidak. Aku bingung apa yang harus aku katakan kepada kedua sahabatku, kalau hari ini aku tidak ikut ngumpul. Setelah lama berfikir aku membuka hp dan membuka grup, ternyata mereka sudah chat an.
Sharen : guys hari gue gak ikut ngumpul.
Aruna : iya ni gue gak bisa ikut ngumpul. 😣
Sharen : lo kenapa gak bisa Ar? Gak ada acara ngumpul dong hari ini..
Aruna : gue disuruh nyokap, ikut ngumpul dirumah grandma. Lha lo sendiri kenapa Sha?
Sharen : hehe gue mau ketemu pangeran gue lah. Dia kan baru pulang😊😊😘
Aruna : ehem ehem, Iya deh yang mau temu kangen.. Ngiming ngiming Keysha mana ya?
Sharen : tauk tu anak gak nongol nongol
Keysha : yuhuuu.. Gue di sini pada nyariin gue ya. Kangen kah?? 😘😘
Sharen : nah ni anak yang dibicarain dateng.. Pergi yuk ar
Aruna : iya ni dateng. Pd amat kangen.. Ayuk Sha.. Off yukk
Keysha : awasss ya kalian.. Sudah sana sana pergi hush hush😣
Aruna : eh ada yang marah ni Sha..
Sharen : iya ni off yuk yuk..
Keysha : off sana, gak papa. Huh
Sharen : wkwkwk jangan marah lah Key.. Hahaha
Aruna : uluh uluh marah ya😜😜😛
Keysha : tauk.. Btw gak pada bisa ngumpul ya.. Gue juga gak bisa ni.
Sharen : tumben lo juga gak bisa?
Keysha : besok gue ceritain. Gue off. Bye-bye sahabat sahabat kuh..
Setelah membalas itu. Aku menaruh hpku kedalam tas selempang kecil. Kemudian aku berjalan keluar rumah..
***
Aku berjalan menuju taman. Jam sudah menunjukkan pukul 9:20. Aku terlambat lagi. Akibat aku berfikir terlalu lama.
Setelah sampai di taman. Aku berkeliling mencarinya. Akhirnya aku menemukannya di bawah pohon rindang itu. Duduk bersandar di batang pohon itu. Tak lupa dengan membaca buku dengan kaca matanya. Kemudian aku menghampirinya.
" Terlambat lagi" ucapnya setelah aku berada di dekatnya. Ternyata meskipun ia fokus membaca tetapi mengetahui kehadiranku.
"Maaf" ucapku masih di posisi yang sama. Berdiri.
" Ku kira kau tak datang, duduklah " ucapnya sambil meletakkan bukunya dan melepaskan kaca matanya.
" Kenapa kau mengira begitu? " tanyaku saat setelah duduk du dekatnya.
" Alasannya mudah, kau membenciku" jawabnya.
" Ya benar aku membencimu. Tapi aku ingin mendengar alasanmu" ucapku kemudian mengeluarkan kotak musik dari dalam tasku.
" Aku harus mulai dari mana menjelaskannya? " tanyanya
" Kenapa kau waktu itu langsung meninggalkanku? Aku yakin kau bukan tipe orang yang tak bertanggung jawab" ucapku
" Bagaimana kah bisa kau mengatakan aku orang yang bertanggung jawab? " tanyanya
" Entah, aku juga tak mengerti. Udah cepat jelaskan aku tak punya waktu banyak" ucapku sambil bersandar di batang pohon itu.
" Oke. Sebelumnya maaf. Waktu itu aku buru - buru. Waktu itu Ibuku sakit. Hari itu, aku masih di rumah. Tiba tiba aku menerima telfon dari dad. Katanya Mom kembali kritis. Aku pun dengan tergesa gesa pergi ke rumah sakit. Tetapi di tengah jalan. Tiba - tiba mobilku mogok. Tak ada satu taksi pun yang lewat saat itu. Tak ada cara lain. Aku berlari menuju ke rumah sakit. Saat itu pikiranku kacau sampai tak mengetahui kau berada di depanku. Dan tak sengaja aku menabrakmu. Maaf kan aku waktu itu aku buru - buru. " jelasnya sambil menghembus kan nafas.
" Dan karena buru - buru kau langsung pergi gitu aja" sahutku
"Iya benar. Dan kau tau aku hambir saja terlambat. Aku datang tepat saat Mom berbicara untuk yang terakhir kalinya" ucapnya dengan raut sedih.
" Jadi, ibu kamu, dia" aku tak berani melanjutkan bicaraku.
"Iya Mom meninggalkanku dan Dad untuk selamanya" ucapnya lirih.
" Aku turut berduka cita " ucapku lirih.
" Ikut aku" ucapnya lalu berdiri dan mengulurkan tangan kanannya ke arahku.
"Kemana? " tanyaku.
"Ikut saja, nanti jug tau" jawabnya. Kemudian aku menerima uluran tangannya.
***
Sekarang aku berada didalam mobil kak raka. Tadi dia mampir dulu ke toko bunga. Dan sekarang aku tak tahu kemana dia akan membawaku.
Mobil ini berhenti di sebuah tempat pemakaman. Dia mematikan mobilnya.
" yuk turun. Sudah sampai " ucapnya.
Kemudian aku menurut saja. Mengikutinya di belakang sampai dia berhenti di salah satu makam. Dia duduk berjongkok di dekat makam itu. Kemudian meletakkan bunga mawar putih di atas makam itu.
" Duduk lah Alveira, sampai kapan kau akan berdiri di situ " ucapnya sambil menatapku.
" Eh iyak kak" jawaku gugup.
" hai Mom. Aku datang lagi. Aku membawakan bunga mawar kesukaan Mom lagi. Tapi kali ini berbeda Mom. Aku ditemani seseorang. Dia yang sering aku ceritakan sama Mom" ucapnya.
" Apa yang sering kamu ceritakan tentang aku" tanyaku.
" Tentang penyesalanku. Maafkan aku, waktu itu aku meninggalkanmu. Tidak bertanggung jawab karena telah menabrakmu" jawabnya.
" Hai tante. Maaf tante aku tidak tahu. Jika waktu itu, saat anak tante menabrakku. Adalah saat tante membutuhkan anak tante. Aku memaafkan anak tante. Dan maaf telah pernah membenci anak tante padahal ini adalah kesalahpahaman" ucapku sambil memandang makam itu.
" Jadi kamu memaafkanku" ucapnya. Nada bicaranya berubah menjadi gembira.
"Iya kak. Aku memaafkan mu" jawabku.
" Terima kasih" ucapnya sambil tersenyum. Ternyata senyumannya sangat manis. Tapi entah kenapa membuat jantungku berdetak lebih cepat. Dan aku membalas senyumannya.
"Mom aku pulang dulu ya. Kapan - kapan aku ke sini lagi. Yuk pulang" ucapnya.
"Kau mau ke rumah sakit? " tanya saat kita sudah berada di mobil. Aku membalasnya dengan anggukan kepala.
"Aku antar. Dan tidak menerima penolakan" ucapnya.
***
Sesampainya di rumah sakit. Aku turun dari mobil itu. Kemudian kak Raka juga keluar.
" Makasih kak sudah mengantarkan aku" ucapku.
" Sama-sama, maaf gak bisa ikut ke dalam, masih ada urusan. Dan ini sebagai permintamaafanku "ucapnya sambil memberikanku setangkai bunga mawar putih.
"Terima kasih kak" ucapku sambil tersenyum ke arahnya.
"Aku duluan" ucapnya lalu pergi dengan mobilnya.
Aku mencium bunga mawar itu. Sambil tersenyum. Mungkin memang aku harus memaafkanya. Bukankah setiap orang punya kesalahan. Dan kita harus memaafkan kesalahan itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Alveira's Love [Selesai]
Teen Fiction[Belum direvisi] Cerita pertama di wattpad, masih ambrul-adul. Aku tak mengerti apa itu cinta Aku tak mengerti apa itu jatuh cinta Apakah kini aku merasakannya? Matanya, membuatku terkunci Terkunci tatapannya Apakah benci ini sudah menjelma Menjel...