cinq;

21.6K 4.3K 341
                                    

Aku melongo. Demi apapun, rumah si dokter songong itu bagus banget! Nggak sebesar yang aku kira sih, tapi sumpah bagus banget! Tipe aku deh.

Ada taman di halaman depan dan belakang, wallpaper cantik, pokoknya sulit dideskripsikan.

Yang jelas, rumahnya sangat nggak menggambarkan sifat dinginnya. Aku yakin, anak kecil yang tinggal disini pasti bakal betah.

"Mulai hari ini kau bisa bekerja disini, Ro..."

Dia menggantungkan ucapannya, sedangkan aku mulai mengernyit. Dia kenapa sih? Dari kemarin loh.

"Ro...kakaknya Rohee," lanjutnya.

"Maaf dok, namaku Rona, bukan kakaknya Rohee," kataku. Dasar aneh!

"Apapun itu, aku tidak suka namamu. Pokoknya lakukan tugasmu. Ah, kau boleh memasuki semua ruangan di rumah ini, asal jangan merusak isinya."

Tch, cerewet banget sih. Heran.

"Hm, yaya."

"Bagus. Sekarang bekerjalah. Aku harus ke rumah sakit."

Aku mengangguk patuh. Hhh, cukup sekali ini punya majikan songong.

***


Aku boleh masuk ruang apa aja kan? Hihi, akupun membuka pintu kamar dokter songong lalu melangkahkan kakiku ke dalam. Hmmm, kamar yang sangat rapi.

"Eh? Apaan tuh?"

Sebuah ranjang bayi di sudut ruangan berhasil mengalihkan perhatianku. Nggak, bahkan disana ada mainan bayi. Apa dokter songong punya anak?

Tapi aku nggak menemukan apapun. Maksudku... kemana anaknya kalau dia memang punya anak?

Mataku jatuh pada sebuah pigura di atas box bayi tersebut. Lancang nggak ya kalau aku liat pigura yang aku yakini ada fotonya itu?

"Ah bodo deh," gumamku sambil meraihnya. Bener aja, emang ada foto disana.

Ini si dokter songong dan... siapa nih? Cantik banget. Pacarnya?

"Astaga, kepo banget sih!"

Akupun buru-buru meletakkan pigura itu di atas nakas lalu keluar dari kamar si dokter songong. Hhh, kali ini aku udah kelewatan.



Joshua

"Om dokter!!"

Pekikan Rohee berhasil mengembangkan senyum di bibirku. Bocah itu melambaikan tangannya yang masih terpasang infus. Astaga, melihatnya membuatku miris.

"Hi, Rohee!"

"Om, kata kakak, sekarang dia kerja di tempat om ya?" tanyanya. Aku tersenyum lalu mengangguk. "Ih seru banget! Rohee jadi pingin pulang."

"Em?"

Dia menghela napas sekali lalu menatapku dengan sorot sedihnya. "Rohee pingin di rumah aja sama kakak. Rohee bosen disini."

"Tapi Rohee, kondisi kamu masih belum stabil. Kamu harus--"

"Bukannya semua orang bakal mati ya? Mau dia sakit kayak Rohee atau enggak."

Aku menggeleng. Kuraih bahu kecilnya lalu meremasnya pelan. "Kamu akan sembuh, sayang. Jadi bertahanlah."

"Tapi Rohee pingin pulang. Rohee pingin main sama kakak. Rohee pingin main ke rumah om dokter," katanya.

Aku menghela napas pelan. Apa semua akan baik-baik saja?


***

Om Joshua✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang