"Kak, Rohee pingin sekolah."
Aku yang sedang makan di ruang makan bersama Joshua langsung tersedak. "Sekolah?"
"Iya, kak. Temen-temen Rohee udah kelas dua, Rohee sekolah aja belum."
Aku terdiam. Rohee sakit saat usianya masih enam tahun. Jadi, sulit bagiku untuk menyekolahkan dia tahun lalu. Penyakitnya, uang, semuanya. Aku belum siap. Bahkan sampai sekarang.
"Kak Rona," rengeknya.
"Rohee harus sembuh dulu biar bisa sekolah."
"Tapi Rohee kapan sembuhnya, kak?"
Lagi-lagi aku terdiam. Demi apapun, aku ingin menangis sekarang.
"Rohee." Suara Joshua berhasil menyentakku dan Rohee. Mau apa dia? "Benar kata kakakmu. Jangan sekolah dulu. Nanti kalau Rohee kecapekan gimana?"
Rohee mengerucutkan bibirnya. Astaga, dia menangis. "Rohee--"
"Rohee pingin ngerasain sekolah sebelum Rohee mati. Rohee pingin belajar, om."
Aku membuang muka. Sialan, air mataku leleh di depan Joshua.
***
Aku masih nggak bisa tidur di malam yang dingin ini. Rohee mungkin capek nangis. Tidurnya nyenyak banget. Hhh, salah apa coba sampai Rohee ngerengek minta sekolah?
Aku membuka kulkas dua pintu milik Joshua lalu meraih sebotol air. Mungkin dengan minum bisa membuatku sedikit nyaman. Syukur-syukur kalau sampai mengantuk.
"Belum tidur?"
"UHUK!"
Aku hampir menyemburkan minuman di mulutku. Sialan, apa hobinya memang bikin jantung copot? Bukannya minta maaf, dia malah dengan santai meneguk sekaleng bir sambil berjalan mendekatiku.
"Masih memikirkan ucapan Rohee?" tanyanya.
"Kalau iya? Kenapa?"
"Ya berarti kita sama. Aku juga tidak bisa tidur," katanya. Aku cuma menyatukan alis heran.
"Kenapa om dokter yang terhormat harus repot-repot memikirkan keinginan Rohee?" tanyaku sedikit kesal. "Ah udahlah. Mungkin dia habis lihat anak sekolah di tv. Nafsu sesaat."
Yeah, aku mencoba berpikir positif sekarang. Heunggg.
"Kakaknya Rohee," panggilnya. Hmm, kakaknya Rohee. Mulai lagi. "Kurasa tidak masalah."
"Apa?"
"Menyekolahkan Rohee," jawabnya. Aku diam-diam tertohok sekaligus tertawa disaat yang bersamaan.
"Kau mulai gila."
"Kenapa tidak?"
"Ada banyak alasan, om dokter. Pertama, dia sakit. Kedua, aku tidak punya uang. Kedua, dia harus sembuh."
Joshua mengangguk, entah untuk apa. Menyetujui pernyataanku? "Kalau aku memanggil guru ke rumah? Kau setuju?"
Aku diam. Homeschooling? Bukannya jauh lebih mahal? Bukannya sama saja? Rohee bakal belajar sendiri, nggak ada teman.
"Jangan pikirkan uang. Serahkan padaku."
"Tapi--"
"Ah, jangan terlalu percaya diri. Aku melakukan ini bukan untuk menarik perhatianmu. Aku sangat menyayangi Rohee, jadi tidak masalah sama sekali mengeluarkan banyak uang untuk Rohee."
Wah, sialan. Aku hampir mengumpat. Siapa juga yang butuh perhatiannya?! Dasar songong!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Joshua✔
Fanfiction"Dokter Hong, tampan dan nggak mudah ditebak. Dia dingin di depanmu, tapi udah kayak suami dan bapak idaman di depan anak kecil. Huft." 4th om series @gyutoprak started : 230417