dix-huit

23.6K 4K 748
                                    

btw kemarin kaga ada yg tanya "rivalnya om niyel siapa?"

kalo ada yg tanya bakal aku spoilerin pdhl wkwkwk.

tp udah telat yee😊😊

hepi reding~~

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Setiap membayangkan Rona, maka kemarahannya empat hari yang lalu jadi ikut-ikutan terbayang di otakku. Dia menghindariku dua hari ini. Rasanya sangat menyebalkan.

Setiap aku bangun, sosok itu masih berada di kamar. Saat aku pulang kerja, lagi-lagi dia mengurung diri di dalam kamar.

Hanya keberadaan Rohee yang mampu menghiburku. Dia bahkan tidak sungkan memelukku dan mengatakan kalau kakaknya baik-baik saja. Dengan polos dia berkata kalau Rona kelelahan dan butuh tidur.

Ya, kakakmu lelah, Rohee. Dan akulah yang membuatnya lelah dengan drama sialan ini.

"Om mau ke mana?" tanya Rohee begitu melihatku keluar dari kamar. Aku menghampirinya lalu mengusap puncak kepalanya lembut.

"Om harus cari tau sesuatu. Rohee di rumah aja ya sama kakak?"

"Rohee boleh pergi sama kak Jihoon?" tanyanya dengan mata berbinar. Aku tersenyum lalu mengangguk.

"Ajak kakakmu juga. Dia butuh jalan-jalan."

Rohee mengangguk patuh. Setelah memberikan beberapa lembar uang pada Rohee, aku segera pergi meninggalkan rumah. Yah, kurasa benar. Aku harus menemui "bayi"ku untuk mendapatkan jawaban yang sesungguhnya.


🐳🐳

Aku menekan bel di depanku satu kali. Aku tidak tahu apakah dia ada disini, yang terlintas di otakku
hanya; Roa pasti ada di rumah orang tuanya.

Klek.

Pagar terbuka dan muncullah seseorang yang cukup aku kenal. Sudah lama tidak bertemu dengannya.

"P-Pak Joshua?"

"Pagi bi Kahi."

Yeah, bi Kahi ini pembantu di rumah orang tua Roa. Aku dulu sering bertemu dengannya saat pulang ke Korea. Bisa dibilang, dia saksi hubunganku dengan Roa.

"L-Lama nggak ketemu, pak. Saya kira lagi ngimpi."

Aku tertawa pelan. "Roa ada?"

"Ada, pak. Mari masuk dulu," katanya. Aku mengangguk lalu memasuki rumah orang tua Roa yang tidak berubah sama sekali.

Mungkin bi Kahi sengaja tidak merubah apapun semenjak kedua orang tua Roa meninggal beberapa tahun yang lalu.

"Tunggu disini dulu, pak. Saya panggilin mbak Roa."

"Iya, bi."

Aku duduk di ruang tamu sambil terus menatap setiap sudut tempat ini. Rasanya seperti nostalgia. Tenang, hatiku tidak ikut-ikutan nostalgia bersama mantan.

Bahkan sampai detik ini pun aku masih memikirkan Rona.

"Josh?"

Om Joshua✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang