Reynand Bagaskara Hardinata

20.5K 2K 84
                                    

Siang ini ruangan ini tampak senyap. Ruangan persegi empat yang begitu luas dengan segala kenyaman di dalamnya di tempati oleh seorang lelaki tampan. Pemimpin tertinggi perusahaan besar ini.

Dia terlihat fokus melihat - lihat sebuah proposal. Sesekali lelaki tampan itu mengukir senyumnya atau menggeleng pelan. Bahkan sesekali dia membulatkan matanya sempurna.

Entah apa yang menarik sampai suara derap langkah belahan jiwanyapun tidak dia sadari. Arkan si lelaki tinggi tegap itu yang berwajah datar, terlihat mengkerutkan kening melihat Reynand begitu serius.

Dia menyedekapkan tangannya di dada. Tubuhnya dia condongkan melihat proposal apa yang saudaranya itu baca.

"Proposal Ta'aruf,,Siapa yang memberikanmu ini Rey?" Tanya Arkan dengan suara datarnya seperti biasa.

Siang ini Arkan menemui saudaranya ini. Selain ada pekerjaan yang memang harus di bicarakan atau semua hal tentang keluarganya yang penuh misteri yang tidak pernah bosan untuk di perbincangkan.

"Reynand bagaskara" Panggil Arkan.

Reynand terlihat mulai sadar sekitar. Dia menutup proposalnya, Menyimpannya diatas meja lalu menatap Arkan yang berdiri menjulang di hadapannya.

"Ehem. Ada apa kamu kemari? Aku sudah shalat." Ujar Rey mengutarakan pertanyaan dan jawaban sekaligus.

"Kamu sudah makan siang?" Tanya Arkan.

Reynand mendelikan matanya.

"Kan, Aku ini saudaramu bukan istrimu. Kenapa begitu posesif sekali padaku."

"Berarti kamu belum makan siang. Biar aku belikan di bawah." Arkan berniat akan pergi tapi Reynand langsung mencengkram bahunya. Melarangnya.

"Aku akan pesan saja." Ujar Rey.

Arkan mengangguk dan menatap Rey untuk segera menelpon untuk memesan makanan.

Setelah itu dua saudara itupun duduk di sofa ruangan tersebut.

"Siapa yang melamarmu?" Tanya Arkan.

"Apa?" Rey balik nanya.

"Aku baca proposal yang kamu baca. Terlihat serius sekali."

Reynand menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Hanya seorang wanita. Dia begitu berani, Kamu tahu Kan. Dia memberikan semangat padaku..hahahaha dia beneran ingin melamarku atau pekerjaan sebenarnya. Entahlah aku juga tidak tahu."

"Siapa namanya?"

"Aisyah Nur Afifah."

"Dimana dia tinggal?" Tanya Arkan lagi menatap Rey dengan wajah seriusnya.

Reynand melirik saudaranya itu.

"Aku merindukan Riri." Ujar Rey mengalihkan pembicaraan. Dia memang merindukan adiknya itu. Hatinya serasa kosong sekarang. Tidak ada kehangatan yang mendekapnya lagi setelah kepergian Kinara tanpa di sangka - sangka.

Hening. Tidak ada lagi yang berbicara. Arkan tetap menatap saudaranya itu lekat.

"Jangan menatapku seperti itu, kamu selalu tahu apa yang aku rasakan. Terkadang aku geli kenapa kamu lebih tahu diriku dibandingkan diriku sendiri." Ujar Rey.

Arkan berdiri. Dia membuka ruangan Rey karena ada yang mengantarkan makanan yang tadi di pesan. Arkan mengucapkan terimakasih kepada pegawai yang mengantarkan makanan ini kesini.

"Kamu harus segera merekrut sekertaris. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan sendiri." Ujar Arkan kembali duduk. Dia langsung membuka makanan itu, mengambil sendok lalu memberikannya ke tangan Rey.

Siluet HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang