Sore hari ini warna jingga nampak seperti biasa. Semilir angin sore menerbangkan jilbab lebar Aisyah yang berdiri diluar kantor menunggu ayahnya. Hari ini Aisyah tidak lembur, percekcokan mulut tadi siang membuat Reynand menyuruh Aisyah pulang terlebih dahulu.
Handpone dalam tasnya berdering "Wa'alaikumussalam. Ayah lembur. Baiklah. Ai, pulang sendiri saja." Sesudah mengucapkan itu Aisyah langsung berjalan keluar halaman kantor.
Kakinya serasa berat dia langkahkan pulang. Matanya terlihat kosong tapi tidak berapa lama langkahnya berhenti. Dia, menghela nafas panjang dan berbalik masuk kedalam gedung kantornya itu.
Kakinya terlihat mantap masuk lebih dalam kedalam gedung besar ini. Aisyah sadar, Jika hari ini dia pulang dengan membiarkan hubungan dingin ini, Pasti tidak baik. Perasaannya akan semakin sakit saja juga pikirannya akan terus memikirkan masalah ini.
Dengan berani Aisyah mengetuk pintu ruangan Reynand. "Masuk." Ujar Rey didalam. Aisyah membuka pintu itu perlahan. Jantungnya sudah tidak diam sedari tadi.
Dia melihat lelaki penuh pesona itu sedang fokus dengan pekerjaannya. Bibirnya terlihat merenggut. Mata tajamnya menatap layar monitor dengan fokusnya. Dalam keadan apapun, lelaki ini selalu terlihat baik dilihat dari berbagai sisi.
Merasa, yang masuk ke ruangannya tak kunjung bicara. Rey, melirik sekitar. Matanya sedikit melebar saat melihat Aisyah sedang memperhatikannya.
"Kenapa?" Tanya Rey masih berusaha tetap fokus terhadap kerjaannya.
"Kita..emm. Baikan yah Direktur? Aisyah tidak suka kita diem - dieman begini. Walau bagaimanapun kita rekan kerja."
Rey, diam memperhatikan Aisyah. Mulutnya tetap tertutup rapat. Melihat Rey cuma diam Aisyah kembali bersuara.
"Dari Abiy Ayub al-Anshariy, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ‘bersabda; “Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam dimana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam.”(HR. Muslim, Hadits No. 2560).
Tidak menunggu lama, setelah Aisyah menjabarkan perihal hadits tersebut, Rey langsung bersuara.
"Ya. Kita baikan." Ujar Rey singkat.
Senyum Aisyah tersungging di wajah cantik polosnya. Rey, menatap itu semua dengan sendu. "Senang melihat kamu bisa tersenyum lagi." Ujar Rey.
Aisyah mengangguk, sekarang dia mendekat dan duduk dihadapan meja kerja Rey. "Apa ada pekerjaan yang perlu Ai bantu? Tadi Aisyah mau pulang tapi Ayah lembur, Hari ini entah kenapa Ai takut pulang sendirian"
"Kalau takut, tetaplah disini."
Aisyah mengagguk. Dia menyimpan tasnya di sofa. Membuka pintu ruang kerja bosnya. Dia akan menemani Reynand lembur hari ini.
Reynand memberikan sebagian pekerjaannya. Sebetulnya dia bisa menyelesaikannya sendiri tapi disaat Aisyah sudah bisa bersikap biasa - biasa saja. Reynand lega. Dia ingin menghabiskan hari lebih panjang dengannya. Seseorang yang mencintai selalu begitu.
"Sebentar lagi maghrib direktur."
"Shalat disini saja, gantian." Ujar Rey.
"Tapi kan, lebih baik shalat berjama'ah." Timpal Aisyah.
"Saya tahu, tapi pekerjaan ini harus selesai sesudah Isya, klien memintanya begitu." Bohong Rey, Dia hanya malas saja harus melihat interaksi Faiz dan Aisyah disaat suasana hatinya sedang tidak baik seperti ini.
"Ouhh, baiklah."
Adzan maghrib terdengar. Suara muadzinnya terdengar indah. Aisyah duduk di sofa khusyuk mendengarkan kumandang adzan. Di kursinya Rey memperhatikan semua itu dalam diamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siluet Hati
SpiritualKeterkaitan story #5 Reynand Bagaskara Hardinata. Seorang lelaki yang menurut orang begitu sempurna. Tapi menyimpan duka kehilangan yang teramat dalam sampai dia di pertemukan dengan perempuan yang bertolak belakang dengan dirinya juga hidupnya. Apa...