Rasa yang disimpan

16.7K 1.8K 153
                                    

Mobil mewah itu meluncur mulus di jalanan ibu kota. Si pengemudi terlihat kacau. Wajahnya terlihat begitu kusut. Senja sudah mulai menghilang, mobil itu berhenti tepat di depan komplek pemakaman. Matanya melihat jauh suasana yang tampak menyeramkan itu tapi pengemudi itu bergegas berjalan masuk kesana. Kakinya ambruk di sebuah kuburan yang tertulis nama Kinara.

"Aku mencintainya Nara. Maaf, aku tidak bisa memberikan hatiku untuk adikmu tapi aku bisa memberikan tubuhku dan masa depanku. Itu sebagai tanda pertanggung jawabanku terhadap orang - orang yang kamu kasihi." Gumamnya.

Kaki jangkung itu berdiri. Telinganya mendengar suara adzan. Mata tajamnya melihat langit yang memudarkan warna senja.

"Aku tidak pernah menyangka, dia bisa berada di hatiku. Aku tidak pernah mengira, Namamu aku simpan sebagai sebuah kenangan masa lalu."

"Maaf, Aku akan menghukum diriku sendiri karena hati yang berkhianat. Aku akan tetap disisi adikmu sampai kapanpun."

Setelah mengucapkan itu Reynand keluar dari pemakaman tersebut. Dia kembali melajukan mobilnya menuju sebuah tempat dimana dia bisa mengadu sesuka hati.

Di pesantren As - sidiq Ihsan termenung melihat Reynand yang datang disaat jarum jam menunjukan pukul sembilan malam. Lelaki itu langsung shalat isya tanpa berbicara sedikitpun kepada Ihsan yang sedari tadi melihat kedatangannya.

Ihsan melihat Reynand tertunduk setelah menyelesaikan shalat isya. Seperti mengadukan semua kegundahan hatinya kepada sang pemilik jiwa. Ihsan hanya tersenyum melihat itu.

Ustadz muda itu undur terlebih dahulu. Membiarkan Reynand khusyuk dengan ibadahnya. Reynand diam, dia terus duduk sampai dini hari. Matanya tetap terjaga.

Ihsan yang kembali lagi ke mesjid kaget melihat Reynand masih dengan posisi semula. Santri belum pada datang dengan lembut Ihsan menepuk pundak Reynand.

"Rey." Panggilnya.

"Iya Ustadz." Jawabnya.

Reynand langsung mengusap wajahnya. Dia melirik Ihsan dan langsung tersenyum.

"Kenapa saudaraku?" Tanya Ihsan.

"Hanya mencurahkan isi hati tapi ternyata ceritaku begitu panjang. Tapi DIA maha mendengar. Tidak lelah mendengar untaian ceritaku dari malam sampai sekarang."

Ihsan tersenyum. "Saya senang kamu mendatangiNYA terlebih dahulu saat ada yang ingin diceritakan."

"Sekarang hati saya sudah mulai tenang, Ustadz."

"Ambil wudhu kembali, kita shalat malam bersama - sama."

Reynand mengangguk, Tubuh jangkungnya berdiri. Terlihat dia meringis merasakan pegal di kakinya karena dilipat lumayan lama. Dengan tertatih dia menyeret kakinya ketempat wudhu. Ihsan hanya diam saja melihat semua itu.

Pagi ini Reynand sarapan bareng keluarga sidik. Kehangatan keluarga ini yang membuat dia selalu kesini setiap waktu. Beruntung sekali saudaranya sepupunya itu, memiliki mertua seperti mereka. Ditambah kehadiran si kembar yang membuat ramai suasana.

Selesai sarapan Reynand langsung menggendong Fahima. "Haloo sayang, matamu indah sekali." Ujar Rey sambil mencium pipi gembul Fahima yang sudah menginjak enam bulan.

Ibunya, Keira sedang memandikan Fahim dibantu Ihsan suaminya. Karena anak mereka kembar jadi mandipun bergiliran dan Ihsan akan ikut terjun langsung untuk memandikan kedua anaknya membantu istrinya.

Ihsan keluar kamar mandi dengan menggendong Fahim. Keirapun keluar "kak, Fahimanya mau dimandikan dulu. Makasih udah bantu megangin yah." Ujarnya lembut.

Siluet HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang