RINDU?

20.3K 2K 98
                                    

Matahari kembali bergerak naik. Setelah semalaman bersembunyi di balik langit negara yang harus diterangi.. Rumah besar mewah. Kediaman keluarga Hardinata tampak bertengger indah tertimpa sinar mentari.

Pagi ini Reynand terlihat sedang main basket di belakang rumah bersama ayahnya. Pradipta walaupun sudah memiliki cucu. Sisa - sisa ketampanan tak pernah luntur di wajahnya.

"Rey cape yah." Ujar Rey.

Dia langsung tidur terlentang diatas lapangan basket. Dipta yang melihat itu hanya tersenyum saja sambil terus memainkan bola basket ditangannya.

"Yang udat tua disini. Siapa Rey?" Tanya Dipta.

"Ayah. Siapa lagi."

"Nah kenapa kamu yang begini kayak kakek - kakek. Pegang pulpen mulu kerjaannya..gimana gak loyo tuh badan."

Reynand berdiri.

"Ayah bisa gak sih ngeledeknya gak segitunya."

Dipta tertawa. Reynand menatap tawa lelaki itu. Lelaki yang dulu brengsek tapi menyadari kebrengsekannya. Reynand tahu segala sifat Ayahnya sedikitnya tertempel di dirinya juga dengan wajah yang di turunkan hampir serupa. Dipta begitu tampan begitupun Rey.

"Kak Dip. Reynand. Udah main - mainnya yuk. Sarapan dulu. Bunda udah siapin sarapan." Ujar Deeva yang langsung mengambil bola dari tangan suaminya. Mendrible dan masuk kedalam ring basket.

"Wow. Istriku." Teriak Dipta heboh.

Deeva hanya memasang wajah angkuhnya. Wajah angkuh yang mampu meluluhlantahkan hati Dipta kala itu. Reynand hanya menggeleng. Dia selalu merasa bundanya punya kepribadian ganda.

Perempuan penyayang itu kalau berhadapan dengan orang - orang yang menganggu wilayah kekuasaannya dia akan begitu mengerikan.

Seperti halnya disaat Ayah terlibat masalah kontrak dengan artis baru yang mencari masalah depan media. Deeva bundanya langsung mendatanginya. Dengan gerak anggun dan serentetan ancaman yang tidak mampu dielak.

Reynand langsung bergerak memeluk bundanya. Dalam binar kebahagiaan itu. Rey tahu. Tidak mudah bundanya dapatkan.

"Eh kamu kenapa?"

"Reynand mendadak kangen Riri."

Dipta menepuk punggung anaknya dengan mengusap pelan kepala istrinya yang sekarang sudah berhijab dengan tatapan penuh rasa cintanya.

"Ya udah. Ayok sarapan." Ajak Deeva.

Reynand melepaskan pelukannya. Dipta mengacak kepala anaknya.

"Pelukan bunda jadi terbagi - bagi semenjak ada kalian." Ujarnya.

Reynand hanya tersenyum saja. Deevapun demikian. Merekapun masuk kedalam untuk mengisi perut mereka.

Setelah selesai sarapan. Semua lelaki dirumah ini pergi untuk menjalani rutinitas mereka. Reynand mengantar kakeknya Harry yang sudah tua tapi tetap cekatan itu sampai halaman rumah.

"Besok. Sehari lagi libur. Manfaatkan liburanmu dengan baik. Setelah selesai. Kakek akan istirahat saja dirumah. Kakek sudah cape dengan rutinitas kantor. Nanti urus sama kamu semuanya."

"Kakek masih mampu kok."

Harry langsung menjitak kepala cucunya itu.

"Kamu tidak lihat. Suara kakek sudah tidak selantang dulu. Waktunya kakek menikmati masa tua. Bermain dengan cucu buyut."

"Iya deh iya. Sana berangkat. Kalau depan Rey kakek gak bisa kalau gak ngomel."

Harry tertawa lalu memberi kiss jauh kepada istrinya. Rey hanya begidik geli.

Siluet HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang