Hali lagi khusu membaca ulang novel Magnus Chase-nya ketika Haknyeon Juliandra berlari-lari memasuki kelas sambil berteriak.
Wajahnya panik.
"WOI WOI."Masuknya Haknyeon membuat kawan-kawan sekelas XI IPS 1-nya yang asyik mendengarkan lagu EDM lewat speaker berjengit satu-persatu.
"Apaan sih, BERISIK NYON," Indira protes, tidak kalah ribut.
Haknyeon memilih untuk tidak mendebat Indira.
Dia buru-buru melanjutkan, "Hyunbin nonjok anak IPS 3. Mereka lagi ribut di deket sanggar sekarang. Ngga ada yang berani nyegah!"
Tak ada seruan kaget, mayoritas teman-teman sekelasnya malah hanya saling bertukar pandang heran.
Pandangan mereka seakan menyatakan, 'Loh kenapa kabar-kabar? Bukannya udah wajar?'
"Terus lo ngapain malah balik ke kelas?!" Zara buka suara, nadanya panik. "Cepet ke ruang guru sana iih!"
Bukannya cepat-cepat ke ruang guru, Haknyeon malah gigit kuku di tempat.
Sebenarnya, tanpa Haknyeon melanjutkan perkataannya tadi pun, Hali sudah mengerti apa yang terjadi. Hyunbin berantem itu ibarat lumrahnya makan tiga kali sehari.
Biasa.
Hali hendak memilih kembali membaca novelnya (berhubung dia sudah terbiasa dan males juga ngadepin Hyunbin yang berantem mulu), kalau saja tadi Zara tidak berseru panik, menyuruh Haknyeon untuk ke ruang guru.
Dia pun menutup novelnya, kemudian beringsut meninggalkan kelas.
"H-hal!" Didengarnya Zara memanggil. "Jangan nyusul Hyunbin dulu deh mending. Bahaya."
"Aku mau ke UKS," ujarnya. "Kalo udah kelar berantem pasti dia bakal kesana kok."
"... hah?"
"Duluan ya."
Seharusnya pemandangan Hyunbin terkapar di salah satu ranjang UKS terasa wajar baginya.
Kutip juga perkataannya tadi. Hyunbin berantem itu biasa.
Tapi entah kenapa (dan Hali TIDAK akan mau menyuarakannya keras-keras), Hyunbin yang sedang tersenyum meski wajahnya dihiasi lebam dimana-mana membuat Hali ingin menangis.
"Bin, kamu gak capek apa digebukin terus? Babak belur gitu."
Inginnya menggertak, tapi suaranya kedengaran lembut dan lebih tercekat dari yang dia antisipasi.
"Gue bukannya digebukin, Sayang. Tadi gue nonjok anak orang."
Hali menghela napas jengah. "Sama aja buat aku."
"Sini," Hyunbin tersenyum miring. "Gue tunjukkin bedanya apa."
Hyunbin berusaha bangkit dari rebahannya, yang tentu saja langsung membuatnya mengerang dan punggungnya kembali menempel di ranjang.
"Bangun aja ngga bisa. Pasti sakit kan?"
"Nggak kok," ia akhirnya berkata. "Ngga capek juga."
"... beneran? Oh, yaudah."
Hyunbin mengacak gemas rambut Hali, yang sekarang mendudukkan diri di kursi samping ranjang UKS.
"Bilang aja kalo khawatir," katanya.
"Gamau," balas Hali singkat.
Si pemuda jangkung mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"
"Buat apa ngepeduliin orang yang bahkan ngga bisa jaga badannya sendiri," masih dengan raut datarnya, Hali menekan bekas keunguan di tulang pipi Hyunbin dengan sepenuh hati.
"HEI!"
Ujung bibir Hali naik satu milisenti. "Lemah."
Hyunbin mencibir sambil mengusap lukanya yang tadi dianiaya.
"Tsk," dia menggerutu. "Kalo sama cewek, gue pasti lemah kok. Kudu ngalah."
Hali menaikkan sebelah alisnya, tampak sedikit tertarik.
"Oh ya? Tapi kemarin pas Indira iseng mukul kamu, kamunya langsung mencak-mencak."
Hyunbin mengangkat bahunya acuh, lalu melihat ekspresi datar Hali dari sudut matanya,
"Yah, cewekku kan kamu ... bukan Indira??"
Ketika dilihatnya Hali melotot dengan wajah merah, ingin rasanya Hyunbin selebrasi di tempat.
dan kalo ada pembaca work yg flirt, yes, settingnya sama gaes. cuma ini pas jaman kelas 11. flashback dikit
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsta ─kwonhyunbin。✔
Fanfiction〔𝙘𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙〕 ❝emangnya sayang harus pake dasar teori?❞ cuma kisah dua remaja sesama cuekers yang susah mengungkapkan perasaan masing-masing. ─kwon hyunbin x oc ⓒ2017。guantenglin