eight. bængst

920 193 17
                                    



Sebenarnya Hyunbin hendak mengajak Hali pulang bersama. Sekalian dia juga ingin tanya tentang Jinyoung pada pacarnya itu.

Tapi memang rencana tak selalu berjalan sesuai keinginan.

Kira-kira satu jam setelah istirahat kedua, Donghan datang ke kelasnya dengan wajah panik.

Katanya, Taedong dikeroyok tanpa sebab oleh anak sekolah lain ketika nongkrong di warkop terdekat.

Antara teman dan pelajaran, tentu saja Hyunbin lebih mementingkan opsi pertama.

Lagipula guru bahasa Jepang mereka belum datang. Lebih baik ia menggunakan kesempatan tersebut untuk keluar.

Ia bertukar pandangan dengan Hali ketika melewati bangkunya.

Sebelum Hali sempat mengangkat tangan untuk melambai padanya, Hyunbin sudah mengalihkan pandangan dan bergegas keluar ruangan.









"Gak usah ikut campur kalo lu gak tau urusan gue sama Taedong."

Begitulah kata Hyunmin Byuntara, perwakilan anak sekolah sebelah, ketika Hyunbin dan Donghan tiba di lokasi.

"Terus maksud lu ngehubungin Donghan pake hape Taedong apaan?" Hyunbin menyahut.

"Biar lo dateng trus sujud di depan gue lah. Tolol."

Ekspresi Hyunbin menggelap. Tanpa mau repot-repot membalas perkataan Hyunmin, ia langsung melayangkan tinjunya.







"Ted, bisa jalan gak lu?"

Sambil sesekali mengawasi Hyunbin yang sudah kalap, Donghan mencoba memapah Taedong.

"Bisalah."

Walaupun balasannya seperti itu, faktanya Taedong bahkan sudah kesusahan menjaga kesadarannya.

Tahu-tahu, Hyunbin dan Hyunmin sudah menghilang dari pandangan keduanya.

"Awasin Hyunbin sono dah," Taedong akhirnya berkata. "Gue bisa jalan sendiri."

"Yaudah gue bantu dia," ujar Donghan sambil berdiri. "Lu hubungin si Justin sama Gwanghyun."

"Iya bos. Tenang."

"Jangan sampe Non Hali tau."


Taedong menghela napas. "Iya, Bawel."






Karena Taedong dan Donghan sepakat untuk tidak memberi tahu Hali, tentu saja tak ada tanda-tanda kedatangan si gadis berambut pendek ketika tiga serangkai tersebut kembali ke sekolah dalam keadaan yang agak mengiris hati.


Saat ini, Donghan dan Gwanghyun sedang mondar-mandir mencari obat-obatan yang sekiranya cocok buat orang yang habis adu tonjok.

Sementara itu, Taedong berbaring di salah satu ranjang UKS dan Justin sedang berusaha meyakinkan Hyunbin untuk berbaring juga.

"Hali dimana?"

Tak ada yang berniat merespon pertanyaan tersebut.

Namun sebagai gantinya, kegaduhan diluarlah yang menjawabnya.

Tawa Hali yang sangat jarang ditunjukkan padanya terdengar, disusul oleh suara pemuda yang selama sisa hari ini membuatnya kesal setengah mati.





Hali dan Jinyoung tengah berjalan beriringan menyusuri lorong sekolah.




Sementara si gadis berposisi membelakangi UKS, Jinyoung malah iseng melongok berkali-kali ke tempat tersebut.

Dan ketika mereka melewati UKS, si pemuda bertutup mata bertatapan sekilas dengan Hyunbin.

"Young, Woojin minta diprivate-in lagi. Bisa ke rumahku nggak entar?"

Jinyoung memutus kontak mata dengan Hyunbin sebelum membalas,

"Bisa kok. Jam berapa?"

Melihat pemandangan itu, entah kenapa kemarahan Hyunbin yang telah sirna kembali muncul. Dia menggertakkan giginya dalam diam.

"Bang, kenapa lu?"

Pertanyaan Gwanghyun menyadarkannya. "Udah nemu salepnya nih. Siniin memarnya."

"Gausah." Hyunbin mengalihkan pandangannya.

Gwanghyun hanya bisa menghela napas. "Liatin apaan dah daritadi, serius banget."

"... Abilla Jinyoung bangsat."
















ehe maap yg ini kedelay, belom diedit ternyata.

(hyunbin gangsta mode)

(hyunbin gangsta mode)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bangsta ─kwonhyunbin。✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang