Hyunbin sering mengajak Hali untuk berangkat ke sekolah bersama. Namun rencananya itu gagal, seperti biasanya.
Kenapa?Yah seharusnya tidak perlu dipertanyakan lagi kan.
Hyunbin itu malesan. Suka bolos pula. Sementara Hali berkebalikan 180° darinya.
Jadi ketika Hyunbin baru bangun, Hali pasti sudah stand-by di sekolah.
Bahkan ketika berada di kelas, bangku di samping Hali telah diduduki oleh Zara karena cewek itu berniat untuk bertanya-tanya tentang bahasa Jerman.
Hyunbin juga punya sense, kalau sudah masalah belajar dia tidak mau mengganggu temannya.
Jadilah sedari pagi sampai empat jam pelajaran berikutnya, mereka tidak bercakap-cakap sama sekali.
"HYONBIIIN, MAIN YUK."
Segerombolan siswa berseragam acak-adul memasuki kelas XII IPS 1, tak berapa lama setelah guru mapel meninggalkan ruangan.
Yang paling tinggi Donghan.
Yang muka-muka pengecut namanya Gwanghyun.
Lalu, adik kelas berbadan tinggi yang datang-datang langsung main mengedipkan mata pada kakak kelas perempuan? Justin namanya.
Sementara yang berperawakan paling normal diantara ketiganya bernama Taedong.
Melihat Hyunbin yang masih menelungkup di meja, Gwanghyun berinisiatif memanggil,"HYOONBEEEEN."
Hyunbin, yang tertidur dengan buku tulis menutupi kepala, langsung terbangun.
"Apaan." Dia mengucek-ucek matanya.
Donghan menunjukkan cengiran tak berdosanya. "Bolos dong, Bos. Kayak biasa."
Tanpa banyak bertanya, Hyunbin bangkit dari bangkunya lalu menghampiri gerombolan Donghan.
"Bin."
Dka dan Hali bertatap mata selama sepersekian detik sebelum Hyunbin memutus kontaknya terlebih dahulu. Tanpa menengok lagi, ia mengangkat telapak tangan dan melambaikannya.
Hali balas menggoyangkan tangannya asal-asalan.
"Itu tadi ...," Zara terlihat kebingungan. "Kalian dadah-dadahan?"
Hali mengangguk.
"Ooh, gitu ya," Zara meringis. "Kok keren sih Hal."
"Gak juga kok Za."
Hali baru saja hendak mengeluarkan novelnya ketika suara berat dari bangku belakang memasuki pendengarannya.
"Hei."
Suara itu membuatnya dan Zara berbalik secara reflek.
Dan tersuguhlah pemandangan seorang Abilla Jinyoung yang sedang menatap Hali sambil tersenyum.Ya, kalian tidak salah baca. Pemuda yang sebelah matanya sedang tertutup eyepatch itu hanya tersenyum pada Hali.
"Mau ke kantin?" Tanya Jinyoung tanpa basa-basi.
"Ih, kok lu madepnya ke Hali doang," Zara pura-pura menyahut dengan nada kesal. "Gue nggak diajak?!"
Jinyoung menyentil dahi temannya satu itu. "Nawarin Hali mah prioritas gue Za. Diem lu."
"Jamban."
Jinyoung tidak memedulikannya.
"Mau gak Hal?"
"Ayo aja sih Yong."
Dan mereka bertiga pun (meski Jinyoung masih bersikeras kalau ia hanya mengajak Hali) pergi ke kantin.
Personil mereka bertambah ketika tanpa sengaja berpapasan dengan Indira dan Haknyeon di perjalanan.
Tentu saja, kantin sudah ramai saat mereka tiba di sana.
"Duduk dimana? Penuh gini," Haknyeon berkomentar.
Jinyoung menarik ujung almamater yang dipakai Hali. "Pojok sana tuh kosong. Ayo Hal."
Sementara Jinyoung dan Hali berjalan beringin mendahului, Indira dengan wajah masam nyeletuk,
"Paan sih si Hali. Jinyong tuh demen sama dia tapi dianya gak sadar-sadar."
Haknyeon mengernyit. "Ya terus Hali kudu ngapain kalo nyadar Inyong demen dia?"
"Inyong pala lu. Jinyoung!"
"Itu panggilan sayang gue ke Jinyoung, geblek!"
"Bodo amat!" Indira melanjutkan. "Ya diapain kek. Jinyoungnya ditolak apa gimana gitu. Hali kan udah sama Hyunbin."
"Oh, ceritanya lu cemburu?"
"KAGA!"
Zara menginjak kaki kedua temannya satu-persatu. "Berisik!"
"Siapa yang demen sama Hali?"
Mendengar suara berat yang familiar tersebut, ketiganya langsung terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsta ─kwonhyunbin。✔
Fanfic〔𝙘𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙〕 ❝emangnya sayang harus pake dasar teori?❞ cuma kisah dua remaja sesama cuekers yang susah mengungkapkan perasaan masing-masing. ─kwon hyunbin x oc ⓒ2017。guantenglin