Chapter 4

629 86 13
                                    


Jiyeon saling menautkan jemari milik Jisoo. Memejamkan mata sebentar lalu menatap tajam pria dihadapannya."sudah ku bilang bukan,ia mantan kekasihku! Aku hanya tidak terima ia mendapat gadis yang lebih baik dariku.",jelas Jiyeon yang bahkan ingin tertawa atas kebohongan konyol yang baru ia ciptakan.

Pria itu menatap jiyeon curiga. "Boleh kami minta tanda pengenal anda ?"

Jiyeon melebarkan matanya menatap pria itu. Berusaha memperjelas pendengarannya. Pria itu pun mengulangi perkataannya sambil menengadahkan tangannya ke hadapan Jiyeon. "tanda pengenal anda sekarang."

Jiyeon mengambil tas milik Jisoo yang sejak tadi Jiyeon letakkan di sampingnya. Membuka sambil berharap bahwa gadis itu membawa sesuatu yang dapat meyakinkan petugas keamanan di hadapannya itu. Beruntung! Jiyeon menemukan kartu identitas milik Jisoo. Ia pun segera menyerahkan pada pria itu. Petugas itu pun segera mencek riwayat kejahatan gadis dihadapannya. Meski sebenarnya ia sungguh percaya jika gadis itu bukan seorang kriminal. Namun peraturan tetap peraturan.

Menunggu pria itu mencek data diri Jisoo,membuat Jiyeon melayangkan ingatannya pada 2 jam yang lalu. Saat dimana ia benar-benar menyudutkan Jinyoung. Jiyeon paham betul,jika tidak baik bermain-main pada kelemahan seseorang. Namun ia tadi benar-benar marah pada tunangannya. Jiyeon saja bahkan tidak menyangka jika Jinyoung tega melaporkan seorang gadis pada petugas keamanan rumah sakit dengan tuduhan pencemaran nama baik. "bagaimana pun aku tetap seorang gadis bukan ? Meski sekarang aku bukan tunangannya,setidaknya bersikap baiklah denganku.",Gumam Jiyeon pelan.

Petugas itu mengembalikan kartu identitas milik Jisoo pada Jiyeon usai memprint-out data diri Jisoo. "kami akan memperbolehkan kau pulang,jika ada penjamin."

Sontak mata Jiyeon kembali membulat. Penjamin ? tidak mungkin ia memanggil orang yang dikenalnya kemari. Karena tentu saja orang yang Jiyeon kenal bukan orang yang mengenal Jisoo. Jiyeon menggigit ujung kukunya. Berusaha berpikir akan jalan keluar yang harus ia dapatkan segera. Jiyeon harus kembali lagi kerumah sakit dan menemani ayahnya. Karena itu ia harus segera keluar dari sini. Sebuah ide keluar dari otak Jiyeon. Ia mengambil smartphone Jisoo yang berada di tas nya kemudian menelusuri kontak gadis itu.

"bae ?",tanya Jiyeon pelan nyaris tidak terdengar. "kekasihnya ? tidak apa bukan jika memanggilnya kemari?",tanya Jiyeon lagi masih pelan. Ia pun akhirnya menelepon kekasih Jisoo kemudian.

◊◊◊

Jinyoung memberikan sekaleng minuman pada Jisoo.

"terima kasih"

Pria tampan itu pun berjalan kesamping Jisoo dan kemudian duduk. Ia membuka tutup minuman kaleng tersebut dan meneguknya. Sedangkan Jisoo hanya menunduk menatap jari kaki milik Jiyeon. Ia hanya tidak tahu apa yang harus ia lakukan atau bicarakan dengan tunangan Jiyeon itu. Apalagi setelah kejadian 2 jam yang lalu.

"jangan menemuinya lagi."

Jisoo mengangkat kepalanya dan menatap Jinyoung dari samping. "eh?"

Pria tampan itu membalas tatapan Jisoo hangat."aku bilang,jangan menemuinya lagi. Aku tidak suka."

Bagai tersihir,tatapan Jinyoung seketika membuat seluruh aliran darah dalam tubuh Jisoo mengalir cepat. Tubuhnya seakan kaku bahkan otaknya tidak bisa berpikir. Seluruh aktifitas tubuhnya hanya terfokus pada sosok Jinyoung sekarang.

"kau tidak akan menemuinya lagi bukan ?",tanya Jinyoung sambil memperlihatkan raut muka yang menggemaskan.

Membuat Jisoo mengangguk pelan. Ia merasa benar-benar telah dikendalikan secara tidak langsung oleh Jinyoung. Mendapat jawaban dari Jisoo membuat Jinyoung tersenyum lega. Namun beberapa saat kemudian senyum pria itu memudar. Kini tatapan hangat Jinyoung berubah menjadi lebih serius.

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang