Chapter 6

496 77 5
                                    

"Jiyeon.."

Sebuah suara menghentikan langkah kaki Jisoo. Gadis itu lalu mengarahkan tubuhnya ke sumber suara. Telihat seorang pria paruh baya dengan seorang wanita yang lebih muda mendorong kursi rodanya.

"iya ayah,ada apa?",jawab Jisoo kemudian.

Pria itu memberi isyarat agar mereka mengobrol sebentar di ruang keluarga. Jisoo hanya menurut. Baginya tidak baik menentang permintaan orang tua. Meski itu bukan orang tua kandung Jisoo.

"Bagaimana hubunganmu dengan Jinyoung?",tanya Ayah Jiyeon saat Jisoo baru saja mendudukan dirinya di kursi. Gadis cantik itu berpikir sebentar,lalu berkata pelan,"baik-baik saja." Tentu saja Jisoo tidak mengerti arah pembicaraan mereka. Menurut Jisoo belakangan ini hubungannya dengan Jinyoung memang sedang baik.

Pria paruh baya itu mengangguk. "jika memang seperti itu,bukankah sudah waktunya? Kau terlalu lama menundanya anakku.",ujar Tuan Park tegas namun penuh kasih. Bagaimana pun ia merasa tidak enak hati pada keluarga Jinyoung. Mereka harus menunda pernikahan dan kerja sama bisnis antar dua keluarga,hanya karena permintaan kecil putrinya.

Jisoo memandang kedua orang tua Jiyeon secara bergantian. Ia tahu jika Jiyeon dan Jinyoung bertunangan,dan tentu saja itu berarti mereka akan menuju pernikahan. Namun seharusnya,yang menjawab pertanyaan ini,adalah Jiyeon sendiri bukan dirinya.

"ayah,aku rasa...aku masih butuh waktu",sebuah kalimat yang puluhan kali Jisoo pikirkan dalam otaknya pun akhirnya keluar. Ia merasa tidak berhak untuk menentukan masa depan Jiyeon. Ia merasa jika Jiyeon masih meragukan ketulusan Jinyoung,terlihat dari beberapa kali gadis itu menolak lamaran tunangannya.

Mata Tuan Park terpejam,menahan amarah akibat perkataan Jisoo barusan. "berapa lama lagi? Berapa lama lagi waktu yang kau butuhkan? Kedua perusahaan sudah tidak bisa menunggu lagi Jiyeon! Kau direktur,jadi kau pasti sudah mengetahui separah apa kondisi perusahaan. Ayah benar-benar tidak bisa menunggu lagi. Akhir minggu ini,jika tidak... silahkan kau tinggalkan rumah dan semua fasilitas yang ayah berikan. ",tegas Tuan Park lalu meninggalkan Jisoo yang mematung di ruang keluarga.

◊◊◊

Jaebum tersenyum berulang kali saat ingatannya akan makan malam dengan Jiyeon terputar di otaknya. Entah mengapa ia merasa kembali menjadi remaja belakangan ini. 7 tahun bukan waktu yang sebentar untuk menjalin sebuah hubungan. Dan Jaebum bahkan sempat mengalami rasa bosan akan hubungannya yang selalu datar. Jaebum tahu dengan pasti jika kekasihnya itu menginginkan lanjutan dari hubungan mereka. Namun ia masih belum siap,jika seumur hidupnya harus berhadapan dengan rasa bosan berkepanjangan.

Tapi entah mengapa akhir-akhir ini Jaebum benar-benar menginginkan Jisoo selalu berada di dekatnya. Ia ingin memandangi wajah Jisoo saat pagi menyapa. Menikmati sarapan yang khusus disajikan Jisoo untuknya. Menikmati serial televisi berdua. Mungkin lebih tepatnya,Jaebum ingin menjalani rutinitas rumah tangga dengan Jisoo. Ya,Jaebum sungguh ingin menikahi Jisoo.

"Jaebum?",Bambam mengibas-ngibaskan tangannya dihadapan Jaebum.

Pria itu terkejut lalu memandang ke arah bambam. "y-ya?",ucapnya gagap. Ia sungguh tidak bisa menyembunyikan fakta jika tengah melamun.

"jadi bagaimana?"

"apanya?"

"kau ingin design yang mana?"

"terserah kau saja. Aku setuju."

Bambam menghela napas kecil. Memandang kearah sahabat sekaligus atasannya dengan muka kesal. Ia sudah hampir setengah jam berdiri menjelaskan perbedaan dari kedua design yang ada dengan sangat antusias. Namun nyatanya,Jaebum tak menghiraukannya. Pria itu bahkan tidak melihat barang sedikitpun pada hasil design nya.

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang