Chapter 3

830 89 6
                                    

Tangan Jaebum terlepas dari genggaman knop pintu ruangan Jisoo. Ia berbalik dan berjalan beberapa langkah namun kembali berhenti. Menatap kembali pintu ruangan gadisnya dan membuang napas sembarang. Pria tampan itu pun akhirnya memutuskan untuk kembali dan masuk. Namun baru beberapa langkah ia masuk,Jaebum tidak menemukan kehadiran Jisoo disana. Kepalanya melihat kesetiap sudut ruangan,namun sosok yang tengah ia rindukan tidak muncul dimanapun.

"kau mencari seseorang?",tanya Sungjin yang sejak tadi memperhatikan sahabatnya.

Jaebum terkejut sebentar namun ia kembali menguasai diri."mana jisoo ?",tanyanya pada sungjin meski arah pandangan masih terus mencari.

Sungjin memandang kembali seluruh isi ruangan. Pria manis itu pun kembali menatap Jaebum dan mengatakan jika gadisnya itu meminta izin untuk pulang lebih cepat padanya. "aku pikir kau sudah tau. Karena itu aku memperbolehkannya pulang.",Ujar Sungjin sedikit melakukan pembelaan pada dirinya. Karena bagaimanapun Jaebum akan tetap berlaku adil dalam memperlakukan setiap karyawannya meski itu sahabat maupun kekasihnya sekalipun. Ia akan keras menolak permintaan pulang cepat karyawan jika memang tidak ada urusan penting.

Jaebum menunduk sebentar setelah mendengar penuturan Sungjin. Ia pun berjalan mendekati meja kerja Jisoo dan meletakkan sebatang cokelat yang dihiasi pita di tengahnya. Pria itu pun sempat mengelus pelan pita itu sebelum pergi meninggalkan meja kerja gadisnya bersama dengan Sungjin.

◊◊◊

Jiyeon mengusap-usap telapak tangannya. Berharap mendapat kehangatan sedikit bagi tubuhnya. Setelah berbincang sebentar dengan wanita tua di taman ria tadi,Jiyeon segera berlari menuju air mancur. Ia mengangkat tangannya setinggi pinggang guna melihat waktu. "masih ada beberapa menit lagi",gumamnya pelan.

Gadis itu pun membuka tas jinjing yang sedari tadi ia bawa dan mengecek smartphonenya. Betapa terkejutnya jiyeon. Beberapa panggilan dari Luna-sekretaris sekaligus sahabatnya- dan Sekretaris Kim-kaki tangan ayahnya- masuk beberapa kali ke nomornya.

Jiyeon pun membuka kata sandi pada smartphonenya. Melakukan panggilan suara pada Luna dan menunggu seorang disana mengangkat panggilannya. Namun ketika tangan Jiyeon tidak sengaja terangkat,ia bisa melihat dengan jelas waktu kini pukul 10 malam. Gadis itu tanpa kompromi segera memutuskan sambungan telepon,mencari kalung pemberian wanita tua itu dan melekatkan pada leher jenjangnya,persis seperti yang dikatakan wanita misterius tadi.

Setelah kalung itu melingkar sempurna di leher Jiyeon. Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari sesuatu yang bahkan Jiyeon sendiri tidak mengetahuinya. Tiba-tiba,entah mengapa cuaca semakin dingin Jiyeon rasa. Angin yang berhembus pun semakin kencang. Bahkan beberapa pepohonan pun ikut bergoyang di gelitik angin. Petir menyambar saling bersahutan. Suasana yang membuat jiyeon menutup kedua telinganya sambil memejamkan mata. Ia benar-benar takut sekarang.

Namun keanehan semakin Jiyeon rasa. Saat ia memutuskan untuk berlari dan menjauh dari tempat itu. Semua hal yang jiyeon takutkan berhenti. Bahkan daun-daun pohon 'ek yang berguguran akibat ditiup angin pun hilang tidak berjejak sama sekali. Semua kembali ke posisi normal seakan tidak terjadi apapun beberapa detik yang lalu.

"apa ini?",tanya Jiyeon kaget. Ya,ia benar-benar tidak habis pikir akan apa yang dialami gadis itu beberapa detik yang lalu. Ia bahkan tidak meneguk minuman keras hari ini. Pertanda jika kesadarannya masih penuh terjaga. Namun melihat kenyataan yang ada di hadapan gadis cantik itu,membuat Jiyeon benar-benar pusing. Saat tengah mencerna kembali kejadian tadi,suara ringtone smartphone Jiyeon berbunyi. Membuat gadis itu segera mencari smartphone dari dalam tasnya dan tanpa melihat siapa yang memanggil,gadis itu sudah lebih dulu mendekatkan benda itu pada telinganya.

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang