chapter 13

691 90 55
                                    

Jiyeon tidak berhenti tersenyum sejak tadi. Hari ini bagai mimpi indah dan ia sungguh tidak ingin bangun segera. Terlebih tangannya dan tangan Jaebum kini saling menggenggam. Ia benar-benar tidak ingin kembali ke dunia nyata jika sudah begini.

"Jisoo-ya,kau mau es krim?"

Jiyeon menoleh ke arah pria tampan dengan tahi lalat kembar di bagian mata itu,tersenyum lagi kemudian mengangguk. "aku mau rasa stroberi." Ucapnya dengan nada manja yang dibuat-buat. Membuat Jaebum gemas tentu saja tujuannya kini.

"Oh! Kau sekarang mulai belajar menyukai apa yang kusuka?"

Jiyeon sedikit terkejut. Dan itu berhasil memudarkan senyum cantiknya tiba-tiba. "Jaebum bilang 'menyukai apa yang ia suka?' Jadi ia suka stroberi dan Jisoo tidak? Oh Tuhan,haruskah aku berharap jika memang kami ditakdirkan bersama? aku sudah beberapa bulan menjadi Jisoo dan sudah mulai terbiasa dengan semuanya. Dengan sikap keras Jaebum bahkan sikap manjanya,apa yang ia sukai dan apa yang ia benci,serta kebiasaanya saat dikantor,berkencan bahkan di kamar mandi. Dan aku baru mengerti bahwa ini yang orang sebut jatuh cinta dan sayang. Bolehkah aku berharap jika Jisoo mencintai Jinyoung dan mencampakkan Jaebum? Apabila hal itu benar terjadi,aku dengan senang hati akan menjaga Jaebum dan memberinya banyak cinta. Sungguh aku tak rela dengan kenyataan jika Jaebum milik Jisoo.",Batin Jiyeon.

"Sayang...",Jaebum menggerakkan tangannya di depan wajah kekasihnya. Ia berharap akan ada jawaban tak terduga dari Jisoo atau bahkan teriakan khasnya. Namun malah sekarang kekasihnya itu melamun dan murung tiba-tiba. "Jisoo...",Panggil Jaebum lagi dengan lebih keras dan berhasil mendapatkan kembali perhatian kekasihnya.

"ada ap-",perkataan Jaebum terpotong dengan tingkah mendadak Jiyeon.

Jiyeon langsung memeluk Jaebum cepat. Semakin lama pelukkannya semakin erat,seakan ia akan kehilangan Jaebum jika ia melonggarkannya. Pria tampan itu awalnya terkejut,namun beberapa detik kemudian ia tersenyum. Membalas pelukkan Jiyeon dan mengusap punggungnya perlahan. Jaebum tidak tahu apa yang membuat gadisnya seperti ini,tapi yang ia tahu bahwa ada yang mengganggu pikirannya.

"aku tidak kemana-mana. Tetap disampingmu sampai kapanpun.",Ucap Jaebum menenangkan. Namun itu tidak cukup untuk memberikan kedamaian pada hati Jiyeon. Ia masih resah dan terus gelisah setiap hari. Menerka-nerka apa yang akan terjadi esok hari. Hal yang ia takutkan adalah terbangun dengan jiwa dan raga yang sesuai. Ia benar-benar takut jika harus terbangun dan mendapati Jinyoung yang bersama dengannya bukan Jaebum. Dan ia sungguh tak mau membayangkan semakin mesranya Jaebum dengan Jisoo.

"hei,ada apa denganmu?",Jaebum melonggarkan pelukan mereka dan menatap mata indah itu dengan lembut. Entah kenapa saat itu air mata menetes dan membasahi pipi putih jiyeon,membuat pria dihadapannya semakin salah tingkah dan bingung. "apa kau tidak suka ucapanku sebelumnya? baiklah,kau tidak perlu belajar menyukai apa yang ku suka,okay. Jadi berhentilah menangis,sayang.",lanjut Jaebum sambil menghapus jejak air mata di wajah Jiyeon.

"Jaebum..."

"Hm?"

Jiyeon menatap lagi sepasang mata tajam namun penuh kelembutan saat memandangnya itu. Bertanya-tanya apakah tatapan Jaebum masih akan sama melihatnya jika ia sudah kembali. Apakah mereka berdua bisa berdiri sedekat ini nanti. Dan apakahJaebum membiarkan tangan Jiyeon menyentuh dan menggenggam tangannya seperti ini. Air mata rasanya semakin banyak meluncur dengan mudah. Terlebih saat Jiyeon tahu,bahwa Jaebum,pria yang ada dihadapannya,pria yang mengajarkannya arti cinta dan sayang itu tidak akan pernah mengenalnya lebih dari 'istri Park Jinyoung'.

"Hei,kenapa air matamu makin turun dengan deras? Apa aku berbuat kesalahan lagi?",Panik Jaebum. Ia sudah berusaha untuk membuat hari-hari mereka di Singapore bahagia tanpa pertengkaran maupun airmata. Namun mengapa gadisnya terus menangis? "Jisoo kumohon...ada apa denganmu?",tanya Jaebum dengan nada memohon nyaris frustasi. Berkali-kali ia mengutuk dirinya karna telah membuat gadis yang ia puja menangis tersedu-sedu.

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang