Jaebum keluar dari kamarnya, berjalan menuju dapur,meski tangannya masih mengusap-usap rambutnya dengan handuk. Berusaha mengeringkan. Langkah kakinya berhenti ketika ia melihat sosok gadis yang ia puja tengah melamun di meja makan miliknya.
"Hai."
Jiyeon tidak bergeming. Pria itu pun menggaruk kening atasnya dengan kikuk. Berjalan ke arah gadisnya,dan duduk tepat disebelah Jiyeon.
"Sayang,kau sungguh akan terus seperti ini? Sudah berhari-hari kau bertingkah aneh. Melamun,diam,bahkan aku seringkali memergokimu tak menyentuh makanan sama sekali". Jaebum berkata dengan nada frustasi yang belakangan ini menghantuinya.
Jiyeon masih tak bergeming,membuat pria tampan dengan mata tajam itu menghela napas berat.
"Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Terserah kau sajalah!". Jaebum pun meninggalkan Jiyeon yang masih diam seribu bahasa. Namun belum jauh langkah Jaebum,suara indah milik Jisoo mengayun.
"Cinta...pada akhirnya semua orang menikah karena cinta bukan? Semua orang memulai hubungan karena cinta bukan? Namun,bagaimana jika yang tidak? Apakah mereka berdosa? Apakah berdosa jika ia tak mencintai pasangannya? Bagaimana jika ia mencintai pasangan orang lain? Ia harus bagaimana? Bukankah itu juga cinta namanya? Tapi haruskah itu dipertahankan?". Jiyeon berucap dengan keputusasaan yang jelas terlihat.
Jaebum mengernyit tak paham. Pria tampan itu segera berbalik dan kemudian mendekat ke samping Jiyeon.
"Sayang,ada apa denganmu? Ada yang salah?". Jaebum meletakkan tangannya di bahu Jiyeon. Sedikit menepuk-nepuk agar Jiyeon tidak terlalu tegang.
Air mata mulai kembali mengumpul di pelupuk matanya. Semalaman gadis cantik itu tidak tidur dan malah menangisi takdir yang menjalin dirinya dan Jisoo.
Jiyeon menengadahkan kepalanya,menatap Jaebum. Pria yang seharusnya bersama dengan Jisoo saat ini dan seterusnya. Lelehan demi lelehan air mata mulai mengalir di wajah mulus Jiyeon. Membuat Jaebum sontak melepaskan pegangan tangan dari handuk yang sedari tadi ia lampirkan di bahu. Mensejajarkan tinggi nya dengan Jiyeon dan menghapus jejak air mata disana.
"Kau menangis?". Pekik Jaebum dengan nada terkejut. Ia berusaha untuk membuat suasana sedikit lebih ramai sejak beberapa hari ke belakang apartemen miliknya kosong bak tak berpenghuni.
Jiyeon langsung memeluk Jaebum erat usai pria yang memiliki tahi lalat kembar di bagian mata itu mulai menghapus air matanya.
"Aku...aku menyukaimu Jaebum-ah. Eottoke?". Isak Jiyeon dengan pelukan semakin erat untuk Jaebum. Seakan gadis itu tak ingin melepasnya walau sedetik.
Semalam ia sadar. Jika perasaan pada Jaebum ini berbeda dengan Jinyoung. Dan malam itu juga Jiyeon merasa takut dan tak ingin kembali pada kehidupan realitanya. Ia sungguh menyukai Jaebum dan tak rela mengembalikan Jaebum pada Jisoo.
Jaebum tersenyum mendengar ucapan Jiyeon. "Kau tau? Aku fikir kau akan mengatakan putus padaku,makanya belakangan ini kau bersikap sungguh aneh. Tapi ternyata...". Jaebum melepas pelukan erat Jiyeon dan beralih untuk mengusap kedua tangan putih kekasihnya. "Aku juga menyukaimu Jisoo-ah. Sangat!".
Wajah Jiyeon berubah menjadi kusut usai Jaebum mengutarakan perasaannya. Jisoo. Iya. Jaebum hanya tau jika dirinya Jisoo dan bukan Jiyeon. Andai raga Jiyeon kembali,mungkin selamanya Jaebum hanya mengenal dirinya sebagai istri Jinyoung.
"Jaebum....ada yang kau tidak tahu belakangan ini". Jiyeon bertekad untuk membongkar semuanya. Pikiran nya sudah berantakan akhir-akhir ini. Dan otaknya merasa sudah cukup menanggung beban. Ia harus mengungkapkan pada Jaebum apa yang terjadi pada dirinya dan Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Decision of The Heart [LENGKAP]
Fanfiction#11 untuk cerita yang ber-tag Im Jaebum 12 Agustus 2018 Ini tentang percintaan rumit 2 gadis muda yang memilih bertukar tubuh. Bukan tak mensyukuri. Bukan pula terlalu takut berangan tinggi. Namun,hanya berawal dari keraguan akan arti cinta yang sel...