RANDOM DATE (Pt.1)

394 72 10
                                    

Jaebum segera menyalakan mesin mobil saat Jiyeon sudah masuk ke mobilnya. Gadis yang kecantikannya itu sering dikaitkan oleh salah satu aktris top korea segera memasang sabuk pengaman.  Ia pun lalu menatap ke arah Jaebum sedikit malu-malu. Namun,senyum Jiyeon berangsur memudar kala ia mendapati tatapan tidak suka Jaebum pada Jinyoung. Jinyoung sedang tidak berada di dekat mereka,namun berada beberapa meter di depan mobil Jaebum. Dan itu cukup untuk dapat melihat tingkah gentlemen Jinyoung yang membukakan pintu untuk Jisoo. 

Jiyeon segera memalingkan wajahnya. Berusaha untuk tidak menjatuhkan airmatanya. Dengan mata terpejam,Jiyeon menghela napas pelan berkali-kali. Berusaha agar sesak di dadanya sedikit menghilang. "kita tidak berangkat?",tanya Jiyeon akhirnya setelah merasa dirinya sudah lebih baik.

Jaebum yang kaget,segera menatap ke arah Jiyeon dengan ekspresi bertanya. Namun belum sampai 5 detik,otak pintarnya sudah memahami situasi. "ah,maaf. Kau sudah pakai sabuk pengamannya?",tanya Jaebum balik pada Jiyeon. Gadis itu pun menjawab dengan anggukan. Tak berapa lama kemudian,mobil Lamborghini silver itu melesat meninggalkan Jinyoung dan Jisoo di belakang.

---

Jiyeon terbangun karena guncangan yang lumayan keras. Ia pun mengelus-elus pelan dahinya yang sempat bertubrukan dengan jendela mobil. "Maaf,aku tidak melihat jika ada lubang disana.",sesal Jaebum. Sungguh,ia tidak bermaksud untuk membangunkan gadis itu.Melihat Jiyeon begitu kelelahan,membuat Jaebum tidak tega untuk membangunkannya meski hanya untuk menatap pemandangan indah di luar sana.

Tunggu! Apa itu tadi? Tidak tega? Oh yang benar saja! Dalam kamus hidup Jaebum,hanya ada 2 wanita yang bisa membuat dirinya tak tega,Ibu yang melahirkannya dan wanita yang ia cintai. Dan Jiyeon bukan diantaranya,jadi benarkah perasaan itu?

"iya,tidak apa-apa. Hm...memang kita mau kemana? Sejak berangkat tadi,kau belum memberitahuku tujuan kita."

"Diam dan lihatlah. Nanti juga kau tahu sendiri. Aku tidak terlalu sering berlibur ke Jeju. Jadi tidak banyak tempat wisata yang ku tahu."

Jiyeon mengangguk pelan lalu memalingkan wajahnya ke kanan,menikmati pemandangan Jeju yang indah. Tak berapa lama,mereka pun tiba di sebuah pantai. Jaebum pun menyuruh Jiyeon untuk segera keluar. Mereka lalu berjalan menelusuri pasir pantai yang lembut dengan bertelanjang kaki.Sesekali mereka melempar pertanyaan untuk satu sama lain. Berusaha agar tidak kembali canggung seperti tadi.

"jadi kau dan Jinyoung memang sudah dekat sejak kecil?",tanya Jaebum dengan matanya yang semakin sipit karena cahaya matahari. Mereka kini tengah duduk di sebatang kayu kering di pinggir pantai. Jiyeon mengangguk mantap. 

"lalu kemudian diminta segera menikah setelah berkencan selama 7 tahun?"

"Ralat! Bukan diminta,tapi dipaksa. Aku diancam ayahku."

Jaebum terdiam. Ia menatap sedih kearah Jiyeon. Tak ia sangka jika selama ini gadis dihadapannya memikul masalah berat. Tanpa Jaebum sadari,ia menepuk-nepuk pundak Jiyeon pelan. "Biarkan itu menjadi masa lalu,bukankah kau dan Jinyoung sekarang hidup bahagia?"

"aku bahagia?"

"Hm?"

"apa aku bahagia menurutmu?"

Jaebum terdiam lagi. Tak bisa ia bohongi jika tatapan Jiyeon penuh luka menatapnya. Entah mengapa ia merasa pernah melihat tatapan itu. Seperti...tatapan Jisoo saat mereka di Singapore? Ah,kenapa ia harus membandingkan Jisoo dengan Jiyeon. Mereka dua individu yang berbeda.

---

"Silahkan dinikmati.",ucap Pelayan wanita di restoran yang tidak jauh dari pantai itu.

Jaebum pun mempersilahkan Jiyeon untuk segera menyantap makanan. Namun karena restoran tersebut dekat dengan pantai,dan kebetulan jaebum memilih meja di luar ruangan,maka angin pun berhembus lumayan kencang.

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang