Chapter 15

393 83 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

Penyesalan selalu datang di akhir. Tidak pernah memberi tanda maupun bahasa. Semua yang terjadi,tidak akan pernah dapat diulang kembali. Baik itu moment bahagia,maupun moment penuh duka.

Andai dulu,Jisoo tidak pernah bertemu nenek itu,mungkin rasa cinta dan sayangnya pada Jaebum,tidak akan pernah pudar. 

Dulu,jika Jisoo tidak pernah bertemu nenek itu,menerima kalung yang diberikannya,dan bertemu Jiyeon,mungkin saat ini hubungannya dengan Jaebum akan baik-baik saja.

Dan dulu,jika Jisoo tidak berbohong pada Jinyoung ketika raganya dan raga Jiyeon tertukar,mungkin tidak akan pernah ada rasa yang tertinggal.

Dulu...dulu...dulu...

Sebuah kata yang selalu terngiang di kedua telinga Jisoo dalam kondisi apapun. Sebuah kata yang selalu terpikirkan,meski pikiran gadis itu sibuk memikirkan hal lain. Dan kata yang dapat Jisoo tujukan semua kesalahan  padanya. Kata yang menjungkir-balikkan posisinya saat ini. Kata yang Jisoo benci,juga menjadi kata yang Jisoo syukuri.

"Jisoo?"

Pikiran Jisoo yang tengah melayang entah kemana segera tertarik untuk kembali fokus. Kembali memperhatikan sosok gadis dihadapannya. Gadis yang belakangan ini lebih ia kenali,ketimbang dirinya sendiri. 

"Maaf,aku..."

"tidak apa.",potong Jiyeon.

Jisoo yang tengah menunduk saat berbicara dengan Jiyeon perlahan mengangkat kepalanya. Memberanikan diri menatap wajah yang akhir-akhir ini lebih ia hafal daripada wajahnya sendiri.

"Aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Dengan lancangnya aku mencari keberadaanmu dan menemuimu. Mengesampingkan rasa bersalah,dan menghiraukan sebutan 'tak tau diri' yang ditujukan padaku.",Ucap Jiyeon dalam keheningan kedai kopi yang cukup sepi. Hanya ada 4 orang pengunjung malam itu. Jiyeon dan Jisoo,seorang pria paruh baya yang tengah menikmati kopi seorang diri ditemani korannya dan terakhir,seorang wanita muda dengan laptopnya duduk di pinggir kedai dekat jendala.

Alis Jisoo mengernyit. "Apa maksud ucapanmu? Mengapa kau harus disebut tak tau diri?".

Jiyeon terdiam selama beberapa saat,kemudian tangannya terulur mengambil secangkir kopi yang telah ia pesan sejak tadi lalu meneguknya sedikit.

"Aku,sepertinya...tidak! aku menyukai Jaebum,Jisoo. Sepertinya aku telah jatuh cinta padanya."

Mata Jisoo membulat. Napasnya sesak seketika. Detakan jantungnya semakin cepat memompa darah. Jisoo sungguh terkejut.

"kau..."

"iya. Aku menyukai Jaebum."

"sungguh?"

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang