Chapter 9

517 80 13
                                    

Jiyeon menggenggam erat sebuah tas tangan hitam dengan manik-manik yang membuatnya berkilauan. Dentuman detak jantung,semakin cepat kala langkah kakinya memasuki ballroom hotel.

"Kau tak apa?". Sebuah suara menginterupsi perhatian Jiyeon. Gadis yang beraga Kim Jisoo itu menatap wajah tampan nan tegas milik Jaebum. Sedikit memperlihatkan pada pria itu,betapa ia membenci hari ini.

"Hm,aku ke toilet sebentar". Ucap Jiyeon kemudian berlalu meninggalkan Jaebum sendiri diantara kerumunan manusia.

Langkah cepat kaki Jiyeon segera berhenti kala ia melihat lagi sebuah foto yang berbingkai indah di hadapannya. Sebuah foto yang sejak awal dia hindari. Foto sepasang manusia yang berdampingan dengan anggunnya. Sedikit senyum getir terlihat di wajah cantik Jiyeon. "Apa yang ada di pikiranmu,Jisoo? Kau tak menghubungiku lagi selama beberapa hari dan tiba-tiba melayangkan undangan pernikahanmu padaku? Tidak. Mungkin lebih tepatnya,kau melangsungkan pernikahan dengan tubuhku". Jiyeon sudah tak bisa lagi menahan lelehan air mata. Ia pun berlari ke toilet, masuk ke salah satu bilik yang kosong,dan menangis terisak-isak.

~~~

Jinyoung tak henti-hentinya menebarkan senyum. Usai pria itu menyematkan cincin emas putih di jari manis gadisnya. Sesekali ia mengusap lembut permukaan tangan milik Jiyeon. Berusaha mengatakan betapa ia begitu bahagia saat ini.

"Terima kasih. Aku akan berusaha membahagiakanmu hingga aku sudah tak mampu lagi". Usai kalimat yang membuat Jisoo terpaku itu,Jinyoung perlahan mendekatkan wajah tampannya,menempelkan bibir nya pada bibir merah muda milik Jisoo lalu mencium lembut gadis yang sah menjadi istrinya sejak hari ini.
◇◇◇

"Selamat atas pernikahanmu,Jinyoung". Jaebum mengulurkan tangannya dihadapan tokoh utama siang ini. Jinyoung. Pria itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Jaebum.

"Kau juga segeralah!". Perintah Jinyoung itu berhasil membuat Jaebum menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Hm". Jaebum bergumam tak jelas. Ia pun lalu menoleh ke belakang,memperhatikan gadisnya yang tengah berbicang serius dengan Jiyeon. Mata Jinyoung pun mengamati kemana arah pandang pria di hadapannya. Seketika senyum terukir di wajahnya. "Mereka berdua sangat cantik. Kurasa kita beruntung memilikinya". Ucap Jinyoung yang di balas anggukan pelan Jaebum.

~~~

"Kenapa kau mengambil keputusan tanpa bicara padaku dulu,Jisoo?". Jiyeon berusaha mati-matian menahan suaranya agar tidak meninggi.

Namun,yang diajak bicara itu hanya mendengus,menatap ke arah lain agar dia tak menatap langsung wajahnya sendiri.

"Hei,Kim Jisoo. Aku bicara padamu! Hei?". Jiyeon menatap kesal gadis dihadapannya. Namun sudah berapa kali ia mengajak gadis itu bicara,tetap saja jisoo tak bergeming.

Amarah membuncah di dada Jiyeon. Ia bahkan sempat terpikir untuk memporak-porandakan ballroom yang sudah cantik dengan hiasan disana-sini itu karena Jisoo hanya diam mematung. Beruntungnya,gadis dengan gaun putih yang indah itu membuka mulutnya,seakan bersiap untuk bicara.

"Bicara? Padamu? Hah!". Jisoo mendecih. Alisnya berkerut sempurna,rahangnya mengeras,dan Jiyeon tau jika Jisoo tengah menahan amarahnya. Namun Jiyeon masih belum mengerti apa yang membuat gadis itu begitu kesal hingga ia memilih menikahi Jinyoung tanpa memberitahukan padanya.

"Jelaskan mengapa aku harus memberitahumu? Bahkan kau saja melakukan hal-hal yang seharusnya tak kau lakukan dengan pacarku,tanpa memberitahuku. Kau melakukannya karena emosimu. Tapi aku tidak boleh?". Jisoo berbicara dengan kekesalan yang tercetak jelas di wajahnya. Kedua tangannya terkepal.

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang