chapter 20

430 71 19
                                    

Jinyoung menarik malas kopernya saat pintu apartemen terbuka. Pria itu lalu terduduk di atas sofa hitam berbentuk "L" di tengah ruangan. Sesekali matanya melirik ke arah foto yang berbingkai paling besar diruangan itu. Foto yang sengaja ia pajang di dinding ruang tengah. Foto pernikahannya dengan Jiyeon. Matanya beberapa kali ia pejamkan bahkan sesekali terdengar hembusan napas berat. Entah mengapa,hingga detik ini,Jinyoung belum bisa menerima penjelasan istrinya.

Menurutnya,pertukaran jiwa itu hanya ada dalam drama dan komik. Tak akan pernah ada dalam kehidupan yang sebenarnya. Jinyoung merasa geli dan tak habis pikir,jika itu ia alami sendiri. Jika benar hal-hal diluar logika itu bisa terjadi di dunia nyata,maka biarlah cinderella saja yang mengalaminya. Tak usah Jinyoung,Jiyeon maupun Jisoo.

Dengan badan yang masih penat akibat perjalanan yang cukup jauh dari Jeju menuju Seoul,dan penuhnya pikiran atas ucapan istrinya itu,Jinyoung merebahkan diri di atas sofa dengan salah satu tangannya ia jadikan bantalan kepala. Sambil memejamkan mata,Jinyoung masih berusaha untuk mencerna tiap kalimat yang Jiyeon katakan.

Hingga muncul sebuah pemikiran, jika itu hanya alasan Jiyeon untuk menceraikannya. Seketika kedua mata indah Jinyoung langsung terbuka. Pria itu bangun dan terduduk sambil terus mengira-ngira akan segala kemungkinan yang terjadi sebenarnya. Menurutnya,tak mungkin Jaebum tak tahu soal segalanya. Pria bermata kecil itu pasti tahu dan berpura-pura tak tahu. 

Atau kemungkinan lainnya,Jaebum benar-benar tak tahu,dan Jiyeon menjadikan itu alat untuk membuatnya menjauh dari Jinyoung. Pria itu menganggukan kepalanya beberapa kali,sebelumnya akhirnya ia tersenyum sinis sambil menatap foto pernikahannya dengan Jiyeon. "Kau ingin kita cerai? Tenang saja Park Jiyeon. AKU TAK AKAN PERNAH MECERAIKANMU!".

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jaebum mengambil smartphonenya yang sejak tadi berdering. Melihat nama yang tertera di layar handphone,kemudian mengangkatnya. "Mm. Ada apa?",Tanyanya malas.

"KAU! SAMPAI KAPAN KAU TAK MASUK KERJA HAH? Kau pikir bagaimana perusahaan ini berjalan jika pemimpinnya saja tak tahu kemana. Ini bahkan sudah berlalu beberapa hari semenjak kau dan Jisoo berlibur ke Jeju. Ayolah Jaebum-ah. Kau ingin melihat perusahaan yang sudah susah payah kau bangun ini hancur?",Ucap Jackson menggebu-gebu.

Jaebum menghela napas berat lalu mengatakan sesuatu sebelum akhirnya menutup sambungan telepon antara dirinya dan Jackson,"Lihatlah e-mailmu. Aku sudah mengirimkan surat kuasa agar kau menjabat sebagai CEO menggantikanku selama aku tak ada.  Dan tolong Jackson,aku tak ingin diganggu."

Usai panggilan itu,Jaebum menaruh smartphonenya diatas nakas,dan perhatiannya langsung tertuju pada kotak perhiasan di sampingnya. Ia tersenyum kecut,"sebenarnya,siapa yang ingin ku nikahi?",tanyanya pada diri sendiri yang terlihat menyedihkan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Sajang-nim,ini laporan keuangan yang kau minta." Ucap Chaeyeon,sekretaris Jiyeon sambil meletakkan laporan tersebut di atas meja. Gadis itu mundur dua langkah ke belakang dan kembali berdiri untuk menunggu laporan tersebut selesai dibaca oleh atasannya. Sesekali mata Chaeyeon melirik pada jam dinding yang terletak di belakang Jiyeon. 

Ini sudah lewat tengah malam,dan atasannya itu belum memberikan tanda-tanda untuk menyelesaikan pekerjaannya. Chaeyeon menghembuskan napas pelan. "Bisa aku minta data para karyawan yang telah bekerja lebih dari 5 tahun? Aku ingin mempertimbangkan apakah mereka layak untuk dipromosikan atau tidak.",Seru Jiyeon memecah keheningan dengan tatapan mata masih terpaku pada laporan ditangannya.

"S-sekarang?"

"Mm.",Gumam Jiyeon. Gadis cantik itu menutup laporan keuangan dan menatap bawahannya. "Ada masalah?",Lanjutnya. Terlihat raut wajah sekretarisnya yang ingin membantah namun tak berani. Sebenarnya Jiyeon paham betul maksud dari kegelisahannya itu. Ini sudah berganti hari namun sekretarisnya itu belum kembali ke rumahnya.

Bukan Jiyeon terlalu keras pada karyawannya,hanya saja ia ingin membuat dirinya lebih sibuk dari biasanya. Ia tak ingin kembali ke apartemen miliknya dan Jinyoung. Ia sadar betul jika pria yang masih berstatus suaminya itu tak percaya akan kejadian yang menimpa dirinya dan Jisoo. 

Jinyoung tentu masih marah padanya. Karena itu ia ingin menjauh dahulu agar suaminya itu tenang. Tak mungkin pula ia pulang ke rumah orang tuanya. Pasti akan muncul pertanyaan yang memojokkan Jiyeon jika gadis itu nekat pulang. Sebenarnya akhir-akhir ini Jiyeon sering menangis diam-diam. Memikirkan nasib rumah tangganya bersama Jinyoung.

Bagaimana pun,ia tak ingin rumah tangganya hancur meski bukan dirinya yang berjanji dengan Jinyoung diatas altar. Namun ia juga tak bisa membohongi hatinya yang hanya menerima Jaebum. Ia sudah berusaha untuk menerima Jinyoung selama di Jeju,namun entah mengapa sulit sekali melepas Jaebum dari sana.

"Mengapa kau menyebalkan sekali Im Jaebum? Aku sudah berusaha mengusirmu,namun apa yang kau lakukan dengan bertahan disana? Aku tak ingin menyakiti Jinyoung lebih dari ini."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jisoo mengangkat tangannya kehadapan Sungjin. Pria tampan itu mengernyit sambil terus menatap gadis dihadapannya. "kau serius? sebenarnya apa yang terjadi pada kau dan Jaebum? Bocah itu belum kembali dari bersemedi dan sekarang kau mengundurkan diri? Ayolah...ini bukan pertama kalinya kalian bertengkar bukan?",Ucap Sungjin.

Jisoo menarik kembali uluran tangannya yang belum disambut oleh Sungjin. Sambil tersenyum ia berkata,"Aku sudah memikirkannya sejak dulu. Bahwa tak selamanya aku bekerja di Seoul. Lagipula aku ingin membuka lembaran baru. Karena itu terima kasih atas bimbinganmu selama ini Sungjin-ssi. Kau atasan yang baik."

Sungjin terdiam selama beberapa detik. Ia menganalisa jika sesuatu pasti terjadi saat mereka berdua liburan di Jeju. Ia bisa memaklumi pertengkaran hebat sepasang kekasih itu. Namun mereka tak pernah berniat untuk saling meninggalkan. Jika Jisoo akhirnya memilih pergi,pasti sesuatu yang fatal telah terjadi.

"Jisoo...",tahan Sungjin dengan wajah sedihnya. Berharap gadis cantik itu membatalkan niatnya untuk meninggalkan Seoul.

Dengan senyum yang masih mengembang,Jisoo memeluk Sungjin sebentar dan berlalu meninggalkan kantor Jaebum setelah itu. Sesekali tangannya terangkat untuk menghapus air mata yang terus mengalir. Sedangkan Sungjin memperhatikan kepergian 'kekasih' Jaebum itu dengan raut wajah yang tak bisa diartikan. Ia menunduk kala ucapan gadis itu terngiang-ngiang di telinganya.

"Tolong jaga Jaebum,Sungjin-ssi."

Jisoo yang berada di dalam bus tujuan antar kota yang membawanya menjauh dari ibukota Korea Selatan itu masih terus menangis. Mengingat semua kenangan antara dirinya dan Jaebum. Juga mengingat pertemuannya dengan Jinyoung. Semua seakan seperti kaset rusak yang terus terputar di otaknya. Hingga sebuah dentuman besar akibat tabrakan menghilangkan kesadaran Jisoo.


to be Continued...

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang