Last!

707 88 16
                                    

Jinyoung berlari di sepanjang koridor rumah sakit. Sebuah pesan singkat yang ia terima dari Jiyeon pagi ini dan berita tentang kecelakaan sebuah bus antar kota,membuat detak jantungnya tak karuan. Ia bahkan tak memperhatikan sosok Jaebum dan Jiyeon yang telah lebih dulu menunggu Jisoo di depan ruang UGD. Ia nyaris masuk,jika Jaebum tak menahannya.

"Ia tengah diperiksa. Ku mohon bersabarlah. Tidak hanya kau yang khawatir.",Ucap Jaebum pelan namun masih bisa di dengar oleh Jinyoung. Ia menoleh kearah Jaebum,dan terlihat wajah penyesalan bercampur khawatir disana. Lalu ia melirik ke arah kanan,dimana jejeran bangku tunggu berada. Jiyeon ada disana. Menunduk dengan pandangan kosongnya.

Entah mengapa,tenaganya kini seperti terkuras. Jinyoung lemas seketika. Ia merosot di dinding yang sejak tadi menyangganya. Terduduk dengan buliran air matanya yang turun silih-berganti. Ada perasaan bingung dalam dirinya. Mengapa ia begitu sesedih ini? Mengapa ia begitu sekhawatir ini? Dan yang lebih parahnya,ia begitu merasa takut kehilangan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jinyoung melirik Jiyeon yang berada di sampingnya. Pria itu sudah pindah posisi dan duduk dua bangku disebelah Jiyeon. Kini mereka hanya berdua. Jaebum sedang pergi ke kantin. Menunggu kondisi Jisoo membaik,tentu mereka harus punya tenaga lebih dan tak boleh lengah. Karena itu mereka bertiga sepakat untuk bergantian makan atau mengurus keperluan lain.

Perasaan canggung begitu mendominasi disana. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir keduanya. Ada kalanya Jiyeon maupun Jinyoung membuka mulutnya,namun mengatupkannya kembali. Hingga akhirnya suara berat khas pria milik Jinyoung memulai pembicaraan.  "Kau tak pulang ke apartemen akhir-akhir ini. Kau juga tak pulang ke rumah orang tuamu. Sebenarnya kau tinggal dimana?",tanya pria itu sambil menoleh ke arah Jiyeon.

Sambil tersenyum tipis Jiyeon menjawab,"Di kantor.", yang berhasil membulatkan kedua mata suaminya. Sedikit rasa amarah menghilang ketika mendengar jawaban istrinya. tergantikan dengan rasa khawatir dan kasihan yang bercampur aduk. Beberapa menit setelah jawaban Jiyeon,suasana mereka kembali canggung.

Jinyoung berdehem untuk memulai pembicaraan kembali,"Apa...yang kau katakan di Jeju waktu itu...benar?",tanya Jinyoung hati-hati. Bagaimana pun ia tahu jika kini berada di rumah sakit dan tak baik memulai pertengkaran. Jiyeon terdiam lama. Mungkin ia merasa tak nyaman atas pertanyaan Jinyoung.

Namun ketika Jinyoung bersuara untuk mengalihkan pembicaraan,Jiyeon memotong ucapannya,"Benar. Apa yang aku katakan di Jeju,itu semua benar." Jiyeon menjawab dengan pandangan lurus ke depan. Jinyoung menghela napas sebelum akhirnya melanjutkan pertanyaannya,"Sejak kapan kalian mengalaminya?"

Masih dengan tatapan lurus kedepan,Jiyeon menjawab,"Kau ingat waktu kau melamarku dulu? Saat di restoran dan kau marah besar padaku? Sepulang dari sana,aku menemukan sebuah pasar malam misterius. Aku diberi sebuah kalung,dan disuruh menunggu di depan air mancur. Tepat tengah malam,jiwaku dan Jisoo tertukar begitu saja." Jinyoung terdiam. Tentu saja ia mengingatnya. Itu berarti,secara tidak langsung,ia mendorong pertukaran jiwa itu terjadi.

Rasa menyesal mulai muncul di hatinya,Jika saja ia tak bertengkar dengan Jiyeon,mungkin pertukaran itu tak akan pernah ada. Ia tak akan bertemu Jaebum,dan tentu...Jisoo. Jinyoung kembali menghembuskan napas. Kali ini lebih keras dari yang tadi. Pria itu dengan sangat hati-hati menanyakan hal yang tentu sensitif bagi istrinya "Ini sungguh pertanyaanku yang terakhir,apa...pernah dalam hidupmu,sekali saja,melihatku sebagai pria? Menyukaiku meski hanya sebentar saja?"

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jaebum masuk ke ruang rawat inap Jisoo. Ini sudah siang,Jinyoung maupun Jiyeon sudah pulang karena dipaksa oleh Jaebum. Bukan ia tak mau sepasang suami-istri itu menemani Jisoo,hanya saja,Jaebum tak enak karena semalaman mereka berdua tak tidur dan bergantian menjaga Jisoo. Karena itu Jaebum memaksa mereka pulang untuk beristirahat barang sebentar.

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang