Chapter 5

585 87 16
                                    

Jisoo mengangkat tangannya yang tengah memegang secangkir kopi dan meneguknya. Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang tengah melambai di luar cafe. Jisoo tersenyum dan membalas lambaian hangat gadis itu.

"sudah lama?",tanya Jiyeon sambil meletakkan tas jinjing di bangku sebelah dirinya dengan tergesa.

Jisoo hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. Memandang rindu pada tubuhnya yang tengah Jiyeon gunakan kini. Terhitung sudah lewat 5 hari sejak tubuh mereka tertukar. Mereka pun sudah beberapa kali mendatangi lokasi pasar malam misterius itu,namun menurut warga sekitar,tidak pernah ada pasar malam yang diadakan disana.

Usaha gadis-gadis itu tidak berhenti. Mereka masih menelusuri asal muasal raga mereka tertukar tanpa menimbulkan kekacauan. Ya,dua gadis itu akhirnya sepakat untuk menyelami kehidupan masing-masing sementara hingga mereka mengetahui jawaban dari persoalan tersebut.

"ayahmu sudah baikan.",ucap Jisoo memulai pembicaraan.

Jiyeon tengah membuka mantel yang sejak tadi menghangatkan tubuhnya tersebut seketika berhenti. Memandang Jisoo dan melanjutkan aktifitasnya pelan-pelan,"baguslah...",ucapnya kemudian dengan senyum getir.

Sejujurnya Jiyeon sudah beberapa kali menjenguk ayah kandungnya di rumah sakit. Namun pria paruh baya itu selalu tertidur setiap kehadiran Jiyeon. Membuat gadis itu sedikit dilanda kecewa.

"wanita itu,apa yang dilakukannya?",tanya Jiyeon kemudian.

Jisoo memandang Jiyeon datar lalu menghembuskan napasnya pelan,"bisakah kau tidak memanggilnya begitu?"

"Dia bukan ibu kandungku dan aku juga tidak berniat memanggilnya 'ibu'. Jadi tolong jangan paksa aku Jisoo.",Jelas Jiyeon dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

Memandang sepasang mata gadis dihadapannya dan menyelami tatapan tersebut,sungguh benar-benar tidak ada tempat untuk seorang wanita yang diketahui Jisoo sebagai ibu bagi Jiyeon. Gadis itu lalu mengangguk pelan beberapa kali sambil menyesapi secangkir kopi.

"ah,aku hampir lupa! Tujuanku memanggilmu kemari...",Jiyeon menyela tiba-tiba dengan kalimat yang belum selesai.

Jisoo mengangkat kedua alisnya mengiyakan ucapan Jiyeon lalu meletakkan kembali cangkir itu ke atas meja. "ada apa sebenarnya?",tanyanya kemudian.

Jiyeon mengetuk-ngetuk pelan meja dengan jarinya. Sedikit ragu membahas masalah ini pada Jisoo. Namun gadis yang dimaksud sedang menatap Jiyeon dalam. Menunggu pembicaraan dimulai.

"begini...Jaebum...dia mengajakku makan malam nanti.",ucap Jiyeon kemudian dengan hati-hati. Ia benar-benar tidak ingin perasaan Jisoo terlukai olehnya. Bagaimanapun Jiyeon merasa berhutang budi pada Jisoo yang telah menjaga ayahnya belakangan ini.

Bola mata Jisoo berputar ke arah lain. Seakan menghindari tatapan milik Jiyeon. Sedikit sesak dalam dadanya ketika wanita lain membicarakan kekasihnya. Kadang kala pikiran Jisoo melayang membayangkan Jiyeon menggoda kekasihnya itu,namun dengan segera Jisoo enyahkan. Karena ia juga yakin,perasaan Jiyeon tengah was-was kini mengingat tunangannya juga hidup bersama wanita lain.

"lalu?"

Jiyeon menatap Jisoo. Meletakkan tangannya di atas tangan milik Jisoo dan menatap gadis itu dengan sangat menyesal. "tidak apa?",tanya Jiyeon.

Jisoo kembali menatap Jiyeon. Beberapa detik kemudian senyum indah menghiasi wajah Jisoo. Gadis itu menggenggam tangan Jiyeon erat sambil menepuknya pelan beberapa kali. "tidak apa. Aku tidak masalah.",jawab Jisoo hangat.

Jiyeon menghembuskan napas lega. Tak lama kemudian dering ponsel milik Jisoo berbunyi membuat Jiyeon segera mengangkatnya. "Jisoo maaf,aku harus pergi sekarang. ",bisik Jiyeon sambil bergegas membereskan barang-barang miiknya dan pergi.

The Decision of The Heart [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang