[13] Marah

1.1K 77 0
                                    

"happy birthday.. Nikoooo" mereka semua berulang kali menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Niko, serta memberi nya ucapan selamat.

"walaupun telat, yang penting kita semua udah korbanin waktu buat lo.." sahut Kakak nya yang sudah berkeluarga itu, Riko.

"bentar lagi umur kamu 30, kamu masih belum mau menikah?" tanya Papah nya.

Niko terkekeh, menatap satu persatu wajah serius anggota keluarga nya.

"sampai kapan kamu mau nunggu dia?" tanya Mamah nya prihatin.

Niko menghela nafas nya, "dia udah dateng kok"

"udah? Terus kapan kamu mau lamar?" tanya Papah nya antusias.

walaupun mereka tidak tahu siapa wanita yang dimaksud anak nya itu, tapi mereka tetap antusias mendukung.

Niko terdiam, mengingat percakapan terakhir kali diri nya dengan Sky.

Ia menghela nafas, mengusap wajah nya gusar.

"oke, skip topik" ujar Mamah mengalihkan pembicaraan, karena ia melihat anak nya yang sedang butuh berpikir.

Semua mengangguk setuju, "kita lanjut makan aja"

Aqilla, anak bungsu itu berbisik pada mamah nya seraya cekikikan.

"oh iya, lusa Barron pulang ke Jakarta, Mamah mau kamu pekerjakan dia di kantor kamu" wanita paruhbaya itu menampilkan deretan gigi putih nya.

Niko melirik kakak tertua nya, "kenapa enggak di kantor Kak Riko aja?"

Riko yang mendengar itu tertawa geli, "lo pikir kantor gue bisa nerima orang sembarangan?" tanya nya.

"jadi maksud lo, kantor gue bisa nerima orang sembarangan, hah?!" kesalnya.

Riko meneguk jus alpukat milik nya, "kantor gue itukan khusus orang yang pintar gambar"

"Barron bisa gambar kok"

"matahari di antara dua gunung maksud lo?" tanya Riko di sela tawa nya.

Niko geram, ia sangat tidak menginginkan adik nya itu bekerja di kantor nya.

"kamu masih enggak bisa nerima adik kamu setelah tiga tahun?" tanya Papah di sela percekcokan adik kakak itu.

Riko, yang berada di samping Niko itu mengusap bahu pria itu, "perusahaan lo besar, bisa lo gunain Barron buat retas musuh musuh bisnis lo"

Niko menyingkirkan tangan Riko dari bahu nya, "menguntungkan atau tidak, gue tetep enggak mau Barron kerja di kantor gue!"

"Niko!!" panggil Mamah nya dengan tegas, "kamu masih marah sama Barron cuman gara gara dia per--"

"halo?" suara dering ponsel Niko mengalihkan pembicaraan Mamah nya, "aku ijin angkat telpon dulu"

Mamah nya hanya menghela nafas, menanggapi sikap anak nya yang satu itu.

"iya ada apa Lila?"

"maaf mengganggu waktu nya Pak, saya mohon ijin, mungkin selama beberapa hari ini Ibu Zoya tidak dapat datang ke kantor, dikarenakan beliau sedang di rawat"

Niko menjauhkan ponsel itu dari telinga nya, "Sky di rawat?" gumam nya.

"memang Zoya sakit apa?"

"ada kecelakaan kecil hari ini Pak"

"APA? KECELAKAAN?? sekarang kirimin saya alamat rumah sakit nya"

"ba-baik Pak"

***

FEELINGS [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang