[17] Melupakan

1.4K 80 0
                                        

Niko baru ingat, bahwa dia mempunyai adik seorang peretas, yang bisa melacak orang dari kejauhan.

Ia bisa minta tolong Barron, tapi.. Nanti Barron ikut khawatir, menyebalkan.

Pria itu menatap Barron dari kursi nya, berpikir bagaimana cara memulai pembicaraan dengan adik nya itu.

"gila! Gokil banget" Barron tak henti nya tertawa ketika ia sedang bermain di tablet nya.

Niko menautkan alis nya, "kalo mau main di luar, ini tempat kerja"

Awalnya Barron tidak menggubris, tetapi setelah itu ia bangkit, kemudian segera meninggalkan ruangan itu.

"ck, dasar ade enggak tau diuntung!!" gerutu Niko melihat kelakuan kekanakan Barron. "untung lo masih ade gue, kalo enggak udah gue gulung pake buldoser"

Ponsel nya berdering, pertanda panggilan masuk, ia membaca nama yang tertera di layar ponsel nya.

Musuh bebuyutan.

Ia mengepal tangan nya geram, "sial, pasti dia mau pamer ngehubungin gue lewat panggilan"

"halo?"

Terdengar suara tawa dari ponsel, "wey, gimana? Keren kan gue? Sori ya.. Rumah sakit lebih laris daripada apartemen"

Niko mendengus sebal, meladeni Arkan hanya menghabiskan waktu nya dan membuat nya jengkel.

"ini gak penting. Gue tut--"

"keberadaan Sky gak penting maksud lo? Yaudah.. Byeee"

Niko melebarkan mata nya, "eh, lo dapet info dari jaksa itu?"

Tapi kenapa Arkan ngasih tau gue? Bukan nya dia juga suka sama Sky? Tanya Niko dalam hati.

***

"Dasar cewek enggak tahu diri!! Dimana Arkan? Kenapa sekarang lo enggak sama dia? Lo tau enggak sih Arkan tuh suka banget sama lo, dan gara gara lo juga kakak gue masuk penjara! Dasar cewek murahan!" cerocos Vivi terus menerus di hadapan Sky yang tengah duduk di sebuah cafe.

Sky menatap nya nanar, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Kesal pembicaraan nya tak di gubris Vivi langsung menarik Sky keluar cafe dengan paksa, tidak ada orang yang berniat untuk melerai nya.

Mereka sampai di depan cafe, Vivi melepaskan lengan nya dari Sky, ia mengepalkan tangan nya dan menampar Sky.

"Vivi!!" teriak seseorang dari arah belakang.

Orang itu segera menghampiri mereka berdua, ia melihat Sky yang tengah kesakitan menahan bekas tamparan, dan wajah Vivi yang sudah memerah karena emosi.

"apa Arkan?! Kamu mau belain cewek yang jelas jelas mengabaikan kamu?!" jedanya, "kamu itu udah di campakkin Arkan Pahlevi, sadar dong! Aku disini yang udah nunggu kamu masih enggak keliatan juga??"

Arkan menarik ujung baju Vivi untuk menjauh dari Sky, ia benar benar membawa Vivi hilang dari pandangan Sky.

Sky mengusap pipi nya, seketika kepala nya terasa sangat pusing, dan dada nya terasa sesak, membuat nya sulit bernafas.

Darah kental mengalir melalui kedua lubang hidung nya, ia segera menyumpal nya dengan tissu yang ia bawa.

Sambil menunduk dan menatap tanah tempat nya berdiri, ia menangis mengingat semua kejadian yang terjadi akhir akhir ini, menyadarkan nya akan sebuah penantian sia sia.

Tiba-tiba seseorang menarik nya ke dalam pelukan dengan erat, mengusap puncak kepala wanita itu dengan lembut.

Sky memberontak dan langsung melempar tissu itu ke dalam tong sampah yang ada di dekat nya.

FEELINGS [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang