Chapter 3

91 18 3
                                    

Teett...teett...teet..

Kami baris dilapangan untuk upacara bendera, tanpa sengaja mataku menangkap sosok yang sedang berada di belakangku.

"Kak Dafa.." batinku terkejut

Aku memang tahu kalau dia anak PMR, tapi baru pertama kali ini dia jaga dibelakang kami. Biasanya dia akan jaga di belakang kelas XI. Tapi ya udahlah aku malah senang kalau dia berada dibelakangku saat ini. Kak Dafa kamu itu udah baik, ganteng, penolong, jago bela diri lagi, mau deh jadi pacarmu..,,

"Jangan terlalu berkhayal Indah, nanti jatuh sakit loh" dewi batin ku berbisik sedangkan aku yang mendengarnya hanya mendengus kesal,

Setelah lama berdiri kenapa kepalaku agak pusing ya,,?? aku memegang kepalaku sambil menggelengkannya berharap supaya pusingnya agak mereda, lalu setelah itu ku dengar langkah kaki seseorang mendekat kearahku.

"Kamu sakit ya?" tanya sebuah suara,

Setelahku menoleh kesamping ternyata itu adalah kak Dafa. Dan ada apa ini kenapa jantungku kaya lari-lari gini, aduh jantung jangan copot ya dari tempatnya nanti aku bisa mati muda lagi. Gawatkan kalau aku mati muda nanti nggak bisa lihat wajah ganteng kak Dafa lagi dong...
Hei ada apa denganku... Kenapa aku jadi lebay sekarang ,,,

"Mau ini?" kak Dafa menyerahkan minyak kayu putih kearahku

"Oh enggak, eh iya kak" aku gugup setengah mati bila berhadapan dengannya, aku mencoba untuk menormalkan detak jantungku yang sedari tadi berdebar-debar, tapi nih jantung bandel banget ya nggak mau normal-normal juga.

Setelah itu kak Dafa kembali ketempat persemayamannya eh maksudku tempat semulanya .

"Jantungku udah kembali
normal, alhamdulillah aku kira aku ada penyakit jantung dadakan tadi. Eh jantung!! tadi waktu ada kak Dafa kenapa kamu malah kaya lari-lari sih, kalau kedengaran kak Dafa gimana..?? Malu-maluin tahu" racauku sendiri dan rasa pusing dikepalaku pun sudah tidak terasa lagi, mungkin itu reaksi minyak kayu putih tadi yang sudah mulai bekerja.

***

Waktu berjalan begitu cepat bagiku, tak terasa liburan panjang sudah kulewati dan sebentar lagi aku akan masuk ke kelas XI dan selama itu juga aku masih setia menjadi pengagum rahasianya Kak Dafa, setiap 2 kali seminggu aku pasti menaruh coklat di loker Kak Dafa.

Sampai saat ini pun Kak Dafa masih belum tahu kalau orang yang memberinya coklat itu adalah aku ''pengagum rahasianya'', dan aku berharap jangan sampai Kak Dafa tahu kalau akulah yang menjadi seorang pengecut cuma bisa mengaguminya dari jauh, biarlah waktu yang menjawab semuanya.

"Indah, bunda minta tolong dong. Tolong beliin ini ya di supermarket .." bunda menyerahkan secarik kertas kepadaku, aku mengambil kertas itu dan membacanya sekilas ternyata tulisan di kertas itu adalah catatan bahan-bahan dapur, mungkin bunda kehabisan bahan dapur sekarang dan juga mungkin bahan ini cukup penting sehingga bunda menyuruhku untuk membelinya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 malam lebih.

"Aku pulangnya agak telat ya bun, soalnya aku cuma jalan kaki ke supermarketnya.." aku sengaja untuk pulang agak telat selain karena jalan kaki, aku juga ingin membeli peralatan sekolahku karena besok kami sudah mulai masuk kembali kesekolah.

"Tapi jangan terlalu larut malam ya, kamu itu anak perempuan nggak baik malam-malam diluar rumah, sendirian lagi" ucap bunda sambil menyerahkan uang kepadaku.

"Siap bunda.." aku mengambil uang itu dan mulai melangkahkan tungkai kakiku untuk berjalan keluar rumah.

Setelah selesai berbelanja yang memakan waktu kurang lebih satu jam, akupun melangkah keluar dari supermarket itu. Hawa dingin langsung masuk kedalam kulitku, aku lupa mengenakan jaket tadi karena terlalu terburu-buru, menengadahkan kepalaku keatas dan melihat langit malam yang agak mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

A Sense Of BelongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang