Chapter 10

37 14 0
                                    

Di sebuah tempat pemakaman terdapat 2 orang manusia yang masih setia menunggu pemakaman itu, mereka adalah Dafa dan Indah.

"Kakak yang sabar ya, ka Laura pasti udah bahagia di sana" Indah menepuk pelan bahu Dafa supaya Dafa tidak larut dalam kesedihannya.

Dafa tidak menjawab ucapan Indah, dia masih saja menatap pemakaman itu dengan tatapan kosong.

"Kalau gitu aku pulang duluan kak" Indah beranjak pergi dari tempat pemakaman itu,

"Mungkin kak Dafa perlu waktu sendiri" batinnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Dafa

Dafa hanya bisa bergumam menjawab ucapan Indah,

"Laura, apa ini jawaban dari kamu? kalau iya aku berterima
kasih sama kamu karena sudah
mamberi ku ijin untuk men-
cintai seseorang lagi. Aku nggak
akan menyia-nyiakan kesempatan ini lagi Laura." Dafa mengucapkan ucapan itu sambil menatap pemakaman Laura dengan penuh arti.

  

***

Indah pov

Aku nggak nyangka ternyata selama ini kak Dafa punya pacar dan dia pun sangat mencintai pacarnya itu. Jadi apakah aku sudah tidak punya kesempatan untuk masuk kedalam hati kak Dafa? Tapi sekarang pacarnya sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Apakah kesempatan itu masih ada? dan juga apakah kak Dafa memiliki perasaan yang sama terhadapku? aku juga nggak nyangka dengan kisah masa lalu kak Dafa, aku turut berduka atas kepergian kak Laura cewek yang selama ini kak Dafa cintai.

# # #

Di lain tempat, tepatnya disebuah kampus yang bernama The Queen of Diamond. Terdapat 3 orang laki-laki sedang berjalan santai di lorong koridor, mereka adalah most wanted boy di kampus itu, anak-anak kampus  sering menyebut mereka dengan sebutan 3R yaitu Radit, Raka, dan Rafi.

Di kelompok itu yang lebih tua dari 3R adalah Radit, makanya Raka dan Rafi sering menyapanya dengan sebutan "abang". Tapi di kelompok ini yang paling ganteng, paling playboy, dan yang paling, paling, paling adalah Raka, karena dia adalah anak dari pemilik kampus ini.

"Kita mau kemana nih, gue nggak ada kelas" Raka menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari-jari tangannya

"Gue juga" jawab Rafi tanpa membuang permen karet yang berada di dalam mulutnya

"Sama" sambung Radit yang sekarang sudah memasukkan ponselnya kesaku celananya.

"Gimana kalau kita kekantin aja, gue udah laper nih" Raka mengelus perut kotak-kotaknya.

"Ya udah yuk" Rafi beranjak dari tempat duduknya

Setelah itu mereka pun berjalan ke arah kantin, di sepanjang perjalanan banyak perempuan yang berbisik-bisik tentang ketampanan mereka.

"Sumpah, Rafi ganteng banget"

"Enggak, pokoknya Raka mah segalanya di 3R itu"

"Lebih baik kak Radit aja, dia itu kalem-kalem gimana gitu"

"Tiga-tiga nya aja deh"

Begitulah kata-kata yang mereka dengar disepanjang perjalanan mereka menuju kantin.

A Sense Of BelongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang