Chapter 11

33 12 0
                                    

Indah pov

3 bulan sudah berlalu, tapi aku masih saja kepikiran tentang kak Dafa dan selama itu juga aku tidak tahu kabar tentang dia, sedangkan sekarang aku sudah kelas XII aku bingung kenapa aku nggak bisa move on dari kak Dafa, dan juga akhir-akhir ini sikap Alex berbeda kepada ku, dia lebih perhatian. Dan setiap kali Alex mengobrol bersama Shella perasaan ku kayak nggak suka gitu, apa aku cemburu?
Ya ampun, perasaan macam apa ini benar-benar membuat ku pusing.

Apa aku tanya ke kak Radit aja ya? Selama ini hubungan ku dengan kak Radit sangat dekat, bahkan aku sudah menganggap nya sebagai kakak kandung ku sendiri. Mungkin nanti aku akan kerumah kak Radit.

Karena terlalu asik dengan lamunanku aku sampai tidak menyadari akan keberadaan Alex disamping ku sekarang,

"Ngelamun mulu, nih minum dulu" Alex menyerahkan minuman dingin ke arah ku,
stop it ..!! Alex ,, jangan terlalu perhatian kepadaku nanti aku makin bapeerr...

"Makasih.." aku mengambil minuman itu dan meletakkannya diatas meja,

"Masih kepikiran kak Dafa" tanya nya yang sekarang sudah menatapku

"Iya" jawabku lesu, Oh God..!! aku merasa seperti seseorang yang sedang putus cinta kali ini.

"Kamu harusnya bisa buka hati kamu Ndah" nasihat Alex, aku mengernyit bingung mendengar ucapannya,

"Maksudnya?"

"Kalau ada seseorang yang ingin mengisi hati kamu, apakah kamu mau menerimanya?" tanya Alex, entah kenapa dari nada suaranya aku bisa merasakan kalau dia benar-benar serius mengucapkan itu.

Aku menatap lurus kearah papan tulis tidak mau melanjutnya obrolan kami yang sedikit ambigu menurutku. Hening yang menyelimuti kami berdua setelah Alex selesai mengucapkan kata-katanya, sayup-sayup yang dapat kudengar hanyalah suara anak-anak yang sedang berada didalam kelas saat ini.

Namun kali ini Alex mengucapkan kata-kata yang membuatku terlonjak kaget mendengarnya, tidak sampai disitu waktu seakan berhenti berputar dan kurasakan degup jantungku yang berdetak dengan keras ,,

"Aku cinta sama kamu" tegasnya, sontak aku langsung menoleh kearahnya dan menatapnya dengan kernyitan yang tercetak jelas didahiku

"Aku cinta sama kamu Ndah, entah sejak kapan. Tapi aku nggak suka kalau kamu ngomong sama cowok.."

Aku menatap Alex tepat dimanik matanya, berusaha mencari kebohongan dari mata itu. Tapi yang kudapatkan hanyalah tatapan mata yang lembut dan serius.

"Kamu nggak suka kalau aku ngomong sama cowok, terus kamu? Emang kamu bukan cowok ya?" tanyaku menggoda Alex sambil manaik-turunkan alisku yang kuyakini pergerakan itu tidak akan bisa berhasil, karena buktinya aku memang tidak bisa menaik-turunkan alisku.

Alex menggaruk bagian belakang kepalanya, yang kuyakini tidak gatal
"Emmm... Maksud ku, aku nggak suka kalau kamu ngomong sama cowok, kecuali sama aku" jelas Alex setelah menyadari kebodohannya tadi.

Aku hanya mangut-mangut sambil menahan tawaku setelah mendengar penjelasan Alex

"Gimana Ndah, kamu mau nggak jadi pacar aku?" tanyanya lagi , sempat kulihat peluh sudah membanjiri pelipisnya saat ini, apa dia gugup?

"Aku perlu waktu buat jawab perasaan kamu Lex" aku mencoba memberi pengertian kepada Alex karena saat ini aku masih belum bisa berpikir jernih atas semua yang telah terjadi.

"Boleh. Kamu perlu berapa lama aku akan tunggu, hatiku pasti akan terbuka lebar buat kamu" ucap Alex kelewat senang, sedangkan aku hanya bisa tersenyum untuk menjawab ucapannya.

A Sense Of BelongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang