Chapter 7

35 15 1
                                    

Keesokan harinya disore hari Indah sedang berjalan-jalan ditaman kota, tiba-tiba ...

"Indah ..." seseorang menyapanya dari kejauhan,

Indah membalikkan badannya, dan terkejut karena tidak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang di temuinya di perpustakaan waktu itu.

"Kak Radit.." Indah berjalan menghampiri Radit

"Kakak ngapain disini?" sambungnya setelah berada cukup dekat dengan Radit

"Cuma jalan-jalan aja sekaligus
mau nyegerin otak" Radit tersenyum, dia tidak menyangka akan bertemu dengan Indah kembali.

"Kita duduk disana aja yuk" ajak Radit sambil menunjuk ke arah kursi yang ada di taman

"Ya udah yuk" Indah berjalan di belakang Radit,

"Nggak nyangka ya bisa ketemu
kamu di sini" ucap Radit setelah mereka duduk dikursi taman

"Iya kak, aku juga nggak nyangka" Indah senang bisa bertemu Radit kembali, entah kenapa rasanya dia selalu ingin berada didekat Radit,

"Ngomong-ngomong tentang
olimpiade waktu itu gimana?" Radit menatap Indah lekat

"Alhamdulillah kak, aku menang"  Indah tersenyum saat mengingat kemenangannya diolimpiade beberapa hari yang lalu

"Dapat juara berapa?" Radit senang karena Indah bisa memenangkan lomba itu

"Juara 2, padahal dikit lagi pasti juara 1 poinnya cuma beda tipis doang" ucap Indah dan wajahnya pun berubah jadi sedih

"Tapi nggak papa kok, itu aja
aku udah bersyukur banget. Tinggal belajar lagi aja terus " sambungnya dan mulai tersenyum lagi.

"Iya, bagaimana pun juga kita
tetap harus bersyukur, sekali
pun misalnya kita nggak menang kita harusnya bangga karena kita udah bisa bersaing dengan beberapa ratus orang yang ikut olimpiade itu" Radit memberikan nasihat kepada Indah

"Iya kak, kakak benar. Terus
kakak menang nggak?" tanya Indah antusias

"Alhamdulillah juga" Radit tersenyum manis kearahnya

"Berapa?"  tanyanya, dia juga senang karena Radit juga memenangkan olimpiade itu

Dia memperhatikan raut wajah Radit yang senyumannya kelewat lebar, lalu dia yakin pasti Radit dapat juara yang membanggakan

"Pasti 1 kan?" tebak Indah

"Kok tahu .." Radit mengerutkan keningnya sambil menatap Indah

"Cenayang yaa..?" Radit terkekeh dengan tebakannya sendiri

"Udah kelihatan dari muka
kakak yang senyum-senyum gitu"  Indah juga ikutan tersenyum

"Iya benar, 100 buat kamu" Radit beretepuk tangan kegirangan seolah-olah dia mendapatkan sebuah undian besar,

"Wah, pasti kakak senang banget ya dapat juara 1, coba aja waktu itu aku belajar giat-giat, pasti dapat juara itu juga" Indah menyesal karena dia kurang belajar saat itu.

" Kakak mau kasih penawaran
deh buat kamu" tawar Radit untuk Indah

"Apaan kak?" Indah langsung menoleh kearah Radit

"Gimana kalau kamu belajarnya
sama kakak aja?" tawar Radit, sedangkan orang yang ditawari hanya mengeryit bingung

"Untungnya buat kakak apa?" tanya Indah, karena dia bingung untuk apa Radit menawarkan semua itu kepadanya.

"Ya cuma mau lebih deket aja sama kamu" Radit menyandarkan tubuhnya kepunggung kursi.

"Emm... ya udah deh, tapi kita
belajarnya dimana, terus kapan
dan juga aku nggak tahu tempat
tinggal kakak." Indah dengan panjang lebar menayakan itu semua

"Ponsel kamu mana?" Radit menadahkan kedua tangannya sambil menunggu Indah menyerahkan ponselnya

"Nih," Indah menyerahkan ponselnya ketangan Radit, lalu Radit mulai mengetikkan sesuatu keponsel Indah, setelah itu menyerahkannya kembali kepada sang pemiliknya,

"Di situ udah ada nomer kakak
kalau kamu udah siap belajarnya
tinggal telpon kakak aja." Radit menatap Indah yang tersenyum

"Iya kak, makasih ya" Indah memasukkan kembali ponselnya kedalam tas,

"Kalau gitu kakak pamit dulu ya,
sampai jumpa lagi Indah" Radit menepuk bahu Indah dengan pelan sebelum meninggalkan Indah,

"Sampai jumpa kak" Indah melambaikan tangannya kearah Radit

Setelah itu dia juga mulai berjalan pulang kearah rumahnya.

***

Indah pov

Selama beberapa bulan terakhir ini hubungan pertemananku dengan kak Dafa semakin hari semakin akrab, tak jarang teman-teman ku bilang aku sama kak Dafa mempunyai hubungan khusus.

Tapi itu semua nggak benar, buktinya aku cuma berteman sama kak Dafa dan aku juga tidak mau berharap lebih, cukup menjadi temannya pun aku sudah senang.

Hari ini aku berangkat kesekolah naik angkot karena sekarang ayah sering sibuk dengan kerjaannya. Jadi, mulai hari ini sampai hari-hari berikutnya aku berangkat kesekolah dengan menggunakan angkutan umum.

Setelah sampai di gerbang sekolah, aku segera berjalan seorang diri di lorong koridor  kemudian ku rasakan seseorang menepuk pundakku,

"Pagi Ndah .." sapa orang itu yang tak lain adalah kak Dafa

"Pagi kak .." aku mengeluarkan senyum manisku untuk menjawab sapaan kak Dafa,

"Kalau di lihat-lihat makin hari
kok kamu tambah cantik aja ya?" gombal kak Dafa dan aku yakin pasti itu berhasil membuat pipi ku memanas, pasti sekarang pipi ku sudah merona karena gombalan kak Dafa.

Sedangkan kak Dafa yang berhasil membuat pipiku merona langsung tertawa, dan mencubit pipi ku gemas lalu pergi meninggalkan ku yang masih senyum-senyum sendiri.

"Jangan senyum-senyum sendiri, kalau mau jadi orang gila nanti  aja ini masih pagi" bisik seseorang tepat ditelingaku

Aku menoleh keasal suara, dan senyumku pun langsung hilang digantikan wajahku yang cemberut setelah melihat siapa orang itu. Huh menyebalkan !!

Tbc.

       
    Jangan lupa tinggalkan jejak..👇👇👇👇👇
Dan share cerita ini ketemen-temen kalian yaa...👌👌👌

A Sense Of BelongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang