BAB 9

8.8K 376 8
                                    

"Jadi gw sendiri nih kerumah lo?" ujar Tiyo dengan nada memelas.

"Iya yo, akukan ada perlu." ujar ku sambil merapihkan buku kedalam tas.

Saat ini memang sudah jam pulang sekolah dan di kelas tersisa aku, Alex dan segerombolan siswa yang sedang piket, jujur aku takut Daniel memergokiku berbicara dengan Alex, aku takut terjadi salah paham dengan dia, yang berakhir dengan adegan ngambeknya.

"Udah dulu ya yo,bye....ketemu di rumah oke." ujar ku sambil berlari keluar kelas dan menuju ruang olahraga, sesampainya disana aku melihat Daniel dan berusaha untuk menetralkan nafas ku yang tersenggal-senggal karena berlari.

"Kamu dari mana sih, udah aku tunggu 15 menit loh, abis lari ya?kamu ngapain sih? kalo tau gini, mending tadi aku jemput kamu dulu baru kesini" ujar nya.

"Udah lah orang gapapa juga, awas aja kalo berani jemput aku di kelas aku ngambek sampe setahun." ujar ku dengan nada merajuk.

"Iya iya, ga dijemput kekelas, tapi jelasin kamu habis dari mana, kenapa lari-lari." ujar Daniel dengan nada penasaran. Daniel memang kuat secara insting, dia selalu tau perubahan-perubahan kecil yang ada di diriku yang bahkan aku sendiri pun tidak tau.

"Itu ...Itu ...Itu loh ...."

"Nil, buruan pacarannya, 5menit lagi sparing di mulai." ujar salah satu teman Daniel yang kuketahui bernama Tomi.

"Oke 2menit lagi gua kesono" ujar Daniel.

'mau ngapain lagi sih daniel ya ampun' ujar ku dalam hati.

"Doain aku ya, semoga menang sparingnya." ujar Daniel

akhirnya.... dia tidak membahas yang tadi, dan sepertinya aku harus berterimakasih dengan tomi.

"Ya udah yuk" ujarnya sambil merangkul pinggang ku, setelah itu Daniel menyuruh ku untuk duduk di baris depan, perlu kalian ketahui bahwa barisan baris depan itu adalah tempat khusus untuk tim basket,
dan aku diperintah olehnya untuk duduk didepan agar Daniel mudah mencari ku.

sebenarnya, kalau boleh jujur aku malas sekali hampir setiap senin selasa rabu harus menemaninya latihan basket padahal dia sudah kelas 12 dan sudah seharusnya untuk fokus pada pelajaran. Bukan mementingkan hobbynya.

Tapi entahlah aku terlalu malas untuk ngoceh-ngoceh didepannya karena pasti ujungnya hanya akan ditanggapi dengan senyuman atau malah dia bisa saja ngambek dan aku lagi yang kerepotan mengurusnya.

Sungguh sangat membosankan rasanya, hanya duduk sambil menghadap kedepan tanpa melakukan apapun, mungkin beda ceritanya jika aku mengerti mekanisme bermain basket atau aku yang bucin terhadap Daniel sehingga rela untuk melakukan apa saja. Masalahnya akupun tak yakin bahwa perasaan ku pada Daniel masih sama seperti awal bertemu.

Rasanya aku ingin sekali membuka hp lalu mengecek notifikasi di hp tapi niat itu ku urungkan, aku kembali teringat ucapan Daniel yang marah besar saat aku lebih senang main hp dari pada memperhatikannya, menurut Daniel jika aku ada di sampingnya aku tidak boleh berselingkuh dengan benda mati apapun itu tak terkecuali hp,
segitu cemburukah dia pada ku.

Tak terasa pertandingan telah selesai dan Daniel menghampiriku

"Cape." ujar Daniel dengan manja sambil menyandarkan kepalanya di bahu ku.

"Kan udah aku bilang jangan tanding basket mulu udah mau ujian juga" ujar ku.

"Iya cantik, Tolong lap in keringat ku dong" ujar nya dengan manja.

"Ga ah, lap in aja sendiri"ujar ku

setelah itu dapat ku lihat raut muka nya berubah menjadi cemberut, akhirnya lagi-lagi aku yang mengalah, ku ambil lap di tas Daniel lalu aku mulai melap keringat Daniel, aku tau Daniel tersenyum karena perilakuku mungkin dia merasa dirinya menang dari ku.

MY POSSESIF BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang