BAB 11

6.5K 346 22
                                        

Pas bikin sambil dengerin lagu itu, suka sama lagunya.

***

"Ciit.... Citra bangun dong." ujar mama sambil menggoyangkan tubuh ku.

"Ngapain sih mah, malas ah Hari libur tau ini."

"Iya mama tau, tapi di bawah ada Daniel nungguin kamu, katanya udah janji mau jalan."

Seperti di sambar petir seketika mata ku terbuka lebar, aku gak mungkin lupa sama chat dari Daniel tadi malam dan sekarang dia sudah ada di Jakarta. Hanya untuk membahas itu.

"Mama serius kan? Itu Daniel serius ada di bawah?" ucap ku dengan cepat.

"Seriuslah gimana sih, kamu kira mama pelupa gitu sampe gak tau wajah Daniel." ujar mama dengan sewot.

"Yaudah mama tunggu di bawah aku mau mandi dulu." ujar ku, sambil melangkah ke kamar mandi.

***
"Pagi mah" ucap ku sambil mengambil roti.

"Pagi"

"Daniel dimana mah?" tanya ku.

"Di ruang tamu tadi si, buruan gih temuin kasian loh dia udah nungguin dari tadi."

"Iya mah, yaudah aku berangkat dulu ya ma" ujar ku yang di angguki kepala oleh mama.

***
"Hai udah nunggu lama ya, sorry ya, kamu ga bilang sih kalau..."

"Masuk." ujar Daniel dengan nada dingin, pasti masalah nya akan panjang setelah ini.

Selama perjalanan hanya ada keheningan diantara aku dan Daniel, aku juga gak tau kita akan kemana, aku rasa Daniel marah pada ku.

Tiba-tiba Daniel meminggirkan mobilnya di tepi jalan, aku harus siap dengan segala konsekuensinya setelah ini.

"Aku mau ngomong serius sama kamu." ujar Daniel dengan nada dingin. Yang aku jawab dengan anggukan.

"Aku perlu bilang berapa kali sama kamu hah, AKU GA SUKA KAMU JALAN SAMA ORANG ASING" teriak Daniel tepat di depan wajah ku. 

Jujur aku kaget, ini pertama kalinya Daniel teriak dihadapan ku dan perlu di kalian ketahui aku gak terima atas pernyataannya bahwa Tiyo adalah orang asing, disini yang harus nya menjadi orang asing adalah DANIEL.

"Orang asing kamu bilang, bahkan Tiyo jauh lebih kenal aku di banding kamu. Daniel buka mata kamu, selama ini kamu terlalu overprotectif sama aku, Kamu terlalu ngekang aku, selama ini aku gak pernah sedikitpun campurin urusan pribadi kamu, aku gak pernah sekalipun larang kamu ini itu, bahkan kamu gak mau cerita masalah keluarga mu pun aku masih diam Daniel. Tapi makin kesini aku merasa kalau kamu jadiin aku sama kayak peliharaan yang bisa kamu perintah seenaknya tanpa tau gimana bobroknya kehidupan majikannya, gaya pacaran kita ga sehat Daniel,

Sampai kapan pun cuma, cuma aku yang selalu ngertiin kamu tapi kamu ga akan tau rasanya dijauhin temen, rasanya ketika kamu bisa berlaku seenaknya tapi aku, bahkan jalan dengan teman masa kecil ku itu terlalu haram dihubungan ini kan. kamu ngerti kan maksud aku? Kamu selalu bertindak sesuka hati kamu seakan-akan aku bukan pacar kamu."

Menangis, itulah yang bisa kulakukan, sakit rasanya berkata kejam dengan orang yang kita sayangi. Tapi mungkin ini waktunya, aku harus mengatakannya

"Aku rasa kita harus akhiri semuanya, sikap kita saling bertolak belakang, mau di pertahanin pun kita ga akan bisa bersatu, aku yakin kamu bisa mendapatkan wanita yang bisa selalu mengerti posisimu." ujar ku dengan lirih, dapat ku lihat wajah Daniel yang merah karena menahan emosi, rahangnya mengeras dan tangannya terkepal, jujur aku takut dalam situasi ini, tapi semuanya terkalahkan dengan kejamnya Daniel selama ini terhadap ku. Dan ku rasa ini memang harus di akhiri.

"Iya, kamu benar mau dipertahanin kayak apapun, hubungan ini gak akan bertahan lama, karena yang berjuang di hubungan ini hanya aku, sedangkan kamu? kamu ga pernah mencoba untuk membuka hati kamu untuk aku, setiap masalah menurut kamu jalan keluarnya hanya putus, putus bukan jalan keluar nya Cit, jalan keluar nya kamu harus belajar mencintai aku."

"Gimana aku gak bilang putus kalau kamu selalu nuduh aku yang gak-gak, udah lah Daniel kita sama-sama lagi emosi, aku rasa kita tenangin pikiran kita dulu, itupun kalau emang kamu masih mau pertahanin hubungan kita, aku pergi." ujar ku lalu keluar dari mobil dan segera nyetop taksi.

Ditaksi aku tidak berhenti menangis,  rasanya terlalu menyakitkan mengingat pembicaraan Daniel, Daniel menganggap aku tidak mencintainya. Apa kurang semua waktu yang ku punya hanya untuknya? Apa itu kurang untuk mengungkapkan aku sangat mencintainya, terlepas dari ini semua aku bisa mengatakan Daniel adalah segalanya di hidupku, tapi aku bukan wanita yang over dalam menunjukkan perasaan, aku tak bisa setiap detik mengatakan 'i love you'.

Tangis ku semakin deras, bukan ini yang ku inginkan, bukan perpisahan seperti ini yang ku harapkan. Jika harus berpisah setidaknya aku ingin berpisah secara baik-baik. Kenangan demi kenangan mulai menggelayuti pikiran ku, mungkin akan berat melepaskan Daniel, tapi bukankah itu lebih baik ?

***
Tak terasa aku telah tiba dikediaman ku, aku berjalan melewati mama dengan mata yang sembab. Aku yakin mama dapat melihat itu.

"Citra"

"Kamu kenapa nak?"

"Citra gapapa kok mah, mau langsung tidur aja ya" ucapku, yang dipahami oleh mama, mama mengerti bahwa sekarang yang ku butuhkan bukan cerita melainkan kesendirian.

Setelah sampai kamar, aku hanya melamun membenarkan perkataan Daniel, kenapa setiap masalah aku selalu menginginkan perpisahan? Apa selama ini aku tidak pernah bahagia dengannya? Tapi bahagia seperti apa yang kubutuhkan? Aku bahkan tidak dapat mengerti diriku sendiri. Dan parahnya aku ingin selalu dimengerti.

Ya, aku memang egois.

Suara hp ku menghentikan lamunan ku, dan setelahnya aku tidak tau harus berbuat apa. Sedih kah? Atau senang karena ini yang ku inginkan?

From = Daniel

Kamu benar Cit, hubungan kita adalah hubungan toxic yang gak pantes buat dipertahanin, bahkan aku gak pernah jadi alesan kamu bahagia, kamu benar mungkin sebobrok ini aku sampai aku sendiri ga menyadari rasa sakit yang dirasakan oleh pacar ku sendiri.

Setidaknya aku bahagia pernah kenal sama kamu.

Hanya tangisan yang bisa ku berikan, bahkan untuk membaca yang kedua kalinya pun aku tak sanggup. Bukankah seharusnya kamu puas Cit?  Puas dengan kehancuran hubungan ini?. Lagi-lagi muncul pesan dari Daniel, cepat-cepat ku buka pesan tersebut.

From = Daniel

Semoga setelah ini, gak ada yang berubah dari kamu dan semoga kita masih bisa saling menyapa dilain waktu.

Menyapa? Bahkan sekedar bertemu saja aku tidak ingin. Aku sadar ini bukan salah Daniel sepenuhnya. Ada sifat ku yang bahkan tidak bisa ku pahami. Aku yang kekanak-kanakan. Aku yang tidak pernah perduli dengan Daniel. Tapi aku juga yang menyalahkan Daniel.

Sekarang harusnya kamu puas bukan Citra? Hidup tanpa bayang-bayang Daniel, bahkan membuat perpisahan ini terasa lebih kejam dan tidak mungkin setelah ini Daniel ataupun aku dapat saling menyapa.

***
Citra tipe orangnya maunya putus kalau ada masalah, tapi pas di putusin nyesel dia nya. Hehehe.

1064 words

MY POSSESIF BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang