Mulai bab ini jalan cerita nya beda ya, jadi kalau udah baca yang dulu, baca lagi yang versi barunya.
***
Aku mencoba untuk menerima perpisahan ini, sejujurnya aku menyesal menyampaikan perpisahan dalam sebuah pesan. Aku tidak pikir panjang hanya karena terbawa emosi.Sudah 5 hari lebih aku menjadi stalker menguntit kegiatan Citra dan juga Tiyo. Iya Tiyo. Penyebab putusnya hubungan ku dan juga Citra. Selama 5 hari ini pula Citra diantar jemput oleh Tiyo. Panas? Jelas. Tapi aku bisa apa?. Mungkin saja Citra sudah membenciku setelah kejadian itu tempo lalu. Tapi mulai kemarin tidak ada lagi nama Citra. Aku berjanji akan melupakannya demi kebahagiaan kita bersama.
Tapi anehnya setiap kali aku bertemu dengan Citra pasti ada saja caranya agar seolah tidak melihat ku. Seperti misalnya di kantin ketika melihat aku bersama teman-teman ku, Citra akan seolah-olah tidak melihat diriku. Atau lebih parah nya dia memilih memutar balik menuju kelas dan tidak makan saat istirahat. Bagaimana aku tau? Karena Citra tidak pernah membawa bekal. Selama pacaran kita lebih suka makan di kantin dibanding membawa bekal.
***
"Hai kak" ucap seseorang disamping ku.Sekarang aku ada di pinggir lapangan, melihat kearah pemain basket dan juga melirik kelas Citra berharap dia keluar kelas karena ini sudah jam istirahat.
"Hai" ucap ku seraya menengok kearahnya.
"Masih kenal aku kan, Cantika." ucap wanita itu.
Bagaimana tidak kenal, wanita yang 3 hari ini mendekatiku dan juga membuat 1 sekolah heboh karena postingannya bersama diriku. Apalagi dengan adanya tidakan aku menghapus seluruh postingan ku dengan Citra, menambah kesan bahwa aku sudah putus dan pihak ketiga itu adalah Cantika.
Tapi setelah beberapa hari, Citra lah yang diserang karena sejak awal perpisahan kami, dia sudah lebih dulu dekat dengan Tiyo. Bagaimana tidak diserang, Tiyo yang notabene seorang siswa baru dan juga teman sekelas tiba-tiba dekat dengan Citra dan saat itu perpisahan kami pun terjadi. Memangnya selain diriku, siapa yang tau bahwa Tiyo adalah teman masa kecil Citra.
Dan Citra yang polos itu tentu saja tidak akan mengklarifikasi apapun dan membiarkan semua orang membencinya. Itulah sifat Citra yang ku benci, mudah sekali diinjak dengan orang-orang.
Dan aku? Aku memang kasian dengan Citra, tapi aku tidak akan menolongnya. Bukan kah dia yang meminta perpisahan? Dan bukankah Citra menganggap sahabatnya itu lebih mampu dalam segala hal? Jadi untuk apa aku membelanya. Dan menghentikan tatapan sinis orang-orang.
"Jadi gimana kak? Bisa ga kira-kira?" ucap Cantika menghentikan lamunanku. Astaga aku melupakannya.
"Tadi gimana? Maaf ya aku lagi fokus ke pertandingannya tadi"
"Gapapa kok kak, jadi gini aku ngajakin kakak untuk pergi ke Cafe tante ku. Aku dapet 2 undangan Exclusive. Cafe didekat pantai loh kak. "
Pantai? Mendengar itu mengingatkan ku dengan Citra. Orang yang sangat menyukai pantai. Dulu bisa dikatakan kita sering mengunjungi pantai, makan di pinggir pantai atau sekedar main air. Tapi ku rasa itu semua hanya akan jadi kenangan dan tidak akan kembali nyata.
"Emang kapan acaranya? "
"Hari ini, kalau mau kita bisa pergi pulang sekolah, jadi pas nyampe kita kedapetan sunset"
"Okede"
"Makasih ya kak, oiya tapi sebelumnya pulang kerumah aku dulu ya kak, deket kok dari sini mau ganti baju soalnya. Kalau mau kakak juga bisa pinjem baju abang ku."
"Boleh deh"
"Makasih banget ya kak. Bye." ucapnya seraya memeluk bahuku, tak apa bukan? Toh tidak ada hati yang perlu ku jaga.
***
"Rumah kamu yang mana?" ucapku seraya menyetir, sekarang aku berada di jalan menuju rumah Cantika."Tinggal belok sekali, kanan jalan kak"
"Itu bukan"
"Iya kak, yang itu."
"Kakak ikut kedalam sekalian ya, sekalian pakai baju abangku."
"Oh okedeh."
Dan akhirnya setelah memarkirkan mobil, aku melaju menuju rumah Cantika. Tidak susah untuk memarkirkan mobil disini karena selain rumah yang besar juga parkiran Citra juga bisa dikatakan besar. Padahal disini saja sudah ada 4 mobil ditambah mobilku.
"Kak, tunggu sebentar ya biar aku carikan bajunya sekalian aku ganti baju."
"Iya santai aja."
Setelahnya aku melihat kesekeliling rumah ini dengan mata ku, pantas saja Cantika sebagai donator sekolah, rumahnya sangat besar dengan aksen Eropa. Walaupun rumah ku tak kalah besar juga. Tapi kenapa dirumah ini seperti tidak berpenghuni, tidak ada pembantu yang berkeliaran ataupun anggota keluarganya yang menyambutku.
"Ini kak" ujarnya seraya memberikan baju abangnya.
"Kaget ya kak, lihat rumahnya kaya gak berpenghuni gini"
"Enggak juga kok, cuma suka aja sama anterior rumah kamu. Bagus"
"Iya dong, yang bikin kakek aku itu kak"
"Btw, mamah papa kamu mana, biar aku bisa izin bawa anaknya ini"
"Hahahaha, mamah papah ku kerja diluar kak, Abang ku tinggal di apartment terus nyisa aku sendiri deh dirumah"
"Tanpa pembantu?"
"Pembantu ada si cuma pulang sore, itupun juga udah tua jadi kalau nyuruh-nyuruh suka ga enakan, kalau urusan masak, nyapu, ngepel. Aku masih bisa kok."
"Serius kamu ngerjain itu semua?"
"Iya kak, walaupun lantai atas doang si, soalnya yang bawah kan udah sama pembantu"
"Tetep aja kamu keren"
"Udahlah kak mujinya mending ganti baju terus berangkat"
"Okedeh"
***
Hari ini jujur Cantika terlihat cantik. Dia mengenakan dress berwarna putih gading tanpa lengan dengan rambut di gerai, sedangkan aku memakai kaos putih dan celana jeans hitam."Ayo kak, itu tante ku." ucap nya seraya menarik tangan ku dan membawanya menuju kearah tantenya.
"Halo tante" ucap Cantika.
"Hai Cantika, wow datengnya ga sendiri ternyata, sama siapa nih?"
"Kenalin tante ini kak Daniel, kaka kelas aku. Dan kak Daniel kenalin ini Tante Cantika "
"Halo Tante" ujar ku seraya menjabat tangannya.
"Hai Daniel, Semoga dari teman jadi teman hidup ya" ucapan tersebut hanya ku jawab dengan senyuman.
"Yaudah, Cantika sekarang bawa Daniel makan gih. Pasti kalian lapar kan?"
"Tante juga mau nyapa calon besan tante dulu. Bye." ucap tante seraya melambaikan tangannya.
"Ayo ikut aku kak, kita cari seafood disini. Mumpung gratis, hehe." ucap Cantika seraya tersenyum.
Selama kami makan tidak ada percakapan berarti disini. Jika dilihat-lihat Cantika jauh lebih cantik dibanding dengan Citra. Cara nya bersolek merupakan idaman semua pria. Natural. Cara berpakaian nya pun terbilang sopan. Mampu menempatkan posisi dengan baik, tidak heran walaupun baru kelas 11 tapi Cantika sudah menempati posisi sebagai ketua cheers. Apalagi mendengar kisahnya yang mahir memasak dan membersihkan rumah. Menurut ku itu menambah nilai plus bukan dimata pria.
Salahkah aku jika mencoba membuka hati yang baru?
***
Gimana nih setujunya Daniel sama Citra/Cantika? Terus Citra tetep sama Tiyo apa beralih ke Daniel lagi?Vote & komen ya.
1032 words.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESIF BOYFRIEND
Teen FictionCitra, seorang yang selalu diperjuangkan oleh Daniel, tapi Citra merasa bahwa hubungan ini tidak seharusnya dipertahanankan, karena dia merasa terkekang dalam hubungan ini. Lalu bagaimana jika pada akhirnya Daniel mulai menyerah dalam memperjuangka...