BAB 12

6.7K 340 20
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian tempo lalu, aku dan Daniel sama-sama menghindar. Lebih tepatnya aku yang menghindar. Jika aku bertemu di kantin aku akan pura-pura tidak melihat Daniel atau jika ada kesempatan aku memilih untuk memutar balik menuju kelas. Selama seminggu ini pula Daniel kembali ketongkrongannya di kantin.  Bersama teman-teman basketnya itu.

Sejak seminggu ini pula, kabar perpisahan ku dan Daniel merebak luas. Selain karena menjauhnya aku dan Daniel juga karena tindakan Daniel yang menghapus foto kebersamaan kita di instagram.

Sakit rasanya, walaupun baru 1 tahun hubungan ini, tapi Daniel adalah cinta pertama ku. Aku tidak akan munafik mengatakan bahwa aku tidak bahagia bersamanya. Karena kenyataannya Aku bahagia bersamanya. Tapi aku memaklumi tindakan Daniel karena mungkin hingga saat ini Daniel masih kecewa dengan ucapanku tempo lalu.

"Woi, bengong aja sih jangan-jangan dari tadi gua ngomong lu ga dengerin ya" ucap Tiyo sambil menyetir.

Memang semenjak seminggu yang lalu, aku selalu diantar jemput dengan Tiyo. Dia tau bahwa hubungan ku telah berakhir dengan Daniel. Dia juga berkali-kali mengatakan maaf karena postingannya. Tapi berkali-kali maaf pun tidak akan memperbaiki keadaan bukan? , toh hubungan ku memang sudah seharusnya berakhir. Tadinya aku menolak ajakan Tiyo untuk diantar jemput. Selain karena aku baru putus juga karena aku tidak mau ada pemberitaan negatif tentang Tiyo, tapi berkali-kali juga Tiyo meyakinkan ku bahwa itu tidak akan terjadi. Dan disini lah aku sekarang, dimobilnya menuju ke sekolah.

"Hehehe...emangnya lu tadi ngomong apa?" sahutku.

"Tuh kan bener, Sumpah lu nyebelin banget Cit, lu masih kepikiran Daniel?"

"Enggak kok. Cuma lagi mau bengong aja."

"Cit, nanti mau ga ke pantai? Sekalian refreshing gitu, udah lama gua ga ke pantai."

Pantai? Tempat yang selalu kurindukan itu. Setiap kepantai pasti aku selalu bersama Daniel. Menikmati sunset bersama.

"Gimana mau ga, abis pulang sekolah aja kesananya, sekalian liat sunset dan gua rasa lu butuh hiburan Cit, biar lu ga kepikiran dia terus."

"Okedeh, tapi lu yang bilang mama ya?"

"Siap deh"

Setelahnya hanya ada keheningan diantara kita, sampai tak terasa aku telah memasuki gedung sekolah. Ketika keluar dari mobil aku dapat melihat tatapan sinis teman-teman Daniel di parkiran. Mungkin mereka menganggap ku penghianat. Tapi aku tidak terlalu memperdulikannya. Toh kalau bukan karena Daniel aku juga mungkin tidak mengenal mereka.

Ketika berjalan di lorong, tidak henti-henti aku mendengar bisikan-bisikan dari perempuan yang bergosip.

'Udah jelek tukang selingkuh lagi'

'Apa kurangnya Daniel coba, Sampe diselingkuhin gitu'

'Selingkuhnya sama anak baru lagi'

'Kalau bukan karena Daniel, dia ga bakal punya temen kali'

Kira-kira begitulah obrolan mereka, tapi aku tidak sakit hati. Biarkan saja mereka dengan segala asumsinya. Setiap orang berhak berpendapat bukan.

***
Ketika masuk di dalam kelas aku segera ke bangku ku dan duduk lalu mengeluarkan novel ku dan larut dalam bacaan tersebut sampai suara Salsa mengalihkan perhatian ku.

"Lu udah putus ya Cit sama Daniel?" suara Salsa terdengar pelan sekali, seperti berbisik malah.

"Kenapa emangnya Sal?"

"Lo harus liat ini" ucap Salsa, sambil menunjukkan handphonenya kearah ku.

Disana dapat ku lihat postingan Cantika bersama Daniel saat sparing. Bahkan yang komen pun banyak sekali.

MY POSSESIF BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang