Setelah membawa Citra ke Rumah Sakit, aku terduduk di lantai ini semua salah ku, bukan? Memancing perkelahian dan berakhir dengan Citra yang jatuh pingsan dengan luka di pelipisnya.
Sekarang aku sendiri, Tiyo sudah ditangani di rumah sakit lain.
"Nil, dimana Citra nak? "ucap mama Citra.
"Tante maafin Daniel ya, Daniel ga ada niatan buat nyakitin Citra"
"Gpp nak, sekarang yang terpenting kesembuhan Citra, Citra ada diruangan mana?"
"Di ruangan 103 tan, sekarang lagi di periksa sama dokter"
Dan setelahnya aku dan Tante menunggu dokter keluar dari ruangan Citra.
"Dengan keluarga Citra?" Ucap dokter tersebut.
"Ya dok, saya mamanya. Bagaimana keadaan anak saya dok"
"tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya benturan di pelipis hingga menimbulkan memar, hanya butuh istirahat yang cukup dan rajin mengganti perbannya"
"Baik, makasih dok"
Setelahnya mama Citra mengajak ku untuk ikut masuk ke ruangan Citra, di dalam sana ternyata Citra sudah siuman. Dan dia melihatku dengan wajah terkejut, mungkin yang dia harapkan disini adalah Tiyo, tapi aku tidak peduli. Ini salah ku dan sudah seharusnya aku bertanggung jawab.
"Citra, kepala nya masih sakit?"
"Masih mah, Citra juga masih pusing"
"Yaudah kamu disini sampai besok ya nak"
Dan setelahnya pembicaraan hanya di isi oleh mama Citra dan Citra, sedangkan aku diam dan duduk di kursi.
Sebenarnya jika aku tidak emosi, mungkin saja Citra tidak akan berakhir di Rumah Sakit. Tapi aku sudah tidak bisa mengendalikan emosiku lagi, melihat Citra duduk sebangku dengan Tiyo dan mengacuhkan ku saja sudah cukup membuatku panas. Dan Ketika Citra dan Tiyo keluar dari kelas, segera aku mengikutinya dari belakang, tentu saja tanpa sepengetahuan Cantika. Karena aku beralasan padanya ingin kembali ke kelas.
Disana di belakang gedung sekolah, aku bisa dengan jelas mendengar percakapan mereka, melihat bagaimana Tiyo meracuni isi kepala Citra dengan menuduhku selingkuh, dan dia juga mempersalahkan perpisahan kita yang tidak wajar. Perpisahan kita memang tidak wajar tapi bukan karena perselingkuhan melainkan karena aku yang sampai detik ini bahkan masih mengharapkan kehadiran Citra dihidupku. Dan sebagai seorang laki-laki aku harus memperjuangkan Cinta ku bukan?. Hingga tanpa ku duga aku sudah menyerang Tiyo, terlibat perkelahian sengit dan berakhir dengan pingsannya Citra.
"Daniel, Daniel" ujar mama citra membuat ku kaget.
"Kenapa bengong?" lanjutnya.
"Enggak kok tan, kenapa manggil? "
"Begini, Tante mau izin pulang dulu, bisa tidak kamu jaga Citra hingga sore? Soalnya Tante mau ngasih tau papanya Citra, sekalian bawa keperluan Citra. Kalau kamu mau tante bisa pinjamkan baju papa Citra untuk kamu Nil?"
"Bisa kok Tan"
"Makasih ya nak."
Dan setelahnya mama Citra pun keluar dari ruangan dan hanya tersisa keheningan di ruangan ini.
***
Aku tau maksud mama dengan membiarkan aku dan Daniel berada dalam satu ruangan, pasti mama ingin aku menyelesaikan semua masalah ku dengan Daniel. Ya walaupun aku tidak pernah menceritakan perpisahan ku dengan Daniel tapi seperti nya mama tau tentang kandasnya hubungan ku dengan Daniel dan ia memberi kami kesempatan untuk berbicara berdua, tetapi masalahnya aku tidak tau harus memulai dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESIF BOYFRIEND
Teen FictionCitra, seorang yang selalu diperjuangkan oleh Daniel, tapi Citra merasa bahwa hubungan ini tidak seharusnya dipertahanankan, karena dia merasa terkekang dalam hubungan ini. Lalu bagaimana jika pada akhirnya Daniel mulai menyerah dalam memperjuangka...