BAB 7

9.6K 488 7
                                    

Setelah adegan yang tak seharusnya terjadi, aku menjadi merasa canggung dengan Daniel seharusnya aku tak melakukan perbuatan itu, bisa sajakan bunda pulang dan melihat adegan seperti itu. Ya tuhan aku seperti wanita murahan sekali.

"Daniel, kamu ga pulang, ini udah malem loh" ujar ku mengingatkannya, lebih tepatnya mengusir.

"Aku nginep aja, kali ya?"

Ini tak bisa dibiarkan tadi saja aku sudah beradu mulut dengannya, jika dia menginap aku tak yakin bila besok aku masih menyandang status 'gadis'.

"Jangan dong, kamu kan besok sekolah" ucapku dengan manja. Hanya ini cara agar Daniel luluh.

"ga enak sekolah, kalau ga ada kamu"

"tapi harus tetep sekolah dong, masa ikut-ikutan ga masuk"

Lama sekali aku membujuk Daniel agar pulang dan meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja, lagipula aku disini tidak sendiri. Ada pembantu yang tinggal dirumah ini. Jauh lebih kompeten untuk mengurus ku, bukan seperti Daniel yang mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Aku pulang ya, kalau kenapa-napa langsung telpon aku, jangan lupa hpnya dinyalain biar bisa aku telpon"

"okede pak bos" ujar ku seraya memberi tanda siap.

Setelah kepergian mobilnya, aku kembali masuk dalam rumah. Aku memegang bibir ku, nyata nya aku senang dengan semua ini, murahan bukan diriku ini. Aku yakin pipi ku sudah seperti kepiting rebus sekarang. Kembali terngiang adegan tadi membuat ku tak berhenti tersenyum, aku malu tapi aku mau.

Setelahnya aku berjalan dengan santai menuju kamar, menidurkan diri ku di kasur berharap segera tertidur. Tiba-tiba ku dengar suara hp ku berbunyi dan dengan setengah sadar aku melihat chat yang masuk dan membacanya.

'jangan lupa minum obatnya sayang, have a nice dream'

Aku hanya tersenyum membacanya dan melanjutkan tidurku, tanpa kusadari aku melewatkan obat yang seharusnya ku minum sebelum tidur.

***
Aku terbangun tengah malam, dengan tenggorokan yang kering, aku berniat untuk mengambil minum di meja rias. Aku berjalan tertatih menuju meja rias, ku rasakan badan ku yang lemas sekali. Ketika ku sampai di meja rias aku merasakan kaki ku tak bisa menopang badanku dan gelas itu terlempar menyentuh lantai dan pecah berkeping -keping. Dapat ku rasakan kepala ku yang berputar, bahkan untuk berbicara rasanya susah sekali.

" Ya tuhan, mbak Citra" ujar bi ani, pembantu ku.

"kok bisa begini, atuh mbak"

"mbak badannya panas banget ini, semalem ga minum obat"

"aduh mbak saya telpon ibu dulu ya,  panas banget mba badannya"

Aku tak mampu menjawab pertanyaan bi ani, dan setelahnya aku merasa semua gelap.

***
"engh... "

Aku merasa kan sebuah tangan mengelus kepala ku.

"Cit"

"bangun sayang"

Rasanya sulit sekali membuka mata, aku merasa haus sekali, bahkan aku lupa kapan terakhir kali aku minum.

"minum" ujar ku seraya membuka mataku.

Ya, aku dapat melihat bahwa aku tidak berada di kamar ku, aku berada di rumah sakit dengan infus ditanganku. Ada apa dengan ku?. Lalu bayang-bayang gelas jatuh dan bi ani yang masuk ke kamar ku, sudah menjawab pertanyaan ku tadi. Tapi aku sakit apa?

"kok aku bisa di rumah sakit? " ujar ku seraya meminum air putih pemberian Daniel.

"Tadi jam 3 kamu mecahin gelas sampai bi ani kebangun terus cek kamar kamu, ternyata suhu badan kamu 40 derajat celcius, terus bi ani telpon mama kamu dan mama kamu panik terus telpon aku. Aku langsung kerumah kamu dan liat kamu pingsan"

"kamu ga minum obat kan?" mata tajam Daniel melihatku penuh selidik.

"lupa hehehe, aku ketiduran sumpah"

"lain kali kalau kamu sakit jangan petnah paksa aku buat pulang lagi, aku ga mau ya kejadian kaya gini lagi"

Bertambah lagi sifat pemaksa nya, sepertinya setelah sembuh aku berharap tidak ada penyakit lain yang datang pada ku agar aku tak merasakan sifat pemaksanya Daniel.

"aku sakit apa emang? "

"Belum tau, tapi kamu harus cek darah hari ini, tinggal tunggu mama& papa kamu dateng, setelah itu kamu cek darah"

"kamu ga sekolah?"

"masih berani ya kamu nanya kayak gitu? Nyari alasan biar aku tinggalin kamu, terus kejadian kaya semalem, semalem aja aku panik banget Citra liat kamu pingsan sejam lagi. Bayangin coba kamu jadi aku"

Aku tahu dia pasti marah sekali demgan tindakan ku, terbukti dari ucapannya tanpa embel-embel 'sayang'.  Tapi memanggilku dengan nama. Ya tuhan kenapa aku bisa seceroboh itu dan merepotkan Daniel.  Sekarang dia tidak sekolah karena ulah ku, padahal dia sudah kelas 12 dan sebentar lagi lulus.

***
Sorry typo

700 Word

MY POSSESIF BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang