Ayu POV
Tidak tahu kenapa gue merasa bosan malam ini. Gue membuka aplikasi whatsapp, ternyata banyak pesan di grup yang belum dibaca. Di grup itu anggotanya hanya ada gue, Putri, Dewi, Santi, dan juga Rina. Grup khusus kita berlima. Gue baca satu per satu chat mereka yang membahas acara malam ini.
Sekarang gue baru tahu kenapa dari tadi nggak ada yang ngajakin jalan. Rina sedang kencan sama pacarnya, Dewi juga pergi dengan kekasihnya, Santi berlibur ke rumah neneknya yang ada di Tangerang, dan Putri sedang pergi bersama Kak Refan.
Duhhh kalian semua tega banget sih sama gue! Gue kesepian nih di rumah! 😒
Itu pesan yang gue ketik di grup. Nggak ada balasan apa pun dari mereka, gue tutup aplikasinya. Entah dari mana datangnya, sebuah ide muncul. Gue bergegas mengganti pakaian dan memoles wajah sedikit.
"Sayang, kamu mau ke mana kok sudah rapi gitu?" tanya Bunda ketika gue menuruni anak tangga.
Gue menghampiri Bunda dan Ayah yang sedang asik menonton televisi di ruang tengah, yang biasa gue sebut dengan ruang keluarga. Karena kami sering duduk di sini hanya untuk berkumpul saja maupun sedang membahas sesuatu.
"Aku bosan di rumah, Bun. Sekarang aku mau minta izin sama Bunda dan Ayah. Aku mau ke kafe, tidak sampai larut malam kok. Boleh, kan?" pintaku dengan menunjukkan pupy eyes.
"Boleh dong. Tapi ingat! Harus tetap hati-hati!" tegas Bunda.
"Dan harus diantar sama Pak Budi!" sambung Ayah.
Gue sangat senang dan langsung memeluk mereka bergantian. Karena saat ini gue duduk di antara mereka. Tak lupa gue mencium punggung tangan mereka sebelum pergi.
"Assalamualaikum," salam gue seraya berjalan.
"Walaikumsalam," jawab mereka bersamaan.
Tepat pukul 7 malam gue sampai di depan kafe. Langsung saja gue keluar dari mobil dan masuk. Dari luar sudah tampak jelas kalau malam ini kafe sangat ramai pengunjung.
"Selamat datang Non," sapa salah satu pegawai.
"Iya, terima kasih. Lanjutkan saja tugasmu," pintaku dengan lembut.
Gue terus berjalan dan berhenti di depan meja kasir. Gue menbalikkan badan dan mengamati suasana kafe. Gue tersenyum senang melihat usaha gue berjalan sesuai harapan.
"Non Ayu, ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu kasir dengan sopan.
"Tidak ada. Aku hanya ingin melihat suasana malam ini saja." Ucap gue tersenyum ramah.
"Seperti yang Non Ayu lihat. Setiap weekend pasti kafe sangat ramai pengunjung Non, terutama kalau malam hari. Terkadang sampai ada pengunjung yang tidak kebagian tempat duduk, dan mereka pun terpaksa pulang, Non."
"Oh ya? Aku sungguh tidak tahu tentang hal itu, Mbak. Tapi aku sangat senang mendengarnya," senyum terus mengembang di bibir gue.
Karena suasana semakin ramai, gue memilih untuk masuk ke ruangan. Letaknya tepat di belakang meja kasir. Gue letakkan tas kecil di sofa dan memeriksa laporan yang ada di atas meja kerja.
***
Author POV
Mobil sport berwarna hijau muda milik Satria memasuki area parkir kafe. Setelah memarkirkan mobilnya, Satria dan Alfi turun lalu masuk ke kafe.
"Kita mau duduk di mana? Semuanya penuh," kata Satria setelah sampai di dalam kafe.
"Mungkin kita bisa duduk di atas tikar," jawab Alfi dengan santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta Untuk Starla [Completed]
Novela JuvenilBerprestasi di sekolah? Kok bisa? Padahal hampir tiap hari main sampai larut malam bahkan terkadang tidak pulang ke rumah. Dikelilingi cewek cantik dan seksi? Tidak usah ditanya lagi, sudah pasti cakep. Cewek mana coba yang tidak tertarik? Walaupun...