Mulmed : Starla Ayu Lusiana
***
Ayu POV
Pagi ini setelah selesai sarapan, gue pamit kepada Ayah dan Bunda. Gue bilang ke mereka kalau akan pergi membeli buku sebentar, sebenarnya tidak, gue mau pergi ke makam. Dan gue akan ke sana sendirian saja dengan Scoopy. Gue tidak ingin Ayah dan Bunda tahu kalau gue ke sana, karena gue tidak ingin mereka sedih.
Seperti biasa, sebelum sampai makam gue membeli bunga terlebih dahulu yang ada di pinggir jalan dekat makam. Setelah sampai di sana, gue berjalan kaki menuju makam Kak Erik. Suasana makam hari ini cukup ramai, karena ada orang yang baru dimakamkan.
Gue berjongkok di samping makam Kak Erik, lalu mulai menaburi bunga di atas makamnya. Gue juga membeli sebuket bunga mawar kesukaannya yang ditaruh di depan batu nisannya. Kak Erik memang suka dengan aneka bunga mawar, sangat menyukainya. Makanya setiap kali datang ke sini, gue selalu membelinya.
Tak lupa berdoa untuknya, agar dia tenang dan damai di alam sana. Semoga Kak Erik sudah bahagia di surga bersama Nenek dan Kakek. Gue sudah tidak mempunyai Nenek ataupun Kakek sama sekali, orang tua Ayah dan orang tua Bunda sudah meninggal sejak gue masih kecil.
Itu sebabnya gue tidak pernah pulang kampung. Semua saudara Ayah dan Bunda sudah pindah ke luar kota ikut suaminya. Kami berkumpul juga saat tertentu saja, seperti lebaran atau ada acara keluarga. Karena letak rumah kami yang berbeda-beda dan berjauhan.
"Kak, hari ini umur Ayu bertambah lagi. Sekarang menjadi 17 tahun Kak, pasti umur Kakak sudah 20 tahun, kan? Pasti wajah Kakak juga sangat tampan seperti Ayah. Kakak nggak mau ngucapin selamat gitu sama Ayu? Kakak juga sudah lama nggak pernah kasih Ayu kado lagi. Kak Erik sudah nggak sayang sama Ayu lagi ya? Apa Kak Erik sudah menemukan Adik baru di sana? Yang jauh lebih menggemaskan dan lucu, sampai Kakak jadi lupa gitu sama Ayu." Ucap gue dengan suara bergetar.
"Ayu sayang banget sama Kakak, Ayu sayang banget. Jangan tinggalin Ayu... jangan pergi dari Ayu, Kak. Ayu sangat membutuhkan kehadiran Kakak, Kakak yang selalu sayang dan melindungi Adiknya dari apa pun. Ayu mohon kembalilah Kak, Kakak kan selalu menemani Ayu ketika meniup lilin di atas kue. Kakak juga yang membantu Ayu untuk membuka kado-kado itu. Sekarang siapa yang akan melakukan itu selain Kakak? Siapa?" tangis gue pecah.
Gue menangis dengan memeluk erat makam Kak Erik walau tangan tak sampai. Air mata jatuh satu per satu di atas makamnya. Gue sangat lemah, tak berdaya jika mengingat kepergian Kakak karena berusaha menolong gue. Seharusnya gue yang ada di dalam makam ini, bukan Kak Erik.
Cukup lama gue menangis, saat ini gue memang sangat merindukannya. Tak pernah lupa untuk menyebut namanya di setiap doa. Gue kangen di mana saat Kak Erik yang sering mengambil jatah makan gue, gue sangat merindukan semua hal yang berhubungan dengannya.
"Sekarang semua itu hanya tinggal kenangan, Kak... kenangan yang sangat indah. Yang tidak akan pernah bisa untuk dilupakan. Kita pasti akan bertemu di surga Kak, pasti akan bertemu. Entah kapan, Ayu tidak tahu. I love you, Kak." Gue berdiri di samping makam.
Gue mengambil sebuah sapu tangan di dalam tas yang sengaja dibawa tadi. Gue mengusapkannya di wajah untuk menghapus sisa air mata. Gue tersenyum melihat bunga mawar itu, pasti Kak Erik sangat suka pikir gue.
"Ibu tahu, pasti sangat berat rasanya ditinggal oleh orang yang kita sayang." Ucap seorang Ibu yang berdiri di samping gue tiba-tiba.
"Iya, Bu. Ibu di sini ke makam siapa?" gue bertanya.
"Anak Ibu, Nak. Baru saja dimakamkan, dia sudah lama mengidap penyakit kanker."
"Saya turut berduka cita, Bu. Semoga semua amal dan ibadahnya diterima di sisi Allah. Amin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta Untuk Starla [Completed]
Fiksi RemajaBerprestasi di sekolah? Kok bisa? Padahal hampir tiap hari main sampai larut malam bahkan terkadang tidak pulang ke rumah. Dikelilingi cewek cantik dan seksi? Tidak usah ditanya lagi, sudah pasti cakep. Cewek mana coba yang tidak tertarik? Walaupun...