Mulmed : Dika Dwi Wibowo
***
Author POV
Ayu menghentikan Scoopynya di pinggir jalan makam. Dia berjalan ke makam Kakaknya dengan air mata yang menetes satu per satu. Dia menangis sambil memeluk makam. Santi yang melihat Ayu menangis di makam, lalu dia berjalan dari arah lain dan berdiri tegak tidak jauh dari Ayu. Tetapi Ayu tidak menyadari sama sekali dengan kehadiran Santi.
Dika juga sudah sampai di makam, tetapi dia memilih bersembunyi di balik pohon yang kemarin. Dia tidak ingin Santi maupun Ayu melihat dirinya di situ. Dia sangat kasihan kepada pujaan hatinya yang terlihat sangat lemah. Dia tidak tega melihatnya, ingin sekali dia mendekat dan menemaninya.
"Gue nggak tahu harus bagaimana lagi. Gue nggak menyangka kalau Santi akan setega itu, Kak. Dia berani berkata seperti itu... gue nggak nyangka." Kata Ayu disela tangisnya.
"Gue tahu dia sangat marah, tapi... apakah seharusnya dia berkata seperti itu? Gue sangat sayang padanya, Kak. Gue dan Santi juga sudah bersahabat setahun lebih. Gue juga nggak tahu kenapa Dika bisa cinta sama gue. Tetapi sekarang Santi marah dan membenci gue, Kak." Tangis Ayu semakin menjadi.
Ayu mencurahkan semua kekesalan di hatinya, dia sangat sedih dengan perlakuan Santi kepadanya. Santi pun tidak bisa membendung air matanya, dia menangis mendengar semua isi hati Ayu. Dia merasa sangat bersalah, dia baru menyadari kalau dirinya sangat egois. Dia sadar kalau Ayu sangat kecewa dengan ucapannya tadi di taman.
"Maafin gue... sahabat." Ucap Santi lalu pergi.
Santi memilih pergi dari makam sebelum Ayu melihatnya. Lalu dia melajukan mobilnya pergi meninggalkan makam. Dia sangat menyesal sudah memperlakukan Ayu dengan kasar. Dia sudah menjauh, membenci, membentak, bahkan membuat Ayu celaka.
Ayu sudah merubah posisinya menjadi duduk di samping makam. Dia sudah lebih tenang, tangisnya pun juga sudah berhenti. Tetapi pipinya masih agak sedikit basah. Tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan. Dia pun mengambil sapu tangan itu untuk mengusap air mata yang masih tersisa di pipinya.
"Terima kasih," ucap Ayu.
"Iya sama-sama. Apa gue boleh duduk di samping lo?"
"Silakan," jawab Ayu singkat.
Ayu ingin tahu siapa orang yang sudah baik hati padanya. Ketika menatap orang yang duduk di sampingnya, dia sangat terkejut.
"Di-dika," ucap Ayu lirih sedikit terbata.
"Maaf... gue sudah mengikuti lo diam-diam dari tadi. Gue nggak tega ninggalin lo sendirian, makanya gue di sini buat menemani lo. Gue akan nungguin lo di sini sampai lo merasa bosan. Gue akan berusaha untuk selalu ada di samping lo, Ayu." Jawab Dika tulus.
Ayu sangat terharu mendengarnya, lalu dia menyenderkan kepalanya ke bahu Dika. Dia tidak percaya kalau Dika memang tulus mencintainya. Tak terasa air matanya mendarat pelan di baju Dika. Dika merasa bajunya sedikit basah, dia sudah menduga kalau Ayu pasti menangis lagi. Tetapi dia membiarkannya, agar Ayu merasa lebih lega.
"Dika... terima kasih, ya. Maaf kalau gue sering memarahi lo," kata Ayu.
"Gue tahu kok kenapa lo bersikap seperti itu. Lo tenang saja ya, gue akan berusaha untuk selalu ada di saat lo sedih ataupun senang." Dika menangkup wajah Ayu lalu memeluk tubuhnya.
Ayu sama sekali tidak menolak dengan sikap Dika, dia justru merasa nyaman di pelukan Dika. Lalu mereka berdua pulang ke rumah masing-masing. Tetapi Dika mengantarkan Ayu terlebih dahulu sampai depan rumahnya. Dika tidak mungkin membiarkan Ayu pulang sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta Untuk Starla [Completed]
Teen FictionBerprestasi di sekolah? Kok bisa? Padahal hampir tiap hari main sampai larut malam bahkan terkadang tidak pulang ke rumah. Dikelilingi cewek cantik dan seksi? Tidak usah ditanya lagi, sudah pasti cakep. Cewek mana coba yang tidak tertarik? Walaupun...