Part 8

1.9K 116 24
                                    

Ayu POV

Di hari libur gue menghabiskan waktu ke kafe. Dua hari ini gue berangkat ke kafe dari pukul 10 pagi dan pulang sore. Pada hari minggu gue ke sana tidak sendirian, tetapi bersama Putri. Dia setia menemani seharian.

Kami bersahabat sudah lama, sejak kami masih kecil. Kurang lebih sudah 10 tahun yang lalu. Gue selalu berharap semoga persahabatan yang kami bangun sejak kecil akan selamanya seperti ini.

Gue sudah mengenal semua keluarga Putri dan begitu pula sebaliknya. Dia sangat kenal dan mengetahui semua tentang gue. Gue pun juga sangat mengenalnya dan mengetahui apa yang dia suka dan benci.

"Apa yang lo lakuin dengan ponsel gue, Put?" tanya gue seraya menaikkan sebelah alis. Karena Putri terkadang sangat jail.

"Tenang sayang... gue cuma cek chatting lo kok. Selebihnya adalah ketidaksengajaan." Putri menunjukkan senyum devilnya.

"Terserah lo saja deh! Gue tinggal telepon Kak Refan, dan bilang ke dia kalau lo sangat menggangguku di sini," ancam gue.

"It's okay! Iya tenang saja, gue nggak akan berbuat aneh kok dengan ponsel milik Starla Ayu Lusiana yang sangat cantik dan baik hati ini." Rayunya dengan mengedipkan matanya beberapa kali.

Gue tersenyum senang penuh kemenangan. Sedangkan Putri berdecak sebal karena ancaman maut gue. Dia sangat takut jika gue mengadu tingkahnya kepada Kak Refan. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, gue mengajaknya keluar ruangan dan duduk bersantai di tempat favorit kami.

***

Author POV

Dika masih tertidur pulas di balik selimut tebalnya. Walau hari sudah siang tetapi dia merasa sangat nyaman dengan tidurnya. Dia baru sampai rumah pukul 2 dini hari. Dia pergi dengan kedua sahabatnya seperti biasa.

Semalam Dika tidak pergi ke kafe maupun ke klub, tetapi dia dan sahabatnya itu menghabiskan waktu ke pantai. Alasannya hanya ingin mencari suasana baru. Karena Hendra sudah kembali ke Inggris untuk melanjutkan kuliahnya.

"Dika, bangun sudah siang." Farah membuka semua tirai dan jendela yang ada di kamar Dika agar putranya terbangun.

Dika menggeliat pelan karena sinar matahari yang mengenai wajahnya. Dia merasakan sentuhan lembut di wajah tampannya itu, dia mulai membuka matanya.

"Mamah... selamat pagi Mah," sapa Dika seraya mengubah posisinya menjadi duduk.

"Sudah siang sayang. Ayo cepat bangun!" suruh Farah.

"Kamu sana mandi, kita akan pergi bertemu Om Andre dan Tante Bunga di restorannya. Kita akan membahas anniversary pernikahan Mamah dan Papah." Lanjutnya.

"Iya Mah, sebentar dulu. Dika lagi ngumpulin nyawa nih."

"Ya sudah terserah kamu saja. Mamah tunggu di bawah, ya." Ucap Farah lalu beranjak keluar kamar Dika.

Dengan terpaksa Dika bangun dari ranjangnya dan berjalan gontai menuju toilet. Selesai mandi dia langsung turun dengan mengenakan kaus dan celana jeans hitam di tubuhnya. Tak lupa dia membawa jaketnya.

"Dika sudah siap, Mah!" teriak Dika yang sudah duduk di ruang tengah.

"Iya! Sebentar lagi kami keluar!" balas Farah yang juga teriak dari dalam kamarnya.

Tak sampai 10 menit Farah dan Rendi keluar dari kamar. Mereka langsung berjalan keluar diikuti Dika di belakang mereka. Rendi melajukan mobilnya meninggalkan rumah.

Jalanan lumayan macet, tapi cuaca hari ini tidak terlalu panas. Selama perjalanan, mereka hanya berbincang seperlunya saja. Karena Dika juga sibuk dengan dunianya sendiri.

Surat Cinta Untuk Starla [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang