Ayu POV
Gue mengganti pakaian secepat mungkin agar Putri tidak menunggu terlalu lama. Setelah selesai gue langsung turun untuk menemui Putri. Ternyata benar dugaan gue, dia sudah balik lagi dengan pakaian berbeda dari yang tadi.
Kami langsung pergi mengendarai sepeda motor gue menuju kafe yang biasa Dimas datangi. Lumayan jauh sih dari rumah karena letaknya yang dekat dengan taman kota. Jalanan pagi ini lumayan macet tapi tidak terlalu padat.
Setelah sampai di depan kafe, gue melihat mobil Dimas di area parkir. Gue sengaja memarkirkan Scoopy gue di pojokan supaya Dimas tidak melihat. Kami berdua melangkah masuk ke kafe.
"Ayu, bukankah itu Dimas ya? Lalu... dia sedang duduk dengan siapa?"
"Ayo kita duduk di belakang mereka!" gue menarik tangan Putri.
Kami duduk tepat di belakang meja mereka. Posisi mereka membelakangi kami, duduknya bersebelahan. Dan gue yakin Dimas tidak akan tahu karena kami sengaja memakai rambut palsu.
Ternyata mereka juga baru sampai karena pesanan mereka belum datang. Dan mereka masih tetap diam, belum ada yang memulai bicara.
"Dimas, maaf ya karena gue sudah pernah buat lo patah hati. Sekarang gue tahu bagaimana rasanya ketika ditinggalkan oleh orang yang kita cinta. Gue tahu rasanya, sangat menyakitkan." Ucap cewek itu menyesali perbuatannya.
"Apa maksud lo, Fan? Gue nggak ngerti. Yang lalu biarlah berlalu," jawab Dimas.
Gue kaget ketika mendengar Dimas memanggil cewek itu 'Fan'. Apa cewek itu yang bernama Fani? Mungkin Putri juga memikirkan hal yang sama. Terlihat jelas karena dia membulatkan kedua matanya.
"Dia pergi ninggalin gue... dia lebih memilih cewek itu daripada gue, Mas." Tangis cewek itu pun pecah.
"Fani tenanglah... jangan menangis di depan gue. Lo tahu kan? Gue paling nggak tega kalau lihat lo nangis kayak gini." Dimas memeluknya dari samping.
Baru kali ini gue melihat Dimas tampak begitu sedih. Dan dia memeluk Fani? Mantan kekasihnya yang sudah ninggalin dia demi cowok lain? Jadi dia sengaja berbohong sama pacarnya hanya untuk menemui Fani? Oke, mungkin saat ini Fani memang butuh teman curhat.
"Putri, apa yang lo lakuin?" tanya gue saat melihat Putri sedang memegang ponselnya yang di arahkan ke mereka.
"Ayu, please jangan ganggu gue! Gue lagi merekam mereka yang nantinya akan menjadi bukti yang kuat!" ucapnya bisik-bisik.
Tak lama Dimas melepaskan pelukan itu, lalu mengusap air mata Fani dengan sapu tangan miliknya. Lagi dan lagi gue dibuat terkejut olehnya. Gue saja tidak pernah diperlakukan semanis itu. Tentu saja gue cemburu bukan? Guelah yang notaben sebagai pacarnya. Gue mengaku kalau sudah terlanjur sayang sama Dimas.
Pesanan mereka datang, tidak ada yang berbicara lagi. Sesekali mereka meminum pesanannya. Fani pamit pulang duluan, tetapi Dimas masih tetap duduk membelakangi kami. Kurang lebih 15 menit dia mematung, seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu dia beranjak keluar kafe dan melajukan mobilnya.
Setelah benar-benar melihatnya pergi, kami juga pergi dari kafe itu. Putri meminta untuk mampir ke kafe gue terlebih dahulu sebelum pulang. Dan gue hanya menuruti permintaannya.
Sekarang kita sudah berada di kafe dan duduk di tempat biasa. Gue masih sibuk memikirkan kejadian tadi, Putri juga sibuk dengan ponselnya. Tiba-tiba datanglah salah satu pegawai gue membawa nampan.
"Minum dulu, Put! Lo lagi lihat apaan sih? Serius banget."
"Gue lagi putar video tadi, Yu." Katanya yang masih fokus dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta Untuk Starla [Completed]
أدب المراهقينBerprestasi di sekolah? Kok bisa? Padahal hampir tiap hari main sampai larut malam bahkan terkadang tidak pulang ke rumah. Dikelilingi cewek cantik dan seksi? Tidak usah ditanya lagi, sudah pasti cakep. Cewek mana coba yang tidak tertarik? Walaupun...